Suamiku Membenciku
Author:Linda Mardiana
Tommie masih menatap layar ponselnya, karena masih asik bergulat dengan game online kesayangannya, hingga mengabaikan sang istri.
"Aish, dasar game jelek! Sudah 20 kali aku mencoba, tetapi tetap saja tidak ada yang bisa mengalahkan diriku, menyebalkan." Pria itu menggerutu tidak jelas, kemudian membanting ponselnya.
"Yah retak, buang sajalah. Besok beli lagi," ucapnya santai sembari memungut ponselnya di lantai dan memasukkannya ke dalam tempat sampah.
Tommie kemudian melirik jam tangannya dan mendapati jam sudah menunjukkan pukul 19.30.
Sudah 30 menit semenjak kepergian Aisyah, tetapi entah mengapa perasaan pria itu sedikit tidak tenang ketika mengingat sang istri.
"Gadis bodoh itu beneran pergi? Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadanya? Bisa-bisa papa akan membakarku hidup-hidup," batinnya.
Tommie sangat gelisah dalam duduknya, pikirannya sedang tidak tenang saat ini.
Sementara itu di tempat Aisyah
Aisyah masih menyusuri jalan berharap bisa menemukan taksi malam ini. Namun, sudah lewat setengah jam ia melangkah, tetapi tidak kunjung menemukan taksi.
"Hai gadis manis, mau pergi kemana malam-malam? Abang anterin ya," ucap seorang pria yang tiba-tiba menghampiri Aisyah.
Gadis itu tampak ketakutan ketika melihat beberapa pria bertubuh kekar sudah mengelilingi dirinya.
"Ikut kita aja neng, kita senang-senang malam ini," ucap seorang pria lainnya, menggoda Aisyah.
Mereka tiba-tiba saja mendekat dan memegangi pergelangan tangan Aisyah, tentu saja gadis itu memberontah.
"Lepasin, jangan ganggu Aisyah! Tolong!" Gadis itu terus berteriak berharap ada seseorang yang mendengar suaranya dan segera menolong dirinya.
Plak!
Wajah putihnya seketika memerah di saat salah seorang dari mereka menampar gadis itu. Aisyah juga jatuh tersungkur karena tamparan tersebut cukup keras.
Gadis itu hanya bisa menangis sembari memeluk kedua lututnya, ia sangat ketakukan di saat beberapa orang pria tersebut semakin mendekat ke arahnya.
"Lepasin!" bentak Aisyah, di saat seorang pria mulai menarik paksa tangannya. Tiba-tiba ....
Bugh!
Seseorang datang dari arah belakang dan memukul wajah pria yang menarik paksa tangan Aisyah tadi, pria itu bahkan mundur beberapa langkah karena pukulan yang cukup keras mendarat di wajahnya.
Aisyah yang masih ketakutan tidak bisa berdiri tegak karena lututnya terasa lemas dan gemetar, gadis itu hanya bisa duduk sembari memeluk kedua lututnya.
Ia hanya berharap seseorang yang menolongnya tadi adalah orang yang baik.
"Siapa kau? Jangan sok jagoan di wilayah kami, mau jadi pahlawan kemalaman kau?" tanya pria itu dengan nada mengejek.
"Jangan ikut campur urusan kami, pergilah sebelum kau menyesal," sambung pria lainnya dan di sambut tawa oleh teman-temannya.
"Sttt! Diam kamvret, jangan meremehkan dia," ucap salah seorang pria lainnya yang tampak begitu ketakutan. Pria itu lebih memilih untuk menjauh dan menghidari perkelahian.
"Berisik sekali kau, jika kau mau jadi pengecut jangan nongkrong sama kita lagi," ucap pria lainnya.
Tanpa banyak bicara lagi, mereka langsung menyerang pria yang menyelamatkan Aisyah tadi secara bersamaan.
Bahkan, ada di antara mereka yang menggunakan senjata tajam untuk melumpuhkan orang tersebut.
10 Menit Kemudian
"A ....ampuni kami." Mereka semua berlutut meminta ampun setelah wajah mereka babak belur, bahkan sampai salah satu dari mereka ada yang pingsan dan patah tulang.
"Bro, jika kau ingin bergabung bersama kami untuk bersenang-senang dengan wanita ini, kami bisa berbagi. Tidak perlu egois dan menikmatinya sendiri," ucap salah seorang dari mereka.
