Setelah melangsungkan akad nikah, Gabriel pergi kesebuah mansion milik nya. Hanya saja mansion ini di gunakan untuk menjalankan bisnis kotornya.
Gabriel kini sedang berada di halaman belakang duduk sambil menikmati segelas jus alpukat. Ia sangat suka dengan jus dari buah bertekstur lembut dan tidak punya rasa itu.
"Gabriel." Ternyata Gabriel sedang menunggu Gamian dan juga Ren. Gamian dan Ren yang baru datang memilih duduk di kursi lalu memulai pembicaraan mereka.
"Dimana Angga?" tanya Gabriel.
"Hmmm, dia sedang berada di lokasi tempat penukaran senjata."
"Tuan." Seorang pria bertubuh besar menghadap Gabriel dengan menunduk takut.
"Ck, untuk apa kau menampakan wajah mu disini, ha?" tanya Gabriel kesal.
"Maafkan saya tuan."
"Ck, maaf tak akan mengubah uang palsu itu menjadi uang asli. Kecuali kau mau aku bayar pakai uang palsu, maka ambil semua uang palsu itu," timpal Gabriel kesal.
"Sudahlah Gabriel, kau ini marah-marah saja. Lagi pula uang itu tidak terlalu besar, hanya 650 M," sela Ren.
"Memang uang itu tidak besar, tapi aku tak suka dengan sebuah kebodohan dan kelalaian dalam bisnis ku," cibir nya.
"Ck, kau ini. Hei kau, kembalilah ke tempat mu!" decak Gamian sambil memerintahkan anak buah Gabriel untuk pergi.
"Baik tuan."
"Sekarang apa.yang akan kau lakukan?" tanya Gamian pada Gabriel.
"Apa kalian sudah menemukan lokasi bedebah itu?"
"Sudah. Kalau menurut pengintaian nanti malam bedebah itu akan menginap di sebuah hotel berbintang di kota tetangga," jelas Ren.
"Kalau begitu perintahkan Angga dan beberapa anak buah untuk menyeret pria itu, aku ingin melihat tampang bedebah busuk itu!"
"Hehehehe lalu apa yang akan kau lakukan?" goda Gamian.
"Memotong benda yang ada di ************ nya."
"Hahahahaha, kau gila."
"Ck, kalian ini," decak Ren merasa ngilu.
"Oh yah, Riel. Bukankah nanti malam kau ada pertemuan dengan keluarga Arnold?" tanya Gamian.
"Benarkah? Untuk apa?"
" Apa lagi kalau bukan perjodohan mu dengan si ular itu hahahaha," ledek Ren.
"Aku tidak peduli, kalau mereka mau nikahkan saja si ular dengan tua bangka sialan itu."
"Ck, dia itu ayah mu."
"Entahlah, sepertinya ayah ku sudah mati."
"Kau memang anak durhaka, hahahaha."
...****************...
05
Aria terbangun dari tidurnya, ia sudah selesai shalat dengan memakai gamis karena ia tak tahu apakah di kamar ini ada mukena atau tidak. Jadi, ia hanya memakai gamis nya yang tadi untuk shalat.
Tok
Tok
Tok
Pintu di ketuk, Aria menoleh melihat pintu terbuka. Terlihat ada dua orang pelayan wanita masuk. Dua-duanya adalah wanita yang kelihatannya sudah berumur 40 keatas.
"Tuan muda memerintahkan kami untuk membantu nona membersihkan diri," kata salah satu pelayan.
Aria hanya diam membisu, ia tak bahagia sedikit pun di perlakukan seperti itu. Baginya perlakuan ini pasti ada maunya, jadi ia harus menyiapkan nyali besar untuk bertemu laki-laki yang sudah berstatus sebagai suaminya.
Para pelayan itu menuntun Aria masuk ke kamar mandi. Salah seorang pelayan menyiapkan air mandi serta wewangian sedangkan yang satunya membantu Aria membuka baju.
"Nama saya Meilin, anda bisa memanggil saya dengan sebutan bi Mei. Saya di sini selaku kepala pelayan, anda bisa meminta apapun pada saya nantinya." Aria hanya mengangguk mengerti tanpa banyak tanya.
