Kabar

Di depan rumah megah milik Dashy, Rahman dan ketiga anaknya sedang bersiap untuk akting yang akan di perankan masing masing. "Bagaimana?" Tanya Sisil yang berdiri lurus dengan Andika.

Andika berada di lantai tiga dari rumah itu, di balkon yang luas dan jika di lihat dari atas maka akan membuat bulu kuduk mu merinding. Kaki Andika bergetar, ia takut sekali 'bagaimana jika benar-benar jatuh?' Begitulah batin nya.

Devan dan ayahnya berdiri sejajar, Devan menahan tawa saat melihat wajah Andika, terlihat pucat dengan keringat keringat nya. "Baiklah, sekarang mulai!" Ujar Sisil.

"Kakak!!!, tidak, jangan bunuh diri di rumah!!" Teriak Sisil.

"Aku tak peduli!, minggir kalian semua!" Ucap Andika seraya membaca selembar kertas kecil yang berisi dialog nya.

"Papi!!, kau menunggu apa?!, kau menunggu kak Andika berdarah darah baru memanggil Mami??"

"Kau benar, ini terjadi karena Dashy merajuk" Rahman pun berlari, sambil berlari hatinya terus menggerutu.

'Ada ada saja.. aku bahkan tak pernah membayangkan masa tua akan bersama anak anak tengil seperti mereka.., lihat!, sekarang bahkan aku harus berlari mengikuti rencana mereka.. sudahlah, aku memang papi idaman'

Tibalah Rahman di depan pintu kamar nya, tangannya mengepal hendak mengetuk. Tapi ia teringat dialog yang di rancang Sisil, dimana tertera jika Rahman tak boleh mengetuk. Ia harus menggedor, dan keberhasilan dari rencana konyol ini ada pada akting Rahman.

Brrak brrak brrak

Dashy sebenarnya sudah mendengar teriakan dari anaknya, tapi ia berfirasat jika itu hanya bohong. Sampai ia mendengar suara Rahman dari balik pintu. "Dashy.. dengar kan aku!, jangan mengurung diri!, Andika akan melompat!!" Suara Rahman terdengar panik.

Dashy sangat percaya pada suaminya, ia segera bangun dari tengkurap nya dan membuka pintu. "Apa kau serius?, Andika tak sebodoh itu" Dashy menyela keberadaan suaminya dan berlari ke lantai paling atas, lantai tiga.

Dan benar saja, ia kaget melihat Andika di ujung balkon. "Andika, kau jangan bodoh!, aku fikir dulu kau hanya berpura-pura bodoh, ternyata.." Ujar Dashy menggantung.

Andika lupa naskah, ia langsung berlari dan memeluk ibunya. "Mi.. aku.."

"Sudah!, aku tahu kalian bersandiwara!" Dashy melepaskan pelukan Andika.

"Mami.. kau.." Andika menatap Dashy dengan mata yang berbinar.

"Astagaa" gumam Sisil memegang keningnya, ia benar-benar kesal. Andika malah melupakan naskah. Kini entah apa lagi yang akan terjadi.

"Sedang apa kau disana?!, menonton drama korea?!, huh!" Bentak Dashy pada Devan dan Sisil. Kini Dashy meninggalkan tempat lebih dulu.

Mereka semua berkumpul di ruang keluarga, suasana menjadi hening. Tak ada yang berani angkat bicara. Dashy sudah tau rencana ini karena Andika yang lepas kontrol. "Jangan pernah terpikirkan untuk mengakhiri hidup!, kau berguna. Tuhan tak akan menciptakan mu untuk jadi sampah di bumi nya, mengerti?!" Tegur Dashy pada ketiga anaknya.

"Mami.. aku mohon biarkan aku bertemu dengan Airin, aku mencintai nya"

"Aku tak pernah melarang mu!, bertemu boleh saja. Asal jangan malam hari, orang orang akan beranggapan aku tak bisa mendidik putra ku"

Andika diam, ia tahu hal itu memang kesalahan nya. "Aku juga menyetujui hubungan mu!, memangnya kapan aku melarang!"

Andika yang tertunduk menggeleng. Melihat Andika yang sangat patuh, Dashy mengelus punggungnya. "Sudah.. jangan sedih. Masalah tetangga lokal itu, biar mami yang urus!"

"Tetangga lokal?" Gumam Devan.

"Kapan kau akan mengurus nya, mi?" Tanya Andika.

"Sore nanti??" Tawar Dashy.

"Siang ini saja.." Rengek Andika.

"Baiklah, siang menjelang sore. Bagaimana?"

"Itu sana saja sore, mi. Bagaimana kalau sekarang?"

"Tidak, tidak semudah itu!"

"Aishh... kenapa tawar menawar seperti di pasar saja.." Rahman tak tahan.

🍵

Naya membuka matanya, lalu ia menoleh ke jendela. Rupanya malam yang dingin telah berlalu. Sepertinya ia kesiangan. Dengan terburu buru Naya bangun dan pergi ke kamar mandi.

Naya membersihkan badannya cepat cepat dan turun ke lantai bawah. Disana ia tak melihat Reihan. "Kemana Reihan? Biasanya sudah bangun.. atau mungkin dia kesiangan?" Naya bertanya tanya.

Lalu Naya menghampiri kamar Reihan yang dekat dengan dapur. "Rei??" Naya mengetuk pintunya. Masih tak ada jawaban meski Naya mengetuk nya berulang. "Kau sudah bangun, Rei?"

Tak ada jawaban, sehingga mulai lah tergambar hal hal buruk pada otak Naya. "Tidak, bisa saja terjadi sesuatu pada nya!" Naya sedikit panik, ia membuka pintu itu.

"Eih, tak ada seorang pun disini? Kemana Reihan?" Tanya Naya di ambang pintu, ia kemudian mengambil langkah dan melihat lihat. Tetapi tetap saja, tak ada bayang bayang Reihan disana. Naya pun memutuskan untuk keluar dari kamar tersebut.

Cuaca yang sempurna untuk membuat es, Naya beraksi di dapur. Setelah es yang diracik nya siap, gadis itu pergi kembali ke kamarnya untuk mengambil beberapa buku, yang akan dibawanya seraya menikmati es.

Benar-benar memanjakan seorang Naya. Dan telepon rumah berdering di tengah Naya menikmati. Naya berdiri, ia berjalan dan mengangkat telepon itu.

"Halo??"

"Kak?, kau sudah bangun?"

"Yah, kau ada dimana?. Kenapa pergi sepagi ini tak memberi tahu aku?"

"Maaf kak, aku tak berpamitan padamu tadi. Oh iya, kenapa kau tak memberi tahu kalau aku akan dibawa oleh orang orang dari mertua mu ke rumah sakit?"

Naya terdiam seketika, ia baru ingat akan hal itu. "Ah, itu ya.. aku lupa untuk memberi tahu padamu.."

"Sudah kak, doakan aku. Aku akan melakukan operasi kali ini"

DEG

Naya mematung mendengar itu, ia tak akan menyangka jika adiknya akan melakukan operasi disana. Sementara dirinya sedang menikmati es dingin dan buku buku disini.

"Di rumah sakit mana?"

Tuutt tutt

"Halo??" Panggil Naya sekali lagi dan ternyata panggilan itu telah ditutup oleh adiknya. Naya mencoba mengingat, dan yah!, ia ingat betul dimana rumah sakit yang Dashy pilih malam itu.

Air mata Naya menetes begitu saja, ia segera berlari mengambil tas yang tergantung di dinding dan berlari setelah mengunci pintu, ia berniat mengejar adiknya dan mendampingi nya untuk melakukan operasi.

Naya sangat mencintai adiknya, begitu pun dengan sang adik yang lebih mencintai Naya, salah satu cinta yang ia tunjukkan adalah dengan tidak memberi tahu penyakitnya.

Naya kembali berlari saat angkutan yang ia tumpangi berhenti di depan gedung rumah sakit. Naya mengahmpiri resepsionis untuk bertanya mengenai adiknya, "Hai nona, selamat siang. Ada sesuatu yang bisa kami bantu?"

"Aku mencari adikku! hosh.. hosh.." Nafas Naya tak beraturan.

"Tapi pasien yang datang sangat banyak, apa dia salah satu dari pasien yang datang, nona?"

"Reihan, apa ada pasien bernama Reihan?"

"Tunggu sebentar nona, kami akan lihat terlebih dahulu"

"Kapan dia datang, nona? Pagi atau siang?" Tanya nya menatap layar komputer.

"Pagi mungkin, aku tak tahu"

"Yah, silahkan anda pergi ke ruangan VIP nomor 13 dan tunggu di sana sampai operasi selesai" Jawabnya setelah lama menatap layar komputer.

"Tidak!, aku ingin menemui adikku"

"Ruang operasi tak bisa di masukin sembarang orang, nona"

"Dia adikku, apanya yang sembarang orang?"

Resepsionis itu menggeleng tak percaya, ia memilih untuk duduk dan tak meladeni Naya. Naya seperti orang bodoh disana, tak ada yang memimbing ia untuk menemui adiknya. Sampai seseorang yang berjalan gagah semakin mendekat pada nya.

Naya mengadahkan pandangan nya, "Kau?!"

"Yah, sedang menunggu adik mu??"

"Tidak, bagaimana kau berfikir demikian?"

"Aku tahu.. mami meminta ku menemani mu. Dia ada urusan"

"Aku tak bertanya!" Tegas Naya berjalan menjauhi Devan dan duduk di kursi panjang entah dari kamar yang mana.

Devan iseng, ia juga mengikuti Naya dan duduk di sampingnya. "Hmph!, benar naluri ku. Kau pasti akan menerima tawaran itu"

"Aku melakukan nya untuk adikku!, jangan terlalu percaya diri, tuan sombong!"

"Tuan sombong??, sejak kapan kau menambah julukan ku!"

"Apa ada masalah dengan pendengaran mu ini?!, aku baru saja mengatakan nya!"

Devan bedecak, ia membuang pandangannya ke arah lain. "Kau sangat beruntung!, mendapat kan suami CEO dari perusahaan besar seperti ku"

"Aku tak menyukai mu ataupun uang mu, tuan sombong!"

"Yah, tapi kau membutuhkan uang ku untuk pengobatan adik mu, ya kan??" Devan sepertinya semakin senang memancing amarah Naya.

Karena terlalu kesal, Naya hanya diam.

"Tentu sangat beruntung, CEO tampan seperti ku yang masih terjaga kesucian nya. Dimana lagi kau akan mendapatkannya?"

Mata Naya membulat, ia menyorot Devan dari bawah sampai keatas. Devan dengan percaya dirinya tingkat tinggi bertanya, "Kenapa kau menatap ku seperti itu?"

"Cih, CEO dari perusahaan besar seperti mu masih terjaga kesucian nya??, apa kau sedang bercanda padaku?"

Devan menggeleng berulang tanpa dosa. "Kau menjengkelkan!" Naya kembali berdiri.

"Aku sedang mencari adikku, kenapa kau mengganggu ku seperti ini..?! Membuat ku bertambah bingung saja.."

Devan ikut berdiri, ia hendak menghampiri Naya, "Stop!!, jangan mendekat!, aku tahu kau hanya akan mengganggu!"

"Tidak, dengar dulu.. aku bisa membawa mu untuk ke ruangan operasi. Waktunya sebentar lagi sebelum adik mu masuk ke ruangan operasi nya"

Naya menatap Devan penuh tanya, ia sedikit tak percaya. "Jangan menatap ku terus!, kau akan jatuh cinta nanti.." Devan meraih tangan itu dan memimpin jalan sampai tiba di depan ruangan operasi.

.......

.......

.......

Terpopuler

Comments

Shaiqa Awanda

Shaiqa Awanda

thour up nya jgn lama2 dong,biar g keburu lupa ceritanya...🤭✌

2020-10-26

0

naurakyu

naurakyu

aku selalu mendukungmu thor..

2020-10-25

0

Mommy 2

Mommy 2

Boom like

2020-10-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!