Waktu terus berjalan. Sekarang sudah menunjukkan pukul 08.30. Di kampus hari ini Hana masuk kuliah, ia tak sekelas dengan Aria untuk hari ini saja.
Hana berjalan dengan kesal karena sahabatnya itu tak menghubungi nya. Hana baru tahu ternyata Aria menghubungi nya beberapa hari ini, tapi sebenarnya ponselnya sedang di sita oleh tunangan nya jadi Hana tak bisa mengangkat panggilan Aria.
"Hana!" panggil seorang laki-laki dari belakang Hana. Hana menoleh lalu membuang wajahnya berjalan cepat menuju ruangan.
"Hei, Honey." Ternyata itu adalah Rey yang sedang berusaha berbicara dengan Hana.
"Ada apa my darling?" tanya Hana cemberut.
"Jangan marah lagi, please!"
"Marah? Bagaimana bisa aku marah pada laki-laki setampan darling."
"Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau itu sahabat mu."
"Ck, aku marah padamu. Karena kau, aku sudah terlihat seperti orang jahat. Aria ku pasti sedang menangis sekarang," gerutu Hana memukul lengan Rey.
"Kalau begitu, pulang dari sini kita pergi melihat sahabat mu. Aku akan meminta maaf padanya nanti."
Hana pun tersenyum dan mengangguk lalu memeluk Rey. Sebenarnya ia tak benar-benar marah pada tunangannya itu, hanya saja ia sangat kesal.
...****************...
Setelah selesai berkuliah, Hana dan Rey pun pergi kerumah Aria, berniat untuk meminta maaf. Di perjalanan Hana bahkan membeli kue rasa strawberry dan juga beberapa makanan ringan. Semoga saja sahabatnya itu mau memaafkan ia. Kalau tidak, ia akan membuang kue ini di wajah Rey.
Setelah beberapa menit perjalanan, Hana pun sampai. Ia langsung keluar dari mobil dengan senyuman kebanggaan nya.
Tok
Tok
Tok
Hana mengetuk pintu Aria yang tertutup, namun tak ada jawaban dari dalam rumah. Hana kembali mengetuk pintu hingga seorang ibu-ibu datang menghampiri Hana dan Rey.
"Cari siapa dek?" tanya ibu itu yang ternyata Bu Rina pemilik rumah yang di sewa Aria.
"Oh, Aria yang tinggal disini, kemana yah bu?" tanya Hana.
"Oh, nak Aria. Saya tidak tahu dek, pagi-pagi sekali saya lihat rumah ini tidak di kunci dan dalam keadaan berantakan."
deg
"Benarkah? Apa ibu tak melihat kemana Aria pergi?" tanya Hana panik.
"Tidak, mungkin dia menginap di rumah teman nya atau pulang kampung."
"Tidak mungkin, aku yakin Aria belum mempunyai teman yang akrab melebihi diriku. Ini pasti ada yang salah."
"Hana."
"Iya."
"Teman mu tidak ada di rumah, mungkin yang di katakan ibu itu benar." Hana menggelengkan kepalanya tak percaya dengan semua itu, ia kenal Aria walau baru beberapa hari.
Hana pun berterima kasih pada Bu Rina dan meminta agar rumah itu tak di masuki oleh siapapun karena ia ingin meminta tolong pada orang lain untuk memeriksa siapa tahu ada bukti di dalam sana.
Hana dan Rey kini sudah berada di dalam mobil, Rey melihat wajah Hana yang terlihat khawatir.
"Hana, jangan khawatir. Aku akan membantu mu," ucap Rey mencoba menenangkan Hana.
"Bagaimana kalau Aria di culik? Bagaimana kalau Aria di siksa? Ini semua salah ku, hiks hiks."
"Mengapa jadi salah mu?"
"Kalau saja waktu itu aku mengangkat panggilannya, pasti aku bisa melindungi nya," lirih Hana merasa bersalah.
"Honey, ini semua bukan salah mu. Semua ini hanya kebetulan saja. Kita juga tidak tahu, kemana sebenarnya teman mu itu pergi. Bisa jadi ia pergi sesuai yang di katakan ibu tadi."
"Aku tidak mau tahu Rey, kau harus membantu aku mencarinya. Kalau Aria belum di temukan aku tak akan bisa hidup dengan tenang." Rey mengerutkan keningnya mendengar penuturan tunangan nya itu, sebegitu berharganya teman nya itu.
"Baiklah, aku akan membantu mu. Nanti aku akan minta tolong pada paman ku, dia punya anak yang berprofesi mencari orang hilang atau juga mencari orang untuk di bun- eh maksudku, pokoknya orang hilang." Senyuman Hana mengembang. Tunangan nya itu memang yang terbaik.
"Terimakasih."
"Sama-sama sayang."
...****************...
Deg
Deg
Deg
Itulah yang terdengar di dalam ruangan kecil yang sunyi. Hanya ada deru nafas dan juga detak jantung. Kini Aria sedang meringkuk di atas ranjang dibalutkan selimut. Ia tak berhenti menangis karena merasa sakit di bagian lengan nya dan juga hatinya.
Ia sangat merindukan ibu dan adiknya, ia membutuhkan suara mereka agar rasa takutnya ini menghilang sejenak.
Ceklek.
Pintu terbuka, Aria tak membuka selimut nya . ia tak peduli dengan siapa yang masuk ke dalam kamar.
Di depan pintu ada Roy dan dua orang pelayan membawa beberapa pakaian dan juga makanan. Roy memerintahkan pelayan itu meletakkan pakaian dan makanan di atas meja lalu menyuruh mereka keluar dari ruangan.
"Tuan muda memberikan perintah untuk anda memakan makanan ini dan memakai pakaian ini juga. Saya harap anda mengerti dan mau bekerja sama jika tak ingin kejadian lebih mengerikan terjadi di menit selanjutnya!" kata Roy dengan tegas namun dingin. Tak ada jawaban dari Aria. Roy pun melangkah keluar.
"Terlalu banyak tingkah tak akan menyelesaikan masalah, diam dan menurut lah jika anda ingin selamat!"
Bruuukk
Itulah pesan Roy di baringi dengan pintu yang tertutup kuat. Aria menahan isakan tangis nya karena semua orang jahat padanya.
Ia tak akan makan makanan itu, siapa tahu makanan itu tidak halal baginya. Biarkan saja ia mati, toh itu lebih baik dari segalanya. Aria harap ibu dan adiknya baik-baik saja di sana. Semoga mereka bahagia.
*******
Hari terus berjalan dari pagi kini berganti menjadi siang tepatnya jam 2 siang. Aria masih saja meringkuk di atas kasur, ia ingin shalat, tapi tak ada pakaian yang layak untuk di kenakan.
Ceklek
Pintu kembali terbuka, kali ini bukan Roy ataupun pelayan melainkan Gabriel yang masuk sambil membawa segelas jus alpukat.
Mata Gabriel tertuju pada makanan yang ada di atas meja. Tak tersentuh sedikit pun.
Gabriel berjalan lalu duduk di atas ranjang dan menatap badan Aria yang tertutup sempurna oleh selimut.
"He, mogok makan yah? Kau pikir kau bisa mati semudah itu," bisik Gabriel mendekat kan wajahnya ke bagian kepala Aria.
"Makanlah, hmmm siapa nama mu, aku lupa. Ah, Aria hehehehe nama yang cantik."
"Kalau kau tak mau makan, akan ku pastikan ibu dan adikmu hanya tinggal nama saja!"
Deg
Mata Aria langsung terbuka dan reflek terduduk. Ia membungkus tubuhnya agar aurat nya tak terlihat dan menatap Gabriel dengan sengit.
"Jangan macam-macam dengan keluarga ku!" tekan Aria.
"Ah, ternyata kau masih galak yah hehehe. Memangnya kau siapa berani mengaturku, ha?" ledek Gabriel.
"Apa salahku pada mu ha? Mengapa kalian begitu jahat padaku?" tanya Aria sambil menahan isakan nya.
"Aria, yah Aria. Kalau kau ingin keluarga mu selamat, maka lakukan apa yang ku minta!" tekan Gabriel.
Aria hanya terdiam, jika ia berkata tidak, maka keluarganya akan terancam. Jika ia mengatakan iya, ia tak tahu apa yang sedang di rencanakan laki-laki gila ini.
"Bagaimana?" tanya Gabriel santai.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Aria.
"Hahahah, mudah saja. Kau hanya perlu tidur bersama ku semalam," ucap Gabriel dengan seringai kecil.
Mata Aria sontak membulat, ia tak menyangka bahwa permintaan laki-laki itu sangat menjijikan.
Namun, ternyata Gabriel sangat suka melihat mata Aria membulat seperti itu.
"Aku bukan wanita murahan, cari saja wanita lain jika kau ingin melakukan hal menjijikan itu!" tekan Aria.
"Sayangnya aku bukan buaya, yang suka main-main dengan para wanita. Aku ini masih perjaka," kata Gabriel dengan santai.
"Aku tidak peduli!"
"Hahahaha hahahahaha, tanpa kau mengatakan iya pun aku akan tetap melakukannya!"
Prang
Gelas yang ada di genggaman Gabriel pecah akibat di hempas oleh Gabriel. Aria terkejut sekaligus takut ketika Gabriel berjalan menuju arahnya.
"Aku mohon jangan mendekat!" teriak Aria.
"Sepertinya tubuhmu itu sangat lezat, aku ingin menyicipinya sedikit."
"Aku mohon jangan mendekat!" lirih Aria penuh air mata.
"Aku akan tetap mendekat, kau adalah milikku. Aku berhak menyicipi mu, mengerti!"
"Tidak, aku mohon hiks hiks, aku mohon!" lirih Aria berlutut memohon. Ia sangat tak rela jika kesuciannya terenggut.
"Kau sangat menghormati keyakinan mu yah?" kata Gabriel yang juga berjongkok memegang wajah Aria.
"Kalau begitu, ikut aku!" lanjutnya menarik tangan Aria dengan kasar. Aria yang di tarik dengan kasar meronta-ronta apalagi selimut yang menutupi tubuhnya terbuka.
Gabriel menghentikan langkahnya, lalu kembali ke dalam ruangan sambil menarik Aria. Gabriel mengambil selimut itu dan membungkus Aria lalu menarik Aria keluar lagi.
"Kau ingin membawa ku kemana?" tanya Aria merasa sakit dengan pergelangan tangannya.
"Menikah."
"Apa?!!"
_
_
_
_
_
Typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah
Jangan lupa vote dan tinggalkan jejak yah agar Author makin semangat untuk update setiap hari nya. 😚
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Nanda Lelo
owh,, jadi tunangannya Hana cemburu , ngira Aria tuh cowok y,,
2023-01-12
0
Leli Noer Octavia
ya ampun istighfar langsung aku kakak author 🤐
2022-09-09
0
Rahmi AZka Nugroho
Hemmm....kaya pernah baca Thor,tpi lupa dimna?? udah lama,, bagus Thor semangat
2022-09-03
0