Keesokan harinya, Devan sedang bersiap mengenakan dasi, Andika masuk ke kamar Devan dan menyembunyikan ikat pinggang yang akan Devan kenakan setelah dirinya selesai dengan urusan dasi.
Devan meraba gulungan ikat pinggang nya yang tadi ia letakkan di atas ranjang. Devan berbalik ketika tangannya tak menggapai apapun.
"Kau?"
Andika tersenyum lalu ia melemparkan gulungan ikat pinggang itu tanpa aba aba. Untung saja Devan cekatan sehingga dengan mudah Devan menangkap nya.
Devan berbalik kembali menghadap ke cermin besar mengenakan ikat pinggang nya. "Ada apa?"
"Kak, aku sudah mengatakan itu pada mami semalam, kau tahu apa yang mami katakan?"
"Hmm" Devan malas, ia menyisir rambutnya yang tak berantakan sama sekali.
"Dia menyetujui itu, sekarang habis lah kau. Lihat saja, mami akan selalu mendesak mu untuk mempertemukan dirinya dengan calon yang kau bicarakan itu!"
"Aku sudah tahu. Kemarin aku curi curi dengar pembicaraan kalian"
Devan menggeret kursi laci untuk dirinya duduk. Dia duduk berhadapan dengan Andika, menatap nya begitu serius, bahkan Andika merasa aneh dengan kakaknya yang tiba-tiba menjadi serius.
"Apa kau bisa memberi ku jalan keluar, tuan jenius?"
"Jalan keluar untuk apa??"
"Kau tahu jika aku berbohong malam itu?"
"Jadi kau membohongiku?" Andika meninggikan volume suaranya.
Ya, memang malam itu Andika sedikit curiga, bahkan dirinya yang sangat dekat dengan Devan baru tahu jika Devan mempunyai calon istri. Walau sedikit ragu ragu untuk mengatakan kepada ibunya, Andika tetap harus mengatakan itu sesuai kesepakatan mereka.
"Iya, kau tahu kan. Niat ku hanya agar mami tak setuju dan mau menunggu lebih lama, tapi ini benar-benar tak terduga..."
"Yah, firasat ku memang benar." Andika memapah dagu nya mencoba berfikir.
"Lalu bagaimana kau akan menemukan gadis seperti yang kau katakan itu?, bukankah mami menargetkan mu dalam tiga minggu?"
"Ayolah, boy!. Aku tahu kau adik yang baik!. Kau mau membantu ku kan?" Devan tersenyum, matanya berbinar benar seolah ia ingin Andika gemas dan membantunya.
"Eumm...." Andika berdiri ia berjalan kesana kemari perlahan mencari ide yang terbang bebas di udara. Devan mengikuti adiknya itu dari belakang.
Andika yang tiba-tiba berbalik membuat Devan berdiri tegak demi menjaga image nya. "Kak!, aku mendapat ide!"
"Apa itu, apa??" Tanya Devan yang tak sabar mendengar jawaban adiknya.
"Kemari, duduklah dulu.." Andika mengajak Devan untuk duduk di sofa bundar yang menghadap langsung dengan jendela kaca lebar.
"Bagaimana.." Andika sengaja mengatakan nya perlahan agar Devan semakin penasaran.
"Bagaimana apa?"
Andika masih diam, ia menutup kembali mulutnya yang terbuka. Sadar diri permainkan adiknya, Devan memberikan hantaman di lengan atas Andika.
"Akhh kak, sakit..."
"Cepat katakan atau aku akan melempar mu keluar dari kamar ku!"
"Baiklah baiklah!, santai sedikit.."
"Bagaimana jika kita mengadakan audisi?"
"Hah!!!?" Devan terkejut, bagaimana bisa Andika mendapat ide yang seperti itu.
"Apa yang kau fikirkan??, banyak gadis akan mengikuti audisi itu. Kau tahu sendiri kan, kakak mu ini sangat tampan dan kaya..?"
"Kak, dengar. Kita akan mengadakan audisi ini di desa. Bukankah kau mengatakan kalau calon itu berasal dari desa dan gadis miskin?"
Devan kesulitan menanggapi kalimat adiknya itu, ia mengangkat tangannya, menggerak gerakkan seolah ingin meluapkan sesuatu yang sulit untuk di jabarkan.
HAP
Andika menangkap tangan kakaknya. "Sudah kak, jangan menjadi gila karena ide cemerlang ku."
"Kau sudah gila!, apa aku begitu menderita menjadi lajang?, huh!?"
Andika hanya menggeleng berulang perlahan, Andika bermaksud lain tetapi Devan salah menanggapi.
"Aku tak semenderita itu! sampai sampai kau mengadakan audisi untuk ku!"
"Kak, kau seharusnya bersyukur karena mempunyai adik yang setia sepertiku. Meski kau sangat menyebalkan, tapi karena hati nurani ku yang sangat besar. Aku rela berpikir keras untuk menolong mu.." Ucap Andika masih tak melepaskan kedua tangan Devan yang ia tahan di meja.
"Kau tahu, aku menyesal meminta ide darimu. "
Devan mendekatkan wajahnya, begitu pun dengan Andika. Mereka saling menatap seolah sedang berlomba, siapa yang berkedip dahulu maka ia yang kalah.
by : @sofiatus.gans
🍵VOTEEEEE🍵 xiexie🙏😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🌹Dina Yomaliana🌹
5 like dan rate 5 mendarat💕💕💕
2021-01-17
0
Daratullaila🍒
Hai author! Aku mampir nih😁 semangat terus nulisnya🤗 ditunggu feedbacknya🤗 5 like dan 5 rate sudah mendaraattt
Numpang promo ya, mampir juga ke novel pertamaku
Salam dari Calon Istri CEO
2020-12-27
0
naurakyu
senengnya ada kakak ma adek pada akur..
2020-09-30
0