Amber tidak bisa menolak saat Chris membawanya ke Rumah Sakit. Kemarin dia sudah merasakan seharian menunggu Brandon di Sekolah. Ternyata bukan ide yang bagus. Sekolah Brandon sekarang jauh berbeda dengan sekolah Brandon saat di Bandung dulu.
Kemarin dia merasa seperti berada di dunia lain. Sekolah elit itu tentu saja dipenuhi oleh orang-orang elit juga. Amber yang sangat sederhana seperti tidak cocok jika disandingkan dengan ibu-ibu sosialita itu. Daripada dia berujung seperti orang terasing lagi, mendingan dia menuruti perintah Chris, untuk ikut dirinya ke Rumah Sakit.
Suasana hening menyelimuti mereka berdua. Kembali ke mode dimana seorang pria yang sedang patah hati terhadap pasangannya. Amber senang karena dia bisa tidur tanpa pusing memikirkan Chris yang ada di sebelahnya.
Sesampainya di Rumah Sakit, Chris mengatakan Amber bebas melakukan hal apapun di Rumah Sakit dan mereka akan bertemu lagi di loby pukul dua siang. Setelahnya, pria itu bersiap masuk ke dalam loby sebelum Amber menahannya sebentar.
"Dimana ruangan Dokter Ken?" tanyanya polos.
Chris cukup terkejut mendengar Amber menyebutkan nama pria lain di hadapannya. Dari sekian banyak dokter umum yang se-divisi dengan Amber kemarin, kenapa dia hanya ingat nama Ken? Apa dia tidak sempat berkenalan dengan dokter perempuan lain? Lucu sekali.
"Di sebelah ruanganmu," Chris menjawab singkat, mencoba menahan rasa cemburu dalam dadanya.
"Oh, oke."
"Kau ingin bertemu, Ken?"
Amber mengangguk.
"Untuk apa?"
"Hanya dia yang kukenal di sini, selain Dokter Wicaksono."
"Baikah. Kuharap kau bisa menjaga sikapmu. Semua orang tahu kau istriku..." ujar Chris lagi, kini dengan penekanan di kata terakhirnya.
"Hah?????"
"Hah apa?"
"Kemarin mereka tidak tahu apa-apa saat pertamakali aku datang..." kata Amber curiga.
"It was. Sebelum kau tidak hadir tanpa kabar selama dua minggu dan Komite Rumah Sakit mempertanyakan dedikasimu. Aku terpaksa mengakui bahwa kau adalah istriku dan mengatakan kalau kau harus menjaga Brandon untuk sementara."
"Dan mereka percaya?"
Chris berdecak, "Kau lupa siapa aku? Bahkan kalau aku berbohongpun mereka akan menelan informasi itu bulat-bulat karena tidak ada yang bisa membantah apapun yang keluar dari mulutku."
Amber memutar bola matanya. Pria itu menyombongkan dirinya lagi. Lalu kalau semua orang sudah tahu dia adalah istri Chris, apa nanti orang-orang masih bersikap biasa padanya? Atau akan berubah 180 derajat?
"Kalau begitu aku tidak jadi masuk..."
"Kenapa lagi sekarang?"
"Sikap orang-orang pasti akan berbeda padaku. Karena di mata mereka aku bukanlah dokter Amber, tapi istrimu. Ah ini menyebalkan."
Chris menatapnya dengan sedikit bingung. "Jadi kau mau di luar sini?"
"M. Aku mau di kantin saja..."
"Petugas kantin juga termasuk dalam kategori 'semua orang tahu kau istriku' yang tadi. Is it oke?"
Amber terlihat berpikir lagi...
"Ah, kau lama sekali. Ayo!" tanpa diduga Chris menarik tangan Amber dan membawa wanita itu masuk ke dalam loby. Bagi Amber, sekarang ini dia sedang ditarik dengan kasar oleh Chris, namun di mata semua orang, Chris sedang menuntun istrinya yang cantik degan sangan romantis.
