Kini Devan sudah mengenakan pakaiannya, Naya baru saja selesai membersihkan kamar nomor 39 dan Rere memanggilnya dari kejauhan.
"Naya!!" Teriak nya seraya berlari.
"Hosh hosh hosh.. Naya.. hosh hosh.. ayo, ayo kita ke aula atas!" Rere masih mengatur nafas nya.
"Kenapa kak?" Ucap Naya yang masih memegang alat pel.
"Sudah.. hosh hosh hosh.. ayo kesana saja.."
Rere menggandeng tangan Naya dan membawanya berlari ke aula paling atas. Mereka berdua datang terlambat, disana banyak dari mereka sudah berbaris rapi.
Naya mendapat lirikan tajam dari Crishline saat dirinya melewati barisan Crishline, Naya fikir hal tersebut karena dirinya telat datang, padahal Naya sendiri bahkan tak sempat menaruh alat pel itu.
Tap tap tap
Terdengar langkah seseorang di tengah sunyi nya banyak pelayan hotel, Naya masih sibuk di barisan nya membenarkan rambutnya yang kesana kesini.
"Selamat sore" Sapa Devan dingin.
"Sore tuan!" Ucap mereka serentak bersama, terkecuali Naya.
Naya menjingkat ketika Rere menyiku nya. "Naya.. dia presdir kita.. jaga sikapmu.." Ucap Rere sangat pelan dengan tatapan mata yang tegak kedepan.
Karena berada di barisan paling akhir, Naya harus menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas wajah Devan.
"Hah!?" Naya terkejut ketika melihat lelaki itu adalah lelaki yang ia tampar barusan.
Walau mengatakan nya dengan pelan, tapi di tengah sunyi nya keadaan, itu malah terdengar jelas.
"Siapa!" Suara menggelegar itu keluar dari dua orang di samping Devan yang berbadan kekar nan tinggi.
Naya menciut, dia menjadi sedikit cemas.
"Di belakang!" Ucap Devan singkat.
Orang orang di samping Devan mengerti, mereka berlari. Yang satu ke sebelah kiri dan yang satu ke sebelah kanan.
Mereka berdua memegang kuat lengan atas Naya, membawa gadis itu kedepan dan menjadi tontonan pekerja hotel baik laki-laki maupun perempuan.
Naya hanya tertunduk, dia juga menahan sakit di lengan dan lutut nya.
"Siapa yang sudah menyuruh mu?" Tanya Devan yang berdiri tegak di hadapan Naya.
Naya perlahan mengangkat pandangan nya, gadis itu menatap wajah Devan sedikit kebingungan.
🍵
Devan di dalam mobilnya menatap hampa ke gedung gedung tinggi yang berlalu.
*Aishh.. bisa bisanya seseorang menjebak gadis polos sepertinya,, kalau di fikir fikir.. gadis itu benar-benar kasihan...
"Ckckck.. Naya.. Naya.." gumam Devan menggeleng geleng karena terbayang setiap jawaban Naya tadi..
Kecepatan mobil itu semakin menurun ketika susah dekat dengan gerbang besar juga tinggi. Dua orang menjaga membuka gerbang itu, mereka berdua keluar sisi yang berlawanan untuk membungkuk memberi hormat.
Devan membuat sendiri pintu mobilnya dan masuk ke dalam istana nya.
"Astagaa!!! Devan ku sudah pulang!!" Teriak seorang wanita tua yang berjalan ke arah Devan seraya merentangkan tangan menawarkan pelukan.
Devan merendah ketika Dashy akan memeluknya, sehingga membuat wanita paru baya itu memeluk udara.
"Anak sombong!!" Dashy menjitak kepala Devan yang berada di bawahnya.
Devan bangun setelah dirinya menerima jitakan yang lumayan sakit itu.
"Mami, ini sakit.. kau benar-benar tak bisa lembut sebagai perempuan..."
"Mami akan lembut ketika dirimu telah menikah.." Dashy mengambil cemilanyang sudah terbuka di atas meja dan duduk di sofa.
"Aku akan memaksa mu menikah!, kau akan setuju dengan pilihan ibumu yang cantiknya cetar membahana ini!, lihat saja.." Lanjut Dashy seraya menyalakan televisi dengan remote.
"Sudah lama mami mengatakan itu, tapi apa?? semua gadis masih belum sesuai dengan yang mami inginkan.. aku lelah, aku akan ke kamar.."
Saat putra nya menaiki anak tangga, Dashy melempar nya dengan bantal sofa.
"Akhh,," Rintih Devan.
Menyadari yang mami nya lempar adalah bantal sofa, Devan mengambil itu dan menepuk nepuk nya membersihkan dari debu.
"Mami.. apa lagi?.."
"Masih bertanya apa lagi?, kau ini bodoh sungguhan atau sangat bodoh??" Dashy berdiri di bawah anak tangga dengan kedua tangan yang memegang pinggang nya.
Devan turun, ia memberikan bantal itu dengan lembut kepada Mami nya.
"Aku tak butuh bantal ini!" Ucap Dashy lalu melempar bantal itu kebelakang hingga mengenai wajah suaminya, Papi Rahman.
"tak akan puas jika hanya menggendong bantal, kau tahu!. Aku ingin cucu!!" Dashy menaikkan nada bicaranya.
"Kalau begitu minta Andika saja yang menikah,," Devan menyepelekan dan kembali berjalan menaiki anak tangga.
Brukk
Kini papi Rahman yang melempar bantal itu mengenai kepala bagian belakang putranya.
"Akhh"
Devan berdecak kesal, dia mengambil bantal itu dan berbalik seolah akan melempar nya kembali kepada Mami Dashy.
"Apa!?, kau berani melempar bantal itu ke Papi mu?" Dengan sok cool Dashy menunjuk suaminya yang berada di belakang menggunakan ibu jari nya.
Rahman menaik naikkan kedua alisnya menantang Devan. Wajah kedua orang tuanya yang seperti itu malah membuat Devan merasakan kesal dan marah yang bercampur aduk.
Pemuda itu melempar bantalnya sengaja melewati samping kepala Ayahnya dan malah mengenai wajah Sisil, adik remaja nya yang terkenal jutek, muda marah dan sering lompat pagar di sekolahnya.
Mata mereka bertiga terbelalak ketika mengetahui seseorang yang terkena lemparan itu, seketika mereka menjadi patung karena tatapan mata Sisil yang mengerikan.
Andika yang baru keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya, tertawa puas.
"Hahahahahahaha.. lihat wajahmu kak.. hahahahahaha.."
Dengan kompak, Devan, Dashy, Rahman dan Sisil memelototi Andika. Tatapan itu membuat Andika berhenti tertawa, dia mencari kesibukan dengan pergi seolah tanpa dosa sembari menggosok gosok kan handuk di rambutnya.
🍵 : @sofiatus.gans
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
naurakyu
beneran seru nih keknya...semangat kakak..jgn phpin reader yak...jgn gantung gitu ceritanya...sampek tamat ya...
2020-09-30
0
Novia Novalramadan
lnjut💪💪💪😃😃😃😃
2020-09-20
0
Frisky cipan
seru nih.tapi kalimat ny mst di perbaikin lagi x y biar lbh enk buat di baca ny.semangat buat kakak outhor ny💪
2020-09-17
0