Warning!!!
Terdapat adegan kekerasan mohon bijak dalam membaca.!
Silahkan baca sinopsis cerita dimana ceritanya memang tentang tokoh wanita yang di bully karena penampilannya. Kita sendiri tau bagaimana bully sekarang dan sekejam apa bully sekarang. Jika merasa cerita ini tak mungkin terjadi, maka perbanyaklah menonton berita dan membaca berita.
...****************...
Happy reading.
Keesokan harinya
Malam sudah berganti menjadi pagi. Pagi-pagi sekali Aria sudah beres-beres rumah dan memasak. Pagi tadi Aria mencoba menghubungi Hana, hanya saja panggilan nya tidak di jawab.
"Apa Hana marah? Apa kami tak akan berteman lagi?"
Raut wajah Aria berubah menjadi sedih, ia hanya punya Hana di sana, tapi sekarang teman satu-satunya marah padanya.
Hari semakin berjalan, kini sudah menunjukan pukul 10.30. Aria harus segera bersiap-siap untuk pergi kuliah.
Setelah selesai memakai pakaian Aria pun langsung bergegas mengunci rumah lalu berjalan santai menuju kampus. Hari ini Aria memakai baju kemeja polos berwarna coksu di padukan dengan rok hitam lagi dan juga kerudung kebanggaan berwarna hitam.
Aria terus berjalan, melihat banyak orang-orang yang tertawa riang di pinggir jalan bersama keluarga mereka. Ia tersenyum sendu mengingat ia sangat merindukan ibu dan juga Naina.
Setelah sampai di gerbang universitas. Aria melihat kesana-kemari untuk memastikan keberadaan Hana, tapi yang ia lihat tidak ada mobil Hana di parkiran.
"Apa Hana tidak berkuliah hari ini?"
Aria jadi bingung, kalau Hana tidak datang ke kampus bagaimana ia bisa minta maaf, terlebih lagi panggilannya tak pernah di jawab.
"Karena Hana tidak ada, jadi hari ini aku ke perpustakaan saja."
Aria pun melanjutkan langkahnya menuju kelas. Hari ini ia masuk 2 mata pelajaran, hanya saja ada selang beberapa jam sebelum masuk jam kedua.
Aria berjalan menuju kelas, sekarang sudah pukul 11 tepat. Terlihat sudah ada beberapa mahasiswa yang menunggu di kelas. Dengan sopan Aria memilih duduk di pinggir kursi paling depan.
"Hei, gadis desa," panggil seorang wanita yang duduk bersama temannya.
"Iya kak," jawab Aria sopan.
"Kakak, kakak! Memang kita ini kakak kamu ha?!" bentak wanita itu.
"Ma-maafkan saya."
"Maaf-maaf, kau itu harus di beri hukuman!"
"Tapi apa salah saya?" tanya Aria.
"Karena kau sudah tak sopan pada kami!"
Jantung Aria berdetak kencang, ingin menangis rasanya. Ia ingin sekali berteriak dan mengatakan" Apa salah ku sehingga kalian selalu mengganggu ku!" Tapi semua itu hanya keinginan. Tentunya Aria tak punya keberanian, ia hanyalah seorang mahasiswi beasiswa, jangan sampai mencari masalah kalau masih mau mempertahankan beasiswa nya.
"Woi, jangan melamun!"
"Iya, kak."
"Sini ikuti kami!"
Mau tak mau Aria hanya bisa pasrah. Berjalan mengikuti ketiga wanita itu menuju sebuah toilet wanita.
Ingatan-ingatan ketika ia di siksa di kamar mandi pun mulai menyusup di pikirannya. Ia takut.
"Ya Allah"
Tampak ketiga wanita itu berhenti lalu melirik Aria. Aria hanya bisa tertunduk, seandainya ada orang yang mau menolongnya, tapi itu hanyalah andai-andai saja.
"Angkat kepala mu!" bentak mereka.
Aria sontak mengangkat kepalanya. Namun, tiba-tiba salah satu dari wanita itu menarik kerudung Aria. Untungnya ada pentul yang membuat kerudung Aria tidak tertarik lepas.