Semua pegawai rumah sakit memberi hormat pada Chris. Pria itu membalas dengan senyumannya. Amber melihat banyak yang berbisik-bisik di sekitar mereka. Apalagi saat sedang berjalan menuju lift yang ada di ruang tunggu. Pasien yang kebetulan bekepentingan di sana pun tak luput dari mengagumi mereka.
"Dokter Amber?" tiba-tiba dari sebelah kiri mereka ada suara yang memanggil. Keduanya refleks menoleh dan berhenti berjalan.
"Dokter Ken, apa kabar?" Amber refleks melepas genggaman Chris hanya untuk memberi salam pada Dokter Ken.
"Lama tidak terlihat. Dokter sehat?"
"Hm, sehat Dok. Dokter apa kabar?"
"Saya juga baik," jawab Ken sambil menoleh pada orang yang satunya lagi. Wajah orang itu dingin as usual.
"Santai dong Chris, aku hanya menanyakan kabarnya..." Ken menepuk pundak Chris dengan santai. Amber mengangkat satu alisnya. Mereka pasti cukup dekat hingga Ken bisa berbicara dengan nada demikian pada Chris. Barusan dia juga menepuk pundak mantan suaminya itu.
"Kau tidak ada kunjungan pasien? Kenapa sudah berkeliaran sepagi ini?" tanya Chris dengan nada sedikit kesal. Ken tertawa.
"Aku baru sarapan di kantin," jawabnya jujur. Lalu dia beralih lagi pada Amber, "Dokter, sepertinya mood kakak sepupuku kurang bagus. Apa tadi malam jatahnya masih belum cukup?" Ken menggoda.
Ah, mereka sepupuan... Amber tidak perlu penasaran lagi.
"Ken!" geram Chris. Tapi sebatas itu saja, bukanlah sebuah amukan besar. Buktinya si Ken itu malah semakin tertawa bukannya ketakutan.
"Ya sudah, kalian pergilah, aku mau ke resepsionis dulu. Dah Ibu Dokter. Atau, lebih baik kupanggil kakak ipar?"
"Panggil Amber saja," Amber tersenyum kecil.
"Baiklah, sampai nanti, Amber..." Ken mengedipkan satu matanya, kemudian berlalu dari mereka.
Amber masih tersenyum saat dia akhirnya kembali melihat ke arah Chris dan pria itu sedang menatapnya tak suka.
"Kenapa? Aku pun tak boleh senyum kepada sepupumu?" tanya Amber polos. Chris membuang muka dan kembali berjalan menuju lift. Amber mengikutinya.
"Kenapa kau ikut masuk? Bukannya tadi kau mencari Ken?" sindir Chris saat mereka sudah berada di dalam lift, namun belum tertutup.
"Ah iya, aku bersama Ken saja..." Amber berniat keluar lagi dari lift, namun Chris langsung menarik lengannya sehingga menubruk dada bidang pria itu.
"Berhentilah pura-pura polos. Kau bukan anak umur dua puluhan lagi kan?!"
Amber ingin tertawa tapi dia gengsi. Memangnya kelihatan ya dia sengaja pura-pura polos dari tadi? Dan lucunya laki-laki dingin itu menyadarinya.
Chris melepaskan Amber dengan cepat. Untungnya lift segera tertutup lalu berjalan, sehingga mereka aman bila berjauhan lagi.
Tidak sampai semenit, mereka sudah keluar lagi, tepatnya di lantai duabelas. Begitu keluar, mereka langsung mendapati meja seorang perempuan cantik. Cantik dan... seksi. Di depan mejanya tertulis 'Sekretaris'.
"Selamat pagi, Pak Chris..." wanita itu berdiri untuk menyambut mereka. Ralat, mungkin menyambut Chris saja. Senyumnya sangat merekah, seperti bunga mawar di pagi hari.
"Pagi Stef. Ucapkan juga selamat pagi pada istriku, Amber..." ujar Chris sedikit tegas. Raut wajah perempuan yang dipanggil Stef itu pun langsung pucat pasi.
