Lamaran

Suamiku Membenciku

Author: Linda Mardiana

•Keesokan Harinya

Dirganvao datang membawa Tommie untuk melamar Aisyah secara resmi, malam ini.

Prosesi lamaran hanya di hadiri oleh mereka

berempat. Ibu tiri dari Tommie sedang sakit sehingga berhalangan untuk hadir.

Sementara kakaknya, Viano sedang sangat sibuk akhir-akhir ini hingga berhalangan untuk hadir juga.

Tommie terus menatap heran kearah Aisyah yang terus tertunduk sedari tadi.

Aisyah juga mengenakan cadar selama prosesi lamaran berlangsung, seperti hari biasanya. Ia tidak ingin memperlihatkan wajahnya kepada pria yang bukan mahramnya.

"Duh, mati aku! Apa gadis ini benar-benar buruk rupa? Dari SMA bahkan sampai sekarang aku bahkan belum pernah sekalipun melihat wajahnya," batin Tommie.

Pria itu terlihat sangat tidak tenang dalam duduknya dan tampak raut wajah penuh keraguan darinya untuk tetap melanjutkan perjodohan ini.

Tommie masih terus menatap lekat ke arah Aisyah selama prosesi lamaran berlangsung, hingga membuat gadis itu terlihat tidak nyaman.

Aisyah yang menyadari hal itu sedari tadi, hanya menundukkan wajahnya dan tidak mengucapkan sepatah katapun.

Cukup lama Vano dan Putra berbincang-bincang mengenai kelanjutan perjodohan antara Tommie dan Aisyah.

Sementara Aisyah dan Tommie hanya diam sembari menyimak perdebatan antara Ayah mereka.

"Bagaimana jika kita mengadakan pernikahan minggu depan saja?" usul Vano, membuat Putra dan Aisyah sedikit kaget mendengarnya.

"Apa tidak terlalu terburu-buru, Vano? Sebaiknya, kita juga meminta pendapat dari Aisyah dan Tommie. Benarkan, Tommie?" tanya Putra.

Putra menatap tajam ke arah Tommie yang sedari tadi hanya terdiam sembari memperhatikan putrinya.

Putra rupanya menyadari jika Tommie sedang memperhatikan putrinya sedari tadi.

"hm ....yah, tidak masalah." jawab Tommie yang terbata-bata saat Putra menyadarkan dirinya dari lamunannya

"Semakin cepat aku menikah dengannya, semakin cepat juga aku bisa mengerjai gadis ninja ini," batin Tommie.

Pria itu tampak tersenyum puas memikirkan betapa menderitanya Aisyah saat hidup bersama dengan dirinya, nanti.

Mendengar persetujuan dari Tommie, Vano kemudian bertanya kepada Aisyah tentang persetujuannya dan Aisyah hanya mengangguk pelan, tanda persetujuan.

"Insha Allah saya siap om," jawab Aisyah malu-malu di sela anggukannya.

"Panggil papa dong mulai sekarang, kamu sebentar lagi juga akan menjadi anak papa," balas Vano.

Aisyah hanya tersipu malu mendengar perkataan Vano barusan.

"Tommie juga mulai sekarang panggil saya dengan sebutan Ayah, sebentar lagi kamu akan menjadi menantu Ayah juga," sambung Putra, membuat Tommie gelagapan mendengar ucapannya barusan.

Pria itu hanya mengangguk, dia terlihat sangat grogi di hadapan Putra.

"Kalian berbicara berdua dulu saja, Papa ada perlu dengan Ayah Aisyah," ucap Vano, menatap kearah Aisyah dan menepuk pundak Tommie.

Vano kemudian menarik paksa tangan Putra, agar membiarkan Tommie dan Aisyah mempunyai kesempatan untuk berbincang.

"Dasar si Papa, dia pasti sengaja menjebakku bersama gadis ini. Apa yang harus aku katakan kepadanya? Aku sangat membenci suasana canggung ini," batin Tommie

Dia sangat kebingungan mencari topik untuk membuka pembicaraan. Suasana mereka di ruang tamu, tiba-tiba sunyi dan penuh ketegangan.