"Aku bilang angkat kepalamu! Bukannya malah melotot!"
Ingin menangis, tapi Aria takut. Apakah ia harus melewati semua ini agar bisa menjadi orang sukses?
"Guys, dosen sebentar lagi masuk. Ayo cepat!"
"Oke."
Dengan kasar dua perempuan itu menjambak kerudung Aria, bahkan ada yang menendang kaki Aria dengan tumit sepatunya.
Air mata Aria tak bisa tertahankan lagi dan akhirnya tumpah juga.
Brukkk
Bruuukk
Suara pukulan demi pukulan berbunyi lantang ketika kepalan tangan-tangan mereka menghantam punggung Aria.
Uhuk
Uhuk
Uhuk
"Yo, guys. Ibu sudah masuk!" kata seorang perempuan yang tadinya memegang handphone untuk merekam aksi mereka.
Kedua wanita yang menganiaya Aria pun tersenyum puas, melihat Aria yang sudah terduduk lemas.
"Kunci dia di sini, jangan biarkan anak desa ini masuk ke ruangan!"
Aria mendongak ke atas melihat wanita-wanita itu mengunci pintu kamar mandi.
"Tolong, tolong jangan di kunci hiks hiks. Aku juga ingin belajar."
Tangis Aria meledak, ia berfikir. Apa sebenarnya salahnya sampai harus seperti ini, tapi ia juga berfikir Allah tidak akan memberikan ia sebuah ujian melampaui batas kemampuannya.
Tok
Tok
Tok
"Ada orang di dalam?" Aria langsung berdiri ketika ada suara seorang laki-laki yang mengetuk pintu kamar mandi.
"Tolong, tolong buka pintunya."
Tak terdengar suara apapun dari luar, tak ada sahutan atau apapun itu.
Ceklek.
Aria terkejut ketika pintu sudah terbuka, Aria melihat laki-laki yang tadi menolongnya lalu menundukkan kepalanya.
"Terimakasih."
"Yah, sama-sama."
Aria langsung keluar dari kamar mandi, membereskan penampilan nya yang sudah amburadul. Untungnya ada laki-laki itu yang menolong Aria, tapi sepertinya Aria pernah melihat laki-laki itu. Kalau Aria ingat-ingat ia pernah melihat laki-laki itu berada di restoran. Bukankah, yang tadi itu adalah laki-laki yang duduk bersama Gabriel semalam di restoran.
"Ah, sudahlah."
Aria melirik ke dalam ruangan melalui pintu. Di dalam sana ternyata sudah ada dosen dan kini sedang menerangkan materi.
Tok, tok, tok.
"Permisi Bu."
Seketika ruangan menjadi sunyi, dosen itu menatap Aria dengan tatapan tak sukanya apalagi mahasiswa yang ada di dalam ruangan.
"Siapa kamu?" tanya dosen itu pada Aria.
"Saya mahasiswi di sini Bu," jelas Aria.
"Kamu tahu, kamu sudah terlambat berapa menit?"
"Saya tahu Bu, tapi..."
"Keluar!" titah dosen itu dengan nada rendah.
"Tapi Bu."
"Saya bilang keluar!" bentak dosen itu membuat Aria terkejut.
"Sudah terlambat masuk,di tambah lagi dengan pakaian mu yang, ck. Kamu ini mahasiswa apa bukan sih?"
"Maafkan saya Bu."
"Cepat keluar dari ruangan saya, setelah ini kamu jumpai saya di ruangan pribadi saya. Cepat! Saya sudah tidak tahan dengan bau busuk dari tubuh kamu!"
"Ba-baik bu."
Dengan mata yang sudah berkaca-kaca, Aria berjalan keluar.
Maafkan aku ibu, Naina. Hari ini aku tak bisa belajar hiks hiks.
...****************...
Aria kini berada di kamar mandi, membereskan penampilannya agar nanti di jam kedua ia bisa masuk kelas.
"Andai aku punya parfum."
"Hai gadis desa, hahahaha."
Mata Aria membulat penuh, kali ini apa lagi.
Di depan pintu, sudah ada Shandra dan teman-teman nya yang menatap Aria dengan tatapan meledek.