"Selamat pagi, Ibu Amber..." Steffy mau tidak mau harus ikut memberi salam pada Amber meskipun dia tidak suka. Sebenarnya tadi dia sudah tahu itu adalah Amber yang sedang ramai dibicarakan di seantero Rumah Sakit. Tapi setelah melihat kesederhanaan wanita itu, dia yakin Amber bukanlah halangan besar untuknya. Mana mungkin Chris betah dengan wanita tidak tahu dandan seperti dia.
"Setelah ini, tolong atur jadwal istriku. Dia akan mulai bekerja besok," suruh Chris lagi, yang dibalas dengan jawaban 'baik Pak' dari Steffy.
Amber masih menyimpan protesnya sementara. Dia harus berwibawa di hadapan wanita ular ini. Ah tentu saja Amber sudah tahu kalau dia tertarik pada Chris. Lihat saja belahan dadanya yang terekspos itu. Cihhh!
"Ah iya, satu lagi," tadinya Chris sudah ingin berjalan, tapi dia urung, "Stef, coba lihat istriku. Tanpa make-up pun dia sudah sangat cantik, bukan? Siapa tahu kau ingin berguru padanya..."
Amber langsung memutar kepalanya ke sembarang arah karena tawanya ingin meledak mendengar sindiran Chris. Lihatlah wajah si ular keket itu sekarang, begitu merah seperti kepiting rebus.
"E..eh, i... iya Pak..." Steffy benar-benar malu, rasanya ingin lompat ke jurang saja sekarang. Diam-diam tangannya terkepal. Dia tidak menyangka kalau Chris bisa berkata sekasar itu pada wanita.
Chris dan Amber masuk ke ruangan besar tak jauh dari meja Steffy.
"Kau menyakiti hatinya, Pak Chris..." sindir Amber sambil berjalan menuju sofa.
"Tapi kau menikmatinya, Dokter Amber..." Chris sendiri berjalan ke meja kerjanya, lalu membuka jasnya dan menyamperkannya di sandaran kursi.
"Of course, itu pertunjukan yang lucu. Kurasa sebentar lagi kau perlu mencari Sekretaris baru. Aku curiga dia akan resign karena malu..."
Chris membuka laptop sambil menjawab, "You wish. Dia tidak akan resign sebelum berhasil tidur denganku dan hamil anakku..."
Mata Amber terbelalak. "Vulgar sekali. Tapi itu seriusan?"
"M..."
Amber mendadak tidak nyaman. "Kau mengetahui wanita itu sangat terobsesi padamu, tapi kau masih mempekerjakannya?" tanyanya sedikit bernada tinggi.
"Dia kompeten di bidangnya. Itu saja. By the way, ada yang salah dengan pita suaramu? Mengapa kau terdengar kesal begitu?"
"Kepo saja. Memangnya... kau... tidak ingin tidur dengannya?" tanya Amber perlahan, dengan suara yang bahkan nyaris tidak terdengar.
"Aku sempat terpikir. Mungkin dia adalah kandidat calon baru ibu Brandon kalau kau tidak mau kembali padaku..."
BUK!!!
Bantal sofa terlempar begitu saja ke lengan Chris. Pria itu cukup kaget karena Amber berani sekali melemparnya. Tapi... dia senang.
"What?" tanya Chris sambil menahan tawa.
"Kalau kau ingin dengannya, aku akan bawa Brandon pergi!!!"
"Bukannya tadi kau seperti menyarankanku untuk tidur dengannya?"
Amber memutar matanya, pertanda kalah dalam berdebat. Chris tersenyum diam-diam. Dia melirik wanita itu sudah kesal karena percakapan mereka. Wanita itu menyandarkan dirinya di sofa sambil melipat tangan di dada.
"Lagian aku tidak ada waktu dengan wanita lain. Aku masih menunggu seseorang untuk kembali mencintaiku..."
*****
Jangan lupa like, comment dan vote-nya ya readers... love you 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
mia💞
ada juga part manis nya....😍😍😍
gitu donk...biar ada manis2 nya hidup...
meleleh setitik...😘😍😍😍
2021-08-06
0
Alanna Th
hhmmm, bentar aq