"Eh, anu ....itu ....Bukankah sudah kubilang dulu, jangan pernah menerima perjodohan ini? Kenapa kau masih ngotot menerimanya?" tanya Tommie, berusaha mencairkan suasana yang menegang.

Tommie sebenarnya sangat gugup. Namun, berusaha tetap bersikap Cool di depan Aisyah.

Aisyah mengangkat kepalanya dan sekilas memandangi wajah Tommie.

Namun, gadis itu kembali memalingkan wajahnya saat mata mereka saling beradu pandang.

"Aisyah hanya ingin menjadi istri Kak Tommie, sepertinya Kak Tommie bisa menjadi imam yang baik bagi Aisyah," ucap gadis itu, tanpa melihat mata Tommie dan tetap memalingkan pandangannya.

Tommie terkekeh mendengar ucapan Aisyah barusan, hingga membuat gadis itu kembali memberanikan diri untuk menatap wajah Tommie.

"Dasar gadis bodoh, apa yang kau harapkan dari pria seperti diriku. Apakah pembullyan selama 3 tahun belum cukup bagimu? Jangan salahkan aku jika memperlakukan dirimu dengan buruk nantinya, bukankah sudah aku peringatkan sebelumnya?" Ancam Tommie sembari menyunggingkan senyum sinisnya.

Tommie menatap dalam ke arah mata Aisyah sembari menyunggingkan senyum licik ke arah gadis itu.

Deg!

Aisyah seketika kembali menundukkan kepalanya mendengar ucapan Tommie barusan, gadis itu terlihat semakin tidak tenang sekarang.

"Sudah takut sekarang? Cepatlah adukan kepada ayahmu tentang ancamanku, agar dia membatalkan perjodohan ini!" sambung Tommie.

Aisyah hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Dasar keras kepala, lihat saja nanti!" Tommie menatap geram ke arah Aisyah sembari menggertakkan giginya karena kesal melihat tingkah Aisyah yang keras kepala.

Mereka kembali terdiam cukup lama. Aisyah hanya menunduk sedari tadi sementara Tommie sibuk memainkan ponselnya.

Beberapa menit kemudian Ayah Aisyah dan Papa Tommie keluar dari ruang kerja.

Mereka heran ketika mendapati Tommie dan Aisyah sedang duduk dan hanya diam-diaman saja.

"Kalian sudah bicara? Kenapa kalian hanya diam saja?" tanya Vano, heran.

Tommie dan Aisyha kompak mengangguk mendapat pertanyaan itu.

Setelah berbincang-bincang cukup lama. Vano beserta dengan Tommie pamit undur diri dari kediaman putra.

Hari juga sudah cukup larut, Mereka tidak ingin mengganggu waktu istirahat Putra dan Aisyah jika mereka tetap berada di rumahnya.

Papa Tommie tampak sangat senang, karena berfikir Tommoe sudah mulai menyukai Aisyah.

Begitu juga dengan Putra, dia sangat senang melihat putrinya sudah bisa lebih membuka hati untuk seorang pria.

Aisyah memang tidak mau membuka hati untuk siapapun semenjak lulus SMA.

Berbagai pria silih berganti datang ke rumahnya untuk sekedar mengenal, mengajak pacaran, bertunangan bahkan hingga ada yang ingin langsung menikah dengannya.

Namun sayang, Aisyah menolak mentah-menatah semua ajakan itu.

Hingga akhirnya ia memutuskan untuk kuliah di luar negeri agar tidak ada seorang priapun yang mengganggu hidupnya lagi.

Ini juga ada hubungannya dengan Tommie, pria itu yang terus membully dirinya saat SMA hingga membuat dirinya menjadi trauma untuk menjalin hubungan serius dengan seorang pria.