Bi Mei pun menuntun Aria untuk masuk kedalam bak mandi. Aria sebenarnya malu, karena mandi saja ia harus di temani, tapi mau bagaimana lagi. Ia adalah tahanan disini, jika ingin keluarganya selamat ia harus patuh pada perintah Gabriel.
"Nanti malam tuan muda akan pulang terlambat, anda tidak perlu menunggunya. Tidurlah di atas ranjang, jangan tidur diatas sofa, karena tuan muda sudah memberi perintah dan akan memberi hukuman kalau perintahnya di langgar," jelas bi Mei.
"Untuk pakaian, kami sudah menyediakan pakaian anda di walk in closet. Disana semuanya sudah tersedia," lanjut bi Mei.
Setelah ritual mandi selsai, bi Mei menuntun Aria masuk ke dalam walk in closet. Aria membulatkan matanya kagum melihat deretan baju-baju mewah dan elegan serta aksesoris milik Gabriel.
"Pakaian anda ada di sini nona." Aria mengikuti bi Mei menuju beberapa lemari berukuran besar yang sudah terisi dengan pakaian wanita. Mulai dari pakaian tidur, santai bahkan gamis dan juga jilbab.
"Kami akan menunggu anda di luar nona." Bi Mei pun keluar dari ruangan, Aria sebenarnya ragu ingin membawa pakaian itu, tapi kalau ia tak ambil, ia harus pakai apa. Tak mungkin ia memakai handuk sepanjang malam.
Aria membawa sebuah baju tidur dengan model celana panjang dan baju pendek tangan berwarna cream. Setelah memakai baju, Aria membawa jilbab kurung dan juga memakai kaus kaki, lalu keluar dari ruangan.
"Kami akan mengantarkan makanan untuk makan malam dalam beberapa menit lagi nona, silahkan anda berdiam di kamar sampai makanan datang."
Para pelayan itu pergi keluar dari kamar meninggalkan Aria, padahal Aria tadi sudah berharap untuk keluar dari kamar, tapi ternyata ia harus berada di kamar lagi.
...****************...
Malam Hari
Tap
tap
tap
Langkah kaki Gabriel menggema ketika ia memasuki ruangan tempat tahanan, di sana sudah ada beberapa anak buah Gabriel dan juga ada Angga yang memasang wajah cemberut. Bagaimana tidak, rencananya Angga akan pergi dinner dengan pacarnya malam ini, tapi Gabriel malah memerintahkan ia menangkap laki-laki berperut buncit ini.
"Buka penutup matanya!" titah Gabriel.
Penutup mata yang di pasangkan pun di buka, pria tua itu melotot ketika melihat Gabriel yang berdiri sambil menatap nya dengan tatapan memangsa.
"Tu-tuan Gabriel." Mengucapkan nama Gabriel saja ia sampai gemetaran, ia tak tahu ia akan ketahuan secepat ini.
"Iya ini aku, apa kau sudah melupakan aku?" ledek Gabriel.
"Tentu tuan, mana mungkin saya melupakan anda, tapi mengapa saya di tahan seperti ini tuan? Apa saya berbuat kesalahan?"
Gabriel tersenyum sinis, sudah di ikat masih belum mau mengaku juga. Gabriel membawa sebuah pisau dari atas meja lalu mendekat pada pria itu.
"Ternyata memang benar, semakin tua manusia dia akan semakin lupa diri." Mata pria tua itu membelalakkan kaget ketika mata pisau Gabriel sudah ada di di tengah-tengah tenggorokannya.
"Tu-tuan, maafkan saya."
"Hmmm, bau pesing," gerutu Gabriel menjauh dari pria tua itu yang ternyata kencing dalam celana nya.
Gabriel menutup hidungnya menahan muntah karena jijik, ia mengkode pada anak buahnya agar memperlihatkan sesuatu dari dalam laptop.
Anak buah Gabriel pun membuka laptop lalu menyalakan sebuah panggilan video. Mata pria tua itu membulat sempurna melihat dua orang yang ia kenal tengah duduk di kursi dengan senjata yang di todongkan ke kepala masing-masing.
"Tuan, tuan saya minta maaf. Jangan libatkan istri dan anak saya. Saya mohon!" pinta pria tua itu.
"Untuk apa kami memaafkan mu ha? Kau sudah berani menipu kami, jadi kau harus menerima konsekuensi dari perbuatan mu," tegas Angga.
"Lagi pula, kalaupun anak mu selamat. Ia akan menjadi stress karena memiliki ayah bajingan seperti dirimu," sindir Gabriel sinis.
"Saya mohon tuan, saya yang bersalah. Anak saya masih kecil, saya mohon hiks hiks." Tangis pria itu melihat anaknya menangis dalam keadaan mulut tertutup.
"Bunuh, istrinya!"
Dorrr
"Tidak!!!! Tuan, saya mohon!!!" teriak pria itu.
"Katakan, siapa yang ada di belakang mu?" tanya Gabriel.
"Saya hanya sendiri tuan, saya tidak bekerja sama dengan siapapun."
"Aku tanya sekali lagi, siapa.yang apa di belakang mu?!" tekan Gabriel.
"Tidak ada tuan."
"Bunuh anaknya!"
Dor.
Teriakan histeris pria itu bergema ketika melihat darah yang keluar dari kepala anak laki-lakinya yang baru berusia 3 tahun.
"Kau adalah seorang monster! Kau bahkan tak punya belas kasih pada anak kecil, aku mengutuk mu agar nanti kau tak akan pernah punya keturunan!"
Dor
Dor
Dua peluru melesat menembus jantung pria itu, Gabriel meniup ujung tembak lalu tersenyum sinis.
"Kau pikir aku percaya dengan kutukan, dasar bodoh!"
"Urus mayatnya!"
"Baik tuan."
...****************...
Malam semakin larut, tak sanggup lagi menahan kantuknya. Aria pun memilih tidur di atas sofa. Ia tak mengindahkan perkataan pelayan tadi, lebih tepatnya tak peduli.
Ceklek.
Pintu terbuka, Gabriel yang baru sampai langsung masuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Setelah membersihkan diri, Gabriel baru ingat kalau ia punya peliharaan, tapi ia sedari tadi tak melihat peliharaanya.
"Dimana dia?"
Gabriel berjalan menuju ranjang, matanya tertuju pada orang yang tidur di atas sofa.
Gabriel pun berjalan mendekat lalu berjongkok.
"Dasar bodoh, aku sudah mengatakan untuk tidur di atas ranjang, tapi dia malah tidur di sini. Sepertinya kau harus di hukum besok."
Dengan pelan Gabriel menggendong Aria dari atas sofa menuju ranjang lalu membaringkan Aria. Gabriel menarik selimut untuk menyelimuti Aria lalu tersenyum dan pergi keluar dari kamar.
Langkah kaki yang tenang membawa Gabriel pada sebuah kamar. Gabriel membuka kamar yang sepertinya sudah lama tidak di huni.
Krieeet
Pintu terbuka.
Klik.
Lampu menyala. Gabriel menatap sendu kamar yang bernuansa putih dengan bunga mawar putih yang sengaja di letakkan di atas ranjang dan tentunya selalu di ganti agar bunga tak layu.
Gabriel membaringkan tubuhnya di atas ranjang menatap langit-langit kamar.
"Sudah lama yah, aku merindukan saat-saat itu. Saat tangan mu membelai rambutku, saat tangan mu menghapus air mataku. Apa kau bahagia disana? Aku merindukanmu."
_
_
_
_
Ayo, itu siapa yah?
Untuk bab ini bagi author tidak terlalu berkesan yah, sebenarnya author mau buat tusuk menusuk, cuma takut nanti ada yang alergi😁😂
Kalau suka tusuk menusuk kasih tahu author yah, biar author bisa leluasa menusuknya🤣🤣
Nah, sebenarnya untuk minggu itu aku gak up, hanya saja tadi lupa ngasih tahu kalau Minggu aku cuti😁
Gimana? Gimana? Mau lanjut gak? Mau double up kagak? author lagi Baek nih🤣🤣
Atau
Mau spoiler romantis nya kapan🤣🤣🤣
Jangan lupa kasih dukungan dengan tinggalkan jejak kalian, jejak komen yah, jangan jejak kaki gak muat😁
Selamat beraktifitas 🤭🤭
typo bertebaran dimana-mana harap bijak dalam berkomentar yah.
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Lela Lela
jahat ny si gabriel ih
2023-05-03
0
Nanda Lelo
wahai Gabriel, siapa yang kau rindukan itu ???
2023-01-12
0
Susanna Susan
lanjut thor
2022-02-14
0