"Kau butuh parfum yah?" tanya Rosa temannya Shandra.
Aria hanya bisa diam, kali ini apa ia harus di siksa lagi. Tak cukupkah perlakuan mereka kemaren padanya.
"Ini."
Tampak Rosa memberikan sebotol parfum pada Aria. Aria masih diam dan tak berkutik sedikit pun.
"Anggap saja ini adalah permintaan maaf dari kami atas perlakuan kami kemaren."
Aria pun sontak melihat kedepan tepatnya pada rombongan Shandra.
"Apa itu benar?"
"Yah, kami bahkan berniat akan mengajak mu pergi makan di restoran termahal."
Sedikit ragu akan ucapan Rosa. Namun, Aria mengusahakan untuk percaya. Aria mengambil parfum dari tangan Rosa. Ia mencium parfum yang di berikan Rosa dan Aria pun tersenyum karena parfum itu sangat wangi.
"Ayo kita makan, kau kan masuk satu jam lagi. Nanti kalau sudah waktunya masuk kami akan mengantarkan mu."
Aria langsung mengangguk senang dan mengambil tas nya. Shandra dan yang lainnya pun pergi ke dalam mobil di ikuti Aria. Aria senang, karena akhirnya ia mendapatkan teman.
"Ayo masuk," ajak Rosa sambil membukakan pintu mobil. Aria dengan senang masuk kedalam mobil dan Rosa pun menutup pintu mobilnya lalu tersenyum kearah Shandra.
Mobil pun berjalan dengan kecepatan penuh, Aria tak menaruh rasa curiga atau apapun itu. Aria melihat keluar jendela pemandangan-pemandangan yang sangat indah. Hanya saja bukankah ini terlalu cepat.
Aria menatap kedepan, mobilnya melaju dengan cepat membuat Aria menjadi takut dan berpegangan di kursi mobil.
"Hmmm, kemana kita akan makan?" tanya Aria.
"Tempat yang sangat cocok untuk mu, tentunya di sana banyak sekali makanan lezat," jawab Rosa.
Mobil terus berjalan, Aria merasa mual karena mobil yang bergerak dengan kelajuan tinggi. Kepalanya pusing dan ia ingin muntah, tapi ia tak mungkin muntah dan mengotori mobil.
Chhhiiittt
Mobil pun berhenti.Aria merasa sedikit lega, tapi Aria bingung karena mereka berhenti di tempat yang sunyi dan juga ada tumpukan sampah yang banyak. Tampak di sana Shandra dan Rosa keluar dari mobil dan membuka pintu mobil di samping Aria.
"Keluar!"
"Mengapa kita berada di sini? Apa yang terjadi?" tanya Aria masih bingung.
"Makan."
"Ha? Makan? Tapi di sini tidak ada tempat makan."
"Keluar saja gadis desa! Banyak sekali bicara mu!" bentak Shandra menarik paksa Aria dari dalam mobil. Aria sendiri terpaksa keluar dari mobil.
Setelah Aria keluar dari mobil dengan bersamaan Shandra dan Rosa mendorong Aria hingga jatuh ketumpukan sampah.
"Hahahaha, kau tadi ingin makanan lezat yah. Sana cari, di sana pasti ada makanan yang lebih cocok untuk mu, hahahaha."
"Ayo Rosa, kita tinggalkan gadis desa itu di sini. Biarkan ia memakan makanannya tanpa ada yang menggangu," lanjut Shandra masuk kedalam mobil begitu juga dengan Rosa.
Mobil pun dengan cepat meninggalkan Aria yang terduduk sambil memeluk lututnya.
"Aku memang lemah, terlalu polos hiks hiks."
Tap
Tap
Tap
"Butuh bantuan?"
...****************...
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
Silahkan berikan kritik dan saran dengan berkomentar secara bijak. Karena orang yang bijak dalam memilih bacaan akan berkomentar dengan bijak pula 😁😁
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lela Lela
amit amit ih jahat ny
2023-05-02
0
Nanda Lelo
mahasiswa kok kelakuannya kyk syetan,, 🤦
2023-01-12
0
Leli Noer Octavia
sabar adalah jalan terbaik
2022-09-09
0