07.45
Gabriel sudah bangun dari tidurnya ia kini tengah membersihkan diri. Seelah membersihkan diri, Gabriel memakai pakaian untuk pergi berkuliah. Hari ini ia masuk satu mata pelajaran di jam pagi, nanti siang ia harus pergi ke markas untuk mengontrol transaksi jual beli senjata.
Gabriel memiliki usaha pembuatan senjata elit dan juga beberapa model peledak. Itulah ia harus mengontrol langsung proses transaksi karena tak ingin kejadian kemaren terulang lagi.
Gabriel berjalan menuju meja makan untuk sarapan. Disana sudah ada nasi goreng kesukaan Gabriel dan juga jus alpukat.
Gabriel langsung menyantap sarapannya tanpa basa-basi, ia memakan beberapa sendok lalu menyudahi sarapan nya.
"Jangan lupa beri ia makan," kata Gabriel berjalan menuju pintu.
"Baik tuan."
Gabriel berjalan menuju mobil, di sana sudah ada Roy yang menunggu Gabriel.
"Hari ini aku tidak mau mendengar tentang perusahaan, kau saja yang urus."
"Oh, ya. Jangan lupa lakukan apa yang aku katakan semalam!" lanjut Gabriel masuk kedalam mobilnya, lalu pergi meninggalkan Roy yang masih menunduk hormat.
Setelah kepergian Gabriel, Roy pun masuk kedalam mansion. Ia melihat bi Mei yang membawa nampan berisi sandwich dan juga susu.
"Untuk siapa makanan itu?" tanya Roy.
"Nona muda, tuan."
"Biar saya saja bi Mei," kata Roy sembari mengambil nampan dari tangan bi Mei. Roy pun berjalan menuju kamar Aria, sesampainya di depan pintu, Roy terlebih dahulu mengetuk pintu.
Tok
Tok
Tok
Di dalam sana, Aria yang sedang duduk di dekat jendela langsung menuju pintu, tak lupa ia memakai jilbabnya dan juga kaus kaki.
Ceklek.
Aria menundukkan kepalanya ketika ia melihat ternyata Roy lah yang mengetuk pintunya dengan membawa sebuah nampan berisi makanan.
"Boleh saya masuk?" tanya Roy datar.
"Hmmm, suami saya tidak ada di sini tuan. Tidak baik bagi saya untuk menerima tamu seorang laki-laki," kata Aria.
"Baiklah, ambil sarapan Anda nona." Aria pun langsung mengambil nampan dari tangan Roy meletakkan nya di atas meja di dalam kamar Aria.
Aria kembali ke depan pintu, karena Roy belum juga pergi dari depan kamar Aria. Roy menyodorkan sebuah tas pada Aria, Aria bingung apa maksud dari Roy, tapi ia tak ingin banyak bertanya yang membuat laki-laki kaku itu marah.
"Ini adalah handphone pengeluaran terbaru, tuan muda meminta saya untuk membelikan nya pada anda. Di dalam sana sudah tertera nomor tuan muda dan nomor ponsel saya, hmm dan juga nomor yang ada di ponsel anda sebelumnya," jelas Roy.
Sontak Aria tersenyum senang, kalau benar di dalam ponsel itu sudah ada nomor yang dulunya di ponsel lama. Itu berarti Aria bisa menghubungi ibu dan adiknya.
"Terimakasih," ucap Aria senang.
"Mulai besok anda sudah boleh berkuliah nona," lanjut Roy kembali membuat Aria semakin terkejut dan senang.
"Benarkah?" tanya Aria masih belum percaya.
"Benar nona, anda sudah bisa berkuliah besok. Tapi, semua itu ada syaratnya," kata Roy.
"Apa itu?" tanya Aria. Semoga saja itu tidak sulit.
"Jika nanti anda sudah berkuliah, anda harus mengatakan kalau anda bekerja di mansion ini sebagai seorang pelayan, itu anda katakan jika ada orang yang bertanya pada anda, mengapa anda bisa pulang ke mansion ini.
Deg
"Ada lagi?" tanya Aria.
"Di kampus nanti, anggap saja anda tidak mengenal tuan muda. Tidak boleh ada yang tahu tentang pernikahan anda dengan tuan muda!"
"Anda tidak boleh menceritakan pada siapapun tentang apa yang terjadi dari hari pertama anda di mansion ini maupun sekarang. Jika anda kedapatan melanggar, maka orang yang menjadi objek tempat anda bercerita akan kami musnahkan!"
Deg
"A-ada lagi?"
"Anda harus menjaga nama baik anda, semua kegiatan anda tak luput dari perhatian kami. Anda harus menjaga kesehatan anda terutama mata anda ketika anda berada di luar rumah, dilarang tidur di rumah teman! Dilarang membawa teman kemari! "
"Untuk sementara hanya itu yang di katakan tuan muda. Jika ada aturan baru saya akan mengatakannya pada nona, " lanjut Roy.
