"Apa kakak mu tak kunjung datang?" Tanya Dashy pada Andika, ia awalnya berfikir jika Devan menerima pesan itu maka akan segera menelepon atau mungkin menemui maminya di rumah.
"Tidak, memangnya apa yang membuat mami sangat menunggu nya?"
"Aishh.. ini urusan orang tua, bocah seperti mu tak pantas untuk tahu" Cetus Dashy pada Andika lalu mengeluarkan ponsel nya, ia menelepon Devan.
Aku?? bocah?? lalu Sisil apa? Ingin sekali Andika mengucapkan hal itu pada maminya hanya saja ia lebih memilih untuk lanjut dengan kesibukan di tablet nya.
Dering juga getar dari ponsel Devan yang tergeletak di meja kerja masih ia tahan untuk tak mengangkat nya. Entah berapa kali seseorang berusaha menghubungi Devan yang sibuk dengan jalan fikir nya. Sampai akhirnya Devan menghela nafas panjang dan memilih untuk menjawab telepon itu. "Halo?" Sapa Devan datar.
Dashy kesal, ia diam. "Halo mami?"
"Dari mana saja kau?!" Tanya Dashy sedikit keras.
"Aku sedang bekerja, mami" Devan sedikit merengek.
"Apa uang mu tinggal 10 lembar saja sampai sampai mengutamakan pekerjaan dibanding mami mu?"
Devan menahan emosinya karena wanita yang berisik itu adalah ibunya, jujur selain karena masalah Sisil Devan juga lelah karena bekerja sehingga ia hanya bisa memepah keningnya sendiri di meja kerja.
"Mami.. kau kenapa?, ada masalah apa di rumah?" Tanya Devan lembut.
"Bukankah aku mengirimkan mu gambar??, katakan padaku apa reaksi pertama mu!" Dashy terlihat bersemangat.
"Aku belum melihat nya, mi"
"Oh astagaa..!, cepatlah pulang!, aku benar-benar marah padamu!" Tegas Dashy lalu memutuskan panggilan nya dan hal itu menambah bingung Devan.
"Apa lagi sekarang..? oh tuhan.." Keluh Devan membereskan beberapa barang yang tak rapi di atas meja nya, setelah semua rapi menurutnya ia pun meninggalkan ruang kerja nya demi sang mami tercinta.
🍵
"Devan!!" Teriak Dashy saat Devan di ambang pintu, karena teriakan inilah Naya ikut berdiri dari duduk nya. Dashy memeluk Devan erat erat. "Nak, lihat mami mu ini.." Seru Dashy manja.
Devan hanya menyorot keadaan maminya dari atas hingga bawah. Sementara Naya ia masih sulit mencerna kejadian di depan matanya,
Apa?!, om itu anaknya?!, bagaimana mungkin?.. lalu soal calon menantu.. apa aku harus menikah dengan nya?? apa apaan ini!, apa dia berpikir jika pernikahan itu sebuah drama??
"Memang apa yang terjadi padamu?" Kini Ayah Devan menghampiri Dashy panik, ia memutar tubuh Dashy 360 derajat. "Tak terjadi apapun di tubuhmu, kenapa harus membesar besarkan seperti itu.."
"Hei!, aku sekarang sudah tak apa apa, tapi tadi kaki ku terkilir, tanyakan saja pada Andika!" Dashy sepertinya percaya sekali jika Andika akan berpihak padanya, tapi Andika terlalu fokus pada gadget nya sehingga telat menanggapi. "Ha?!" Sahut Andika merasa namanya di panggil.
"Bukankah kaki mami tadi terkilir sangat parah 'dika?"
"Tidak, sekarang sudah sembuh berkat para bodyguard.. mami hanya mencari perhatian padamu kak..." Celetuk Andika begitu saja, karena kekuatan sinyal yang buruk, Andika memutuskan untuk kembali naik ke lantai atas.
Dashy sangat geram pada Andika, ingin sekali ia melempar bantal seperti yang ia lakukan pada Devan hari itu, tetapi karena Devan dan sang suami menatap nya ia menjadi salah tingkah. "Mi, siapa gadis disana?" Tanya Devan.
Naya dari tadi hanya menyembunyikan wajahnya agar tak terlihat oleh Devan, ia masih takut jika Devan akan mengatakan semua pada kedua orang tuanya meski Naya sendiri tahu jika itu kesalahan Devan.
"Eeett!" Dashy merentangkan kedua tangannya saat Devan mengambil langkah untuk mendekati Naya.
"Dia.." Dashy menimang untuk menjawab.
"Dia..?" Suaminya mengikuti.
"Dia calon istri mu, Dev"
"Hah?!!" Devan, Ayahnya dan Naya serempak.
"Kenapa?, apa ada yang salah dengan gadis itu?"
Rahman menjaga perasaan Naya, ia menarik lengan istrinya untuk dibawa nya ke kamar mereka. Semua celotehan yang keluar dari mulut Dashy ia tahan semua hingga akhirnya tiba di kamar. "Apa yang kau fikirkan?!, kau!.." Suara melengking itu menurun agar tak menyinggung hati Naya, "Gadis bagaimana yang kau bawa untuk Devan kita, apa kau tahu?"
"Aku tahu!, dia pekerja di restoran kecil!"
"Aku benar-benar tak mengerti dengan jalan fikiran mu ini.. tidak ada yang peduli apa pekerjaannya, apa jabatannya, berapa penghasilan nya.. maksudku apa kau tahu dia gadis baik atau bukan?!"
Dashy terlihat sangat santai, ia mengupil menggunakan jemari kelingking mungil nya terlihat elegan. Sebenarnya bukan ingin terlihat jorok atau apapun, hanya saja ia ingin pamer pada sang suami yang panik bukan main.
"Apa kau melihat desain kuku ini?, benar-benar sangat bagus bukan?"
Rahman mengusap kasar wajahnya saat mendapati respon yang seperti itu dari istrinya. "Desain tak menjamin kualitas!, mungkin saja akan menyakiti mu suatu hari!"
"Tidak kau salah!, bukan seperti itu!, Naya namanya. Gadis itu... hanya melihat dari matanya saja sudah tertebak watak nya, benar-benar gadis yang aku cari untuk Devan sejak lama.."
"Apa kau tak percaya pada pilihan ku?!" Tanya Dashy.
"Tidak, sayang.. aku hanya khawatir, kau tiba-tiba membawa gadis dari luar untuk Devan."
"Syukurlah jika begitu, kalau kau tak mempercayai pilihan ku maka sama saja kau meragukan dirimu!"
"Hah?!" Rahman berkerut kening tak mengerti.
"Yah, aku memilih mu untuk jadi pasangan ku, jadi kau pilihan ku" Dashy meninggalkan Rahman dan memilih untuk berganti pakaian.
🍵
"Hei!, kau Naya bukan?" Devan memastikan.
Awalnya Naya sedikit takut untuk menjawab, oleh sebabnya ia mengangguk pelan.
"Cih, gadis yang menampar ku hari itu?!" Devan menyorot Naya dengan niat hati merendahkan.
Naya hanya bisa diam saat Devan tak henti henti mengitari dirinya, "Apa kau sudah berpikir berulang kali untuk setuju dengan tawaran ku?"
"Tawaran?" Tanya Naya, memang Naya adalah tipe orang pelupa jadi ia sudah lupa akan apa yang dimaksudkan oleh Devan.
"Jangan berpura-pura bodoh!"
"Bodoh??"
"Ya!, aku tahu kau-" Devan menghentikan kalimatnya, ia bahkan menjaga jarak saat seorang pelayan turun dengan sepasang sepatu yang dibawa nya.
"Nona, Nyonya menyuruh anda kembali bekerja. Ini sepatu anda nona" Pelayan itu memberikan sepatu milik Naya dan membantunya untuk memakai sepatu, tapi Naya tak tega untuk membiarkan orang yang lebih tua berlutut di bawahnya, ia membangunkan pelayan itu dengan memegang kedua bahunya.
"Terima kasih, aku bisa mengenakan nya sendiri" Naya tersenyum ramah.
Dari atas Dashy tersenyum puas pada sang suami, "Kau lihat? apa ada banyak gadis yang akan menolak pelayan memakaikan nya sepatu?, tidak!"
Rahman mengangguk angguk, "Yah, termasuk dirimu yang sombong sehingga meminta para bodyguard untuk menyentuh kaki mu!, hngg!" Rahman berbalik dan masuk kemabli ke kamar dan menutup keras pintunya. Bahkan Rahman terlihat seperti seorang gadis yang sedang marahan pada kekasihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
💜jiminaa💜🐣
bener² ngakak🤣🤣🤣
smngaat ya Thor.. 😊
2020-10-25
1
Lussy_ᶻᵃᵃ(off)
keluarga nya ambyar 🤣🤣🤣🤣
lanjutkan Thor.. serrruuuu
2020-10-06
1
Shaiqa Awanda
camer naya gokil
2020-10-06
0