Brugh!
Pria itu jatuh tersungkur setelah sebuah pukulan yang sangat keras mendarat tepat di bagian perutnya.
"Diamlah geblek, sudah aku katakan jangan meremehkan pria itu, dia adalah tuan Tommie Dirgantara," ucap salah seorang teman mereka yang tidak ikut berkelahi tadi, sembari berteriak dari kejauhan.
"Kenapa kau tidak mengatakannnya dari awal, curut!" ucap pria lainnya sembari melempar temannya itu dengan sandal yang sedang ia kenakan.
"Dasar bocah kamvret, kau lihatlah! Wajah kami sudah bonyok, tetapi kau baru mengatakannya? Keterlaluan sekali," ucap pria lainnya.
Mereka tidak henti-hentinya berdebat di depan Tommie, pria yang menyelamatkan Aisyah tadi.
"Sudah?" bentak Tommie, sontak membuat mereka semua terdiam dan seakan membisu.
"Kali ini aku akan mengampuni kalian, tetapi jika sekali lagi aku lihat kalian berani menggoda istriku, akan aku keluarkan bola mata kalian," ancam Tommie.
Sontak mereka semua mengangguk, kemudian lari terbirit-birit sembari menyeret teman mereka yang sedang pingsan tadi.
"Sial sekali hari ini, kita salah target," bisik salah seorang pria yang tengah menggendong temannya.
"Diamlah geblek! Jika ia mendengarmu, bersiaplah kehilangan semua gigimu," ucap ketua mereka sembari memukul kepala pria yang mengatakan hal itu barusan.
Di tempat Tommie dan Aisyah
Tommie menghampiri Aisyah yang masih duduk sembari memeluk kedua lututnya. Sayu-sayu terdengar suara tangis gadis itu.
"Lihatlah, betapa bodohnya dirimu. Bukannya kabur, kau malah duduk dan menangis di sini. Apa kau pikir, mereka akan mengasihani dirimu?" Tommie meninggikan nada suaranya.
Seketika suara tangis gadis itu terhenti, ia kemudian mengangkat kepalanya dan memastikan bahwa suara yang ia dengar adalah suara dari suaminya.
"Kak Tommie, Aisyah takut." Gadis itu menatap sendu ke arah Tommie.
Entah mengapa hati pria itu terasa sangat sakit ketika melihat air mata yang terus mengalir membasahi wajah wanita cantik yang ada di depannya.
"Sudahlah, mereka sudah pergi. Segera hapus air matamu, jika tidak aku tidak akan mengantarmu ke rumah Ayah," ancam Tommie.
Dengan segera Aisyah langsung menyeka air matanya dan bangkit dari duduknya.
"Ayo berangkat, hari sudah semakin larut." Tommie tiba-tiba menggenggam erat jari-jemari Aisyah. Gadis itu tampak sedikit terkejut, atas perlakuan Tommie yang mendadak.
Gadis itu terus menatap wajah suaminya yang berada tepat di sampingnya dan tidak melepaskan genggaman tangan mereka bahkan sampai di dalam mobil.
"Mengapa menatapku seperti itu, jangan terlalu percaya diri. Aku hanya tidak ingin kau menjadi trauma atas kejadian tadi," ucap Tommie, beralasan.
Aisyah hanya tersenyum kemudian mengalihkan pandangannya dari sang suami.
Ia hanya menatap ke luar jendela, seakan tidak berani menatap wajah sang suami yang masih menggenggam erat jari-jemarinya.
"Bisakah kami terus bertahan dengan hubungan ini? Entah mengapa melihatnya menangis aku juga bisa merakan rasa sakit yang di rasakannya," batin Tommie.
Pria itu semakin mempererat genggaman tangannya, seolah enggan untuk melepaskan gadis yang sepertinya sudah berhasil merebut ruang kosong di dalam hatinya.
"Tidak bisakah kau bersikap seperti ini setiap saat Kak? Aku merasa sangat bahagia di saat kau menjadi sosok yang lemah lembut," batin Aisyah.
Gadis itu terus tersenyum di sepanjang perjalanan, tetapi Tommie tidak menyadari hal tersebut.
Bersambung....
Support author dengan like, vote dan kasih masukan ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments