Suamiku Membenciku
Author: Linda Mardiana
Aisyah berjalan mendekat kearah Tommie dan
berniat untuk membantunya bangkit, tetapi Tommie tiba-tiba saja malah menarik lengan Aisyah hingga membuat gadis itu jatuh di atas tubuhnya.
"Kak, apa yang lakukan? Mengapa malah menarikku, dasar tidak tahu malu." Aisyah terus mengomeli Tommie sembari memukul pria itu.
"Diamlah, cepat berdiri! Tubuhmu seperti gajah, berat sekali." Tommie yang tidak merasa bersalah, malah balik memarahi gadis itu.
"Apa yang kalian lakukan disini, Ini sekolah bukan tempat untuk berbuat mesum!" bentak seorang guru yang baru saja memasuki toilet tersebut, ketika melihat Aisyah berada di atas tubuh Tommie.
Rupanya ada murid yang melaporkan keduanya saat Tommie ketahuan berada di dalam toilet wanita.
"Tidak pak, ini hanya salah paham, saya bisa jelaskan," jawab Aisyah, gadis itu langsung berdiri dan berusaha menjelaskan semua kesalah pahaman itu.
Semua murid semakin ramai berkumpul saat mendengar ada keributan.
Teman-teman Aisyah juga berada di sana dan menyaksikan Tommie dan Aisyah yang sedang di marahi habis-habisan oleh seorang guru.
"Pak, ini tidak seperti yang bapak pikirkan." Tommie mulai angkat bicara.
Tommie berusaha membela dirinya, sementara Aisyah hanya terdiam sambil terus mengeluarkan air mata karena malu akan kejadian yang baru saja menimpa dirinya.
Semua murid yang berada di tempat kejadian mulai berbisik-bisik membicarakan Tommie dan Aisyah.
Mereka semakin salah paham saat melihat hijab Aisyah yang berantakan dan cadar yang di kenakannya hampir terlepas karena di tarik oleh Tommie tadi.
"Sudah diam kalian! Semuanya bubar dan untuk kalian berdua ikut saya ke ruang BK" Lelaki paruh baya itu menunjuk kearah Tommie dan Aisyah.
Tommie sudah kehabisan kata-kata untuk membela dirinya, dia hanya mengikuti langkah guru itu dari belakang untuk menuju ke ruang BK.
"Apa yang terjadi sebenarnya Aisyah? Mengapa kalian berdua bisa berada di dalam toilet yang sama?" tanya Rangga.
Rangga tampak sangat khawatir pada Aisyah, di tambah lagi saat melihat gadis pujaannya itu sedang menangis.
"Tolong percayalah kepada Aisyah, ini semua hanya salah paham," jawab Aisyah.
Aisyah menjelaskan kepada teman-temannya dengan air mata yang masih mengalir deras.
"Kami percaya padamu, sudahlah berhenti menangis! Ayo kita menyusul ke ruang BK untuk menjelaskan semua kesalah pahaman ini," ajak Donny dan di angguki serempak oleh ketiga temannya.
Donny berusaha menenangkan Aisyah yang sedari tadi masih menangis. Mereka segera menemani Aisyah menuju ruang BK.
Yoona dan Nurul terus menggandeng tangan Aisyah, berusaha menghiburnya. Sementara Donny terlihat sangat gusar, sedangakn Rangga terlihat sangat emosi.
"Ini pasti ulah bocah sialan itu, entah apa lagi rencananya untuk menjahili Aisyah! Tapi kali ini benar-benar sangat keterlakuan," batin Rangga, ia terlihat mengepal erat jari-jemarinya karena sangat geram.
Wajahnya di penuhi oleh emosi yang membara. Ingin sekali rasanya ia menghajar wajah Tommie yang sangat keterlaluan itu.
Ruang BK
Guru sudah memanggil wali murid Tommie dan Aisyah.
Ayah Tommie tiba terlebih dahulu dan langsung memasuki ruang BK, pria itu juga memerintahkan semua orang meninggalkan ruangan itu dan hanya menyisakan mereka bertiga
Dirganvano duduk di depan Tommie dan Aisyah yang tengah tertunduk, mereka seakan tidak berani menatap wajah Dirganvano..
Brak!
Tommie dan Aisyah tersentak saat Vano menggebrak meja di ruang BK tersebut. Mereka serempak langsung mengangkat kepalanya dan menatap mata Dirganvano.
"Aku sangat malu Tommie, apa ini hasil didikanku selama ini?" tanya Dirganvano sembari menatap dalam mata anaknya.
Vano terdengar sangat emosi saat mendapat laporan dari guru tentang ulah putranya itu.
Tommie masih terdiam dan kembali menundukkan pandangannya. Seakan tidak berani menatap mata ayahnya yang sedang marah.
Bahkan untuk berucap satu patah kata saja, mulutnya seakan keluh dan sulit untuk digerakkan.
Brak!
Pintu terbanting sangat keras hingga menggema di seluruh penjuru ruangan itu.
Membuat Vano, Tommie, dan Aisyah tersentak kaget.
Seketika mereka langsung mengalihkan pandangan ke arah pintu.
Tampak wajah Putra sangat di penuhi dengan amarah yang menggebu-gebu.
"Hei bocah tengil, apa lagi yang telah kau perbuat kepada putriku?" bentak Putra sembari menghampiri Tommie.
Putra menarik kerah seragam milik Tommie dan ingin sekali memukul wajah remaja itu. Namun, di tahan oleh Aisyah tepat waktu.
Aisyah sekuat tenaga berusaha menahan tangan Ayahnya yang beberapa inci lagi akan menyentuh wajah tampan Tommie.
Aisyah menangis tersedu-sedu meminta ayahnya untuk berhenti.
"Tidak ayah m, jangan lakukan itu, ini hanya salah paham. Kami tidak melakukan apapun," ucap Aisyah berusaha menenangkan Ayahnya.
Aisyah memeluk erat tubuh Putra, hingga akhirnya pria itu mau melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Tommie.
Dirganvano, ayah dari Tommie hanya bisa terdiam, ia tidak membela Tommie sedikitpun ketika melihat putranya di perlakukan seperti itu.
Bukan karena dia tidak perduli terhadap Tommie. Namun, ia hanya ingin agar putranya menjadi pria yang bertanggung jawab atas semua tindakan yang telah di lakukannya.
Sementara Tommie masih diam membisu dan tidak menghiraukan suasana yang sedang kacau di sekitarnya. Remaja itu masih larut dalam lamunannya.
"Apa yang sebenarnya terjadi sayang? Mengapa mereka menuduhmu telah berbuat sesuatu?" tanya Putra.
Putra memeluk tubuh mungil Aisyah sangat erat dan sesekali mengecup puncak kepalanya.
Ia terlihat sangat mengkhawatirkan putri kesayangannya.
"Ayah tolong percayalah pada kami, kami tidak melakukan apapun. Ini semua hanyalah salah paham," ucap Aisyah.
Aisyah berkata lirih sembari menatap sendu mata ayahnya. Tidak ada sedikitpun raut wajah dusta yang di tunjukkan oleh gadis itu.
Putra mengangguk dan mengelus lembut kepala Aisyah.
Putra juga menyeka air mata Aisyah yang masih tertinggal di pipinya hingga membasahi cadar gadis itu.
30 Menit Kemudian
Guru Bk dan kepala sekolah sudah memasuki ruangan tersebut, mereka mendiskusikan tentang permasalah yang baru saja menimpa Tommie dan Aisyah.
"Kami bisa membiarkan mereka tetap bersekolah di sini, tetapi kami tidak bisa menjamin para murid bisa merahasiakan kejadian ini, takutnya ini akan mencemarkan nama baik sekolah," ucap kepala sekolah panjang lebar
"Ini sekolah milik Tn.Vano, jadi keputusannya beranda di tangan anda tuan,"sambungnya.
Vano terdiam cukup lama untuk memikirkan langkah mana yang harus ia ambil.
"Untuk Tommie, sepertinya aku akan tetap menyekolahkannya di sini, beberapa bulan lagi ia juga akan lulus, aku tidak ingin membebankannya dengan masalah pindah sekolah," tukas Vano menjelaskan.
"Aku setuju, sepertinya Aisyah juga akan tetap bersekolah di sini, bagaimanapun ini hanya sebuah kesalahpahaman," sambung Putra.
"Kami harap, bapak dan ibu guru bisa menjelaskan kejadian ini kepada murid lain sehingga tidak terjadi salah paham lagi," ujar Dirganvano.
"Baik Tuan," semua guru serempak mengangguk mendengar permintaan dari Dirganvano.
Satu Bulan Kemudian
Sebulan sudah berlalu semenjak kejadian itu, Tommie sudah jarang mengganggu Aisyah akhir-akhir ini.
Aisyah juga sedang sibuk belajar untuk mempersiapkan UNBK yang sebentar lagi akan di laksanakan.
Banyak sekali yang bergunjingging tentang masalah mereka, tetapi karena mereka mengabaikan dan lebih memilih untuk tidak meladeni orang-orang tersebut, dengan sendirinya masalah mereka hilang bak ditelan bumi.
Kini semua orang sudah tidak pernah membahas masalah itu lagi, seakan permasalahan tersebut tidak pernah ada.
Malam Hari
Vano berkunjung untuk kesekian kalinya ke rumah Tommie, lagi-lagi untuk membahas masalah perjodohan yang telah lama di rencanakan.
"Bagaimana keputusanmu Tommie?" tanya Vano, hingga membuat Tommie memutar bola matanya, ia terlihat sangat malas untuk membahas tentang hal itu lagi.
"Sudah aku katakan berulang kali dan papa pasti sudah tahu jawabanku, aku tidak mau," ucap Tommie, dengan meninggikan nada suaranya.
Tommie terlihat sangat risih mendapat pertanyaan berulang dari papanya. Ia juga sangat malas untuk meladeni papanya.
"Mengapa kau tidak mau? Apa alasannya?" tanya vano lagi.
Vano beralih duduk disamping Tommie dan menunggu jawaban yang keluar dari mulut Tommie.
"Banyak alasan untuk aku tidak menyetujui perjodohan ini, pertama aku tidak pernah melihat wajahnya, kedua aku tidak pernah mengenal dirinya secara pasti, dan yang terpenting aku sangat membenci gadis itu." Tommie menjelaskan panjang lebar hingga membuat Vano terkekeh mendengar pernyataan anaknya barusan.
"Jangan terlalu membenci seseorang, awas nanti kau bisa jatuh cinta kepadanya," balas Vano menggoda anaknya. Hingga membuat pria itu mendengus kesal karenannya.
"Bagaimana jika kalian saling mengenal terlebih dahulu? Soal pernikahan kita bicarakan nanti saja," saran Vano, dengan nada sedikit mendesak Tommie.
Berulang kali Vano mengucapkan hal yang sama, hingga membuat Tommie menjadi risih mendengarnya.
"Baiklah aku setuju, mulai sekarang berhentilah membahas ini," ucap Tommie memberi persetujuan.
Tommie dengan berat hati akhirnya mengalah dan menuruti saran dari papanya.
Sontak saja Vano tersenyum lebar mendengarnya. Tanpa sadar dia bahkan memeluk putranya, hingga membuat Tommie tersentak.
"Aku sangat merindukan dekapan hangatmu, pa," batin Tommie, tanpa sadar air matanya keluar. Namun, dengan segera ia seka agar tidak ketahuan oleh Vano.
"Kau memang jagoan papa," ucao Vano.
Vano menepuk-nepuk pundak Tommie yang masih berada di dalam dekapannya.
Air mata Tommie kembali mengalir tanpa ia kehendaki, kerinduan akan hadir sang ayah selama ini seolah terobati saat Vano memeluk dirinya setelah sekian lama.
Hati Tommie yang membeku seolah mencair, kebenciannya seakan mereda.
Dengan ragu, ia membalas pukan sang Ayah, hingga cukup lama mereka berdua saling berpelukan.
"Maafkan papa Tommie, selalu mengekang dirimu selama ini dan tidak pernah membebaskanmu dalam bergaul, semua ini papa lakukan karena papa tidak ingin kau salah dalam pergaulan, papa juga tidak ingin kau menjadi sampah masyarakat jika papa terlalu lembut dalam mendidikmu," ucap Vano panjang lebar, suaranya sedikit gemetar. Sepertinya, pria itu juga turut terbawa suasana.
"Maafkan Tommie juga pa, jika selalu membangkang dan belum bisa membanggakan papa," balas Tommie
Tommie sudah tidak dapat menahan kerinduannya, ia semakin memeluk sang ayah dengan sangat erat.
"Kau selalu menjadi kebanggaan papa, Tommie," ucap Vano.
Bersambung ....
Jangan lupa like, vote dan tinggalkan jejak di kolom komentar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments