"Apa??!" Tanya Inne sedikit berteriak, ia berdiri.
"Ya, aku sungguhan. Apa wajah ku terlihat sedang bercanda?" Dashy bertanya balik, wajahnya yang tengil membuat Inne mengusir nya.
"Tidak, aku tak ingin menjalin hubungan lebih erat dengan mu, apa lagi menjadi besan. Sekarang pergilah!" Tegas Inne menunjuk pintu meminta Dashy dan Mayang keluar.
"Aku tak akan keluar jika kau tak mengatakan ya" Dashy menyilangkan kedua tangannya.
"Ya!, aku tak ingin menjadi besan mu!" Inne mengatakan 'ya' tetapi tidak untuk setuju.
"Katakan. Apa alasannya?, aku ingin dengar!" Dashy tetap sok cool.
"Aku benar-benar tak mengerti jalan fikir mu itu!. Apa kau mengira pernikahan ini main main??"
"Tidak aku tak pernah berfikir seperti yang kau katakan" Dashy menyela sebelum kalimat Inne tuntas.
"Bisakah kau mendengar ku dulu baru bicara?!" Inne semakin mangkel.
"Nyonya, lebih baik jika anda diam sebentar.." Bisik Mayang pada majikan nya.
"Aku yakin kau akan memojokkan putri ku saat ia di istana mu itu!. Kenapa?, kau orang kaya, kau bisa mendapatkan menantu yang kau mau di luaran sana. Kau bisa menjadikan mereka boneka mu, mainan mu. Tapi aku mohon jangan putri ku!"
"Apa kau berfikir aku ini orang gila?, aku tidak bermain dengan manusia. Aku mampu membeli mainan yang lain, kenapa aku akan memainkan putri mu?"
Inne dibuat terdiam dengan jawaban Dashy. Ia membanting tubuhnya duduk di kursi kembali. Keheningan melanda, Dashy juga bingung harus mengatakan apalagi agar Inne mau menjadi besan nya. "Hey, aku minta maaf" Dashy mengawali pembicaraan.
"Maaf untuk apa?!" Inne tetap meninggikan bicaranya.
"Bukankah sampai sekarang kau masih kesal padaku karena aku menggantung tas mu di pohon waktu SMP?" Dashy mengatakannya pelan, ia tertunduk dan memasang wajah menyesal nya. Benar-benar seorang drama queen.
"Bukan itu saja!, apa kau masih tak menyadari jika kau itu menjengkelkan?"
"Baiklah, aku memang menjengkelkan.. tapi apa kau mau memaafkan ku sekarang?"
Inne sedikit curiga, ia bertanya. "Apa kau serius, Yunani?"
"Aku serius!, tidakkah kau melihatnya. Wajah ku benar-benar terlihat serius kan?" Dashy menunjuk wajahnya sendiri.
"Aku akan setuju jika kau bisa menerima putri ku apa adanya.."
"Memangnya kau 'Ada apanya' ?" Tanya Dashy dan kembali membuat Inne mangkel.
"Benarkan, tadi kau minta maaf sekarang menghina ku karena miskin. Aku yakin kau akan melakukan hal yang sama pada putri ku!"
"Apa kau tersinggung?, aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Aku akan berlaku adil dengan putri mu dan Naya"
Airin sedari tadi sedang memperhatikan kedua orang itu dari balik kelambu. Sampai Dashy menyadari nya, "Airin?, untuk apa kau memperhatikan dari jauh?. Ayo kemari dan duduk bersama ku" Dashy menepuk nepuk sebelah nya.
Airin mengangguk dan duduk disana. "Bagus kau duduk di sebelah ku. Jika tidak kau akan sama sensitif nya dengan ibumu!"
Airin diam.
"Inne, apa kau tak kasihan dengan cinta mereka?" Dashy menggantung kalimat nya. Dan Inne diam, karena ingin mendengar kalimat itu berlanjut.
"Inne, nama mu Inne, bukan?. Kenapa kau diam saja sejak tadi?"
Inne menggeleng berulang membubarkan lamunan nya. "Aku mengasihani putri ku agar tak salah menaruh hati pada pemuda seperti anak mu!, aku membuat putri ku tersadar jika kalian orang orang kaya hanya ingin memanfaatkan kami. Tidak untuk menjalin hubungan serius"
"Memangnya kau tahu Andika seperti apa?, dan ya. Nasihat mu itu menyakiti mereka berdua. Aku memang kaya, anak anak ku berbakat. Tapi aku bukan seorang pshyco yang akan memainkan kehidupan orang lain. Kau harus mengingat nya"
Airin seolah sudah terbiasa menjadi orang bayangan yang tak di anggap sejak kecil, ia dari tadi diam dan tertunduk.
"Aku sungguhan ingin berbesan dengan mu!, kenapa kau sulit sekali percaya??" Dashy sepertinya bertambah gemas.
Dashy menarik nafas dalam dan menghembuskan nya, ia menjadi lebih tenang sekarang. "Aku ingin meminta maaf padamu atas segala keusilan ku dari SMP sampai kemarin malam.."
Inne diam begitu pun dengan Airin. Sedangkan Mayang, ia menahan tawa saat majikan nya meminta maaf. Jujur ia awalnya berfikir jika masalah di antara Majikan nya dan Inne karena perbuatan laki-laki tampan di sekolah. Dan dari Dashy meminta maaf seperti itu benar-benar terdengar lucu bagi Mayang, tapi ia tahu kondisi dan memilih untuk tidak tertawa.
"Apa kau mau memaafkan ku?, aku sungguhan datang kemari untuk memperjuangkan cinta mereka!. Kau harus mengerti, karena setahu ku Inne yang dulu tidak begitu bodoh" Dashy lepas kendali di kalimat terakhir nya.
"Kenapa kau selalu menjengkelkan?!, kau membuat tekanan darah ku naik saja.."
Suasana hening kembali, lalu Inne mulai angkat bicara saat ia lama merenung. "Dashy??" Panggil nya pelan.
"Ya?, kau tak memanggil ku Yunani lagi??" Tanya Dashy penuh semangat.
"Bukankah masalah menggantung tas ku di pohon waktu itu sudah berakhir?"
"Ya, kau benar sekali" Dashy menyela.
"Kau terlalu sensitif dengan kata-kata ku.., seharusnya aku bisa mengontrol.., tapi maaf. aku bukan orang munafik!" Ujar Dashy.
"Aku tak bisa berpura-pura baik juga tak mau berpura-pura baik, saat ada unek unek yang tak enak dalam hati, aku langsung melontarkan nya. Itulah kenapa kau sangat tak cocok dengan ku, kau terlalu sering memendam rasa.." Dashy bicara sendiri kemudian ia mendekat ke Inne dan merangkul nya.
"Sekarang kau setuju membiarkan hubungan mereka tetap ada, kan?"
Inne mengangguk. "Kenapa kau begitu menyebalkan?" Inne bertanya dalam dekapan Dashy.
"Aku selalu seperti itu dalam benak mu, jadi jangan bertanya padaku"
"Apa kau ingin bergabung menonton film favorit ku?" Ajak Dashy penuh energi, ia mengambil ponsel nya yang ada di dalam tas.
"Film apa?, negara mu menjajah india??" Tanya Inne polos.
"Hei, kita baru saja dekat!. Kenapa kau memulai lagi?!"
Alhasil mereka menonton film yang tadi Dashy jeda saat di meja rias, Airin karena begitu bahagia. Ia pergi ke dapur untuk membuat teh. Niat hati ingin menghidangkan untuk tamu dan melakukan nya sendirian. Malah Mayang lebih dulu mengikuti Airin sampai ke dapur dan juga membantunya membuat teh.
🍵
Kembali ke rumah sakit, disana Devan mendampingi Naya menunggu proses operasi adiknya. Naya sama sekali tak bisa tenang sejak tadi, sampai adiknya keluar dari ruang operasi dan dibawa beberapa perawat ke tempat lain, berpindah kamar.
Naya hendak mengejar, karena para perawat itu tak membiarkan ia bicara sepatah kata pun pada adiknya. Devan tak bisa melihat Naya seperti orang bod*h, ia sigap menahan lengan Naya.
"Lepaskan!, aku ingin mendampingi adikku!" Naya mencoba melepaskan tangan yang menahan nya sekuat tenaga, tapi hal itu disayangkan. Devan terlalu kuat.
"Diam disini, sebentar lagi dokter nya akan keluar"
"Aku tak peduli!"
Seseorang masih lengkap dengan pakaian operasi nya, keluar menemui Devan. "Nona, tolong kontrol emosi anda ini rumah sakit. Anda akan menemui pasien nanti setelah ia beristirahat sebentar, saya permisi" Dokter itu masuk kembali dan mengganti pakaian nya, sepertinya hal yang seharusnya ia katakan sudah tercapai.
Devan menggiring Naya untuk ke ruangan yang dikatakan oleh salah satu suster yang bekerja disini. Hanya tinggal dua ruangan lagi barulah sampai di ruangan Reihan, dan Devan menghentikan langkah nya. "Apa kau lapar?"
Naya ikut berhenti, "Tidak" jawabnya datar.
"Aku yakin kau lapar setelah menunggu proses operasi tadi, jangan berbohong padaku!"
"Tapi di rumah sakit tidak menjual makanan!" Tegas Naya.
"Aku akan membelinya diluar!, katakan, apa kau juga lapar?. Jika iya maka aku akan pergi untuk membeli beberapa makanan"
"Tidak perlu. Coba fikirkan, bagaimana pengusaha kaya raya akan membeli makanan di sembarang tempat?, ditambah lagi membeli nya sendiri. Kenapa kau tak meminta orang orang mu saja untuk membeli makanan di tempat umum?, dan ya!, beli itu untuk dirimu sendiri aku tak tertarik!"
"Kau terlalu banyak bicara, diamlah!. Meski seorang pengusaha sukses, aku tetap seorang laki-laki. Aku akan menjaga wanita baik-baik seperti aku menjaga adikku!, jika kau tak mau bukankah kau bisa mengatakan nya baik-baik?" Devan beranjak untuk membeli makanan, ia sedikit tak suka dengan perkataan Naya.
Naya terdiam, ia merasa bersalah mengenai kalimat yang ia lontarkan tadi, "Tunggu!"
Devan berhenti, "Apa kau marah karena ucapan ku?, aku minta maaf.."
Devan menghela nafas, wajahnya seolah 'sudah kuduga'. Pemuda bertubuh kekar itu berbalik, "Lalu?, apa kau lapar sekarang?"
"Um!" Naya mengangguk kuat.
Selama Devan pergi Naya terus menatap adiknya dari kaca kecil yang ada di pintu ruangan itu. Matanya berlinang air mata melihat adiknya terbaring sejak tadi.
"Apa kau akan mendapatkan kepuasan hanya dengan memandangi nya dari kejauhan seperti ini?" Devan sudah datang.
Naya menoleh, "Aku ingin masuk, tapi apakah itu tak mengganggu nya?"
"Kenapa kau harus malu mengakui jika kau ingin masuk bersama dengan ku, bukankah aku ini laki-laki tampan?"
Naya mengerucut kan bibir nya, ia memutar bola matanya malas jika Devan mulai narsis.
"Kau beruntung.. adik mu benar-benar menyayangimu.." Devan juga menatap Reihan dari kaca kecil itu.
"Apa kau juga menginginkan tempat ku?"
"Seandainya.."
"Kau terlalu banyak mengeluh, itulah kenapa selalu ingin menjadi orang lain!. Kau harus mencintai dirimu sendiri sebelum mencintai orang lain!" Naya mendahului dan masuk ke dalam ruangan itu.
.......
.......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Royhan Roy
serruu
2020-11-22
0
ZahraFathar
aku kira gegara apaan si dahsy sama inne, ternyata oh ternyata...
next kak sofi, semangat!.
jadi kepo sama visual nya Devan, hehehe
2020-11-02
0
Frisky cipan
naya judes amat neng
2020-10-31
0