Bahkan sempat memutuskan untuk membatalkan perjodohan ini.

Namun, karena terus di desak oleh Vano, dan karena telah berfikir cukup panjang, ia akhirnya menjatuhkan pilihan pada Tommie untuk menjadi pelabuhan pertama dan terakhir cintanya.

Pria yang membuatnya tidak ingin jatuh cinta, harus bisa membuatnya menjadi bisa merasakan cinta, batin Aisyah saat memikirkan tentang kelanjutan perjodohan mereka.

Di kamar Aisyah

Aisyah masih terjaga, matanya sangat sulit untuk terpejam.

Ia kemudian kembali bangkit dari tidurnya dan duduk di samping ranjangnya.

Gadis itu terus-menerus kepikiran tentang ancaman Tommie terhadap dirinya tadi.

Ia berfikir bahwa orang yang seperti Tommie itu tidak akan bisa bercanda seperti tadi.

Aisyah sangat ingin mengatakan kepada Ayahnya tentang ancaman Tommie. Namun ia tidak ingin membuat keruh hubungan antara Ayahnya dan Papa Tommie.

Aisyah juga tidak ingin, jika ia membatalkan pernikahan ini malah akan mempermalukan ayahnya di depan keluarga besar Dirganvano.

Aisyah terus menerus berusaha meyakinkan hatinya, untuk tetap melanjutkan perjodohan ini bersama Tommie apapun yang terjadi ia sudah siap menerima resikonya.

Demi nama baik Ayahnya, dan demi Papa Vano yang selalu membantu dirinya dan Ayahnya dimasa-masa susah.

Aisyah tersentak dalam lamunannya, saat seseorang mengetuk pintu kamarnya berulang kali.

"Assalammualaikum sayang, kamu sudah tidur?" Suara Putra dari balik pintu kamar milik Aisyah.

Aisyah segera berlari membukakan pintu untuk ayahnya.

"Belum Ayah, Aisyah masih belum ngantuk." Aisyah bergelayut manja di lengan Ayahnya, sembari mendudukkan Ayahnya di sebuah sofa.

Aisyah tetap sama seperti yang dulu, hanya umurnya saja yang sudah dewasa.

Hati dan sikapnya masih seperti anak kecil, terutama saat sedang bersama dengan sang Ayah.

Mereka berbincang-bincang cukup lama. Putra juga bertanya tentang pendapat Aisyah mengenai Tommie

Tentu saja juga tentang keinginan Aisyah untuk melanjutkan perjodohan ini atau tidak.

"Sepertinya Kak Tommie adalag orang yang baik Ayah, Aisyah yakin untuk melanjutkan perjodohan ini." Aisyah menyunggingkan senyum palsu kepada Ayahnya.

Ingin sekali ia mengatakan hal yang sebenarnya, tetapi tidak ingin mengecewakan Ayahnya dan juga Papa Tommie.

Putra cukup lega mendengar perkataan putrinya barusan. Ia akhirnya bisa melepaskan putrinya dengan tenang, meski hatinya terasa begitu berat.

"Sejujurnya, Ayah masih sangat berat untuk melepaskan putri Ayah bersama dengan pria lain," ucap Putra sembari menggenggam erat jari-jemari putrinya

"Ayah tenang, bukankah Aisyah akan tetap tinggal bersama Ayah selamanya," jawab Aisyah, tetapi hanya di balas dengan gelengan kepala oleh Putra

"Tidak sayang, kau harus tinggal bersama suamimu setelah menikah," jawab putra berusaha menjelaskan.

"Benarkah? Lalu ayah akan tinggal sendiri disini? Tidak ....jika begitu Aisyah tidak ingin menikah selamanya," jawab Aisyah.

Putra hanya tertawa kecil melihat tingkah lugu putrinya itu, dia menjelaskan kepada Aisyah bahwa dia akan baik-baik saja bila tinggal sendiri.

Bersambung...

Jangan lupa like, comment and tinggalkan jejak untuk support author💕

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!