" Apa aku boleh menghubungi ibu dan adik ku?" tanya Aria.
"Silahkan, itu adalah kebebasan anda. Anda hanya perlu mengikuti aturan saja, selama tak ada pelanggaran maka anda dan keluarga anda akan baik-baik saja."
"Terimakasih," ucap Aria senang. Roy menunduk hormat lalu pergi meninggalkan Aria yang masih memanjatkan syukur.
Aria menutup pintu lalu berjalan menuju ranjang. Ia mengambil sandwich dan membuka ponsel yang baru saja di berikan Roy.
Aria membuka tas yang di berikan Roy. Di dalam sana, selain ada ponsel juga terdapat kaca mata minus. Aria sangat senang, kesedihannya tadi pagi kini terkubur karena kebahagiaan yang menyapa nya sekarang.
Aria memperhatikan handphone pengeluaran terbaru yang di berikan Roy berwana hitam. Aria langsung mengkotak-katik mencari nomor ibunya.
Senyuman Aria mengembang, tak kala melihat nomor ibunya ada di dalam ponsel itu. Aria langsung melakukan panggilan berharap ibunya baik-baik saja di sana.
Drrrrttt
Drrrrttt
"Halo."
"Halo, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh dek," ucap Aria bahagia mendengar suara Naina. Sangking bahagia nya Aria bahkan berdiri dan menutup mulutnya menahan isakan tangis rindu.
"Wa'alaikumusalam warohmatullahi wabarakatuh, kak Ria!" teriak Naina dari seberang sana.
"Iya ini kakak."
"Hiks hiks, kakak dari mana saja ha? Kami sudah menghubungi kakak, tapi tak pernah di jawab hiks hiks. Kami merindukan kakak," tangis Naina. Aria tak kuasa lagi menahan tangis nya yang akhirnya pecah juga.
"Maafkan kakak, hiks hiks."
"Kakak kenapa menangis?" tanya Naina.
"Kakak merindukan kalian, dimana ibu Ina?" tanya Aria.
"Ibu sedang sakit kak."
Deg
"Ibu sakit apa? Mengapa ibu bisa sakit?" tanya Aria panik.
"Ibu setiap hari selalu memikirkan kak Ria, jadi ibu depresi dan sekarang demam tinggi hiks hiks," kata Nania sembari menangis.
"Bawa ke dokter, Ina!"
"Mana uang nya kak? Mana uang nya? Kalau Ina punya uang, Ina akan membawa ibu tanpa kakak menyuruh Ina," lirih Naina membuat Aria semakin terpukul. Di sini ia makan dengan enak dan tidur dengan tempat tidur yang nyaman, sedangkan di sana keluarganya menahan lapar dan juga sakit.
"Kakak akan mengusahakan uangnya Ina, bawa saja ibu kerumah sakit. Nanti kakak akan mengusahakan biaya nya," ucap Aria.
"Darimana nanti kakak akan mendapatkan uang?" tanya Naina.
"Itu tidak penting, yang terpenting itu adalah kesehatan ibu!" desak Aria.
"Kakak, ibu bilang dia tidak apa-apa. Kakak jangan pernah macam-macam disana, ingat! Ayah kita sudah tidak ada. Namun, dosa kita masih di tanggung oleh ayah kak," ujar Naina.
"Ina, kakak tahu kau khawatir pada kakak. Tapi, kakak bukanlah wanita yang seperti itu, kakak punya pekerjaan. Kakak bisa meminjam dari bos kakak," kilah Aria.
"Baiklah, Ina akan membawa ibu ke rumah sakit. Nanti Ina akan hubungi kakak lagi yah," kata Naina.
"Iya, jaga kesehatan! Jangan lupa makan yah, jaga ibu baik-baik, kakak akan mengirim uangnya nanti."
"Iya, kalau begitu Ina matikan yah. Ina akan mencari kendaraan umum untuk membawa ibu kerumah sakit," kata Nania memutuskan panggilan.
Hati Aria terasa remuk sakit sekali rasanya, ia memakai kembali jilbabnya berniat untuk keluar dan menemui Roy. Tapi, belum sempat ia membuka pintu, Aria langsung terbayang aturan yang diterapkan untuknya. Tidak boleh keluar kamar sebelum mendapatkan izin.
Kalau ia memaksa untuk keluar, bisa-bisa peluang ia untuk mendapatkan uang akan musnah. Ia harus menunggu Gabriel pulang.
"Untuk pertama kalinya aku berharap kau cepat pulang."
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lela Lela
semoga si gabriel baik hati
2023-05-03
0
Leli Noer Octavia
haduhh semoga baik-baik saja
2022-09-09
0
💠⃟⃝♠Yeyen
kasihan bgt keadaan Aria sekeluarga.. 😭😭 dr sini kita yg berkecukupan hrs lebih bersyukur..
2022-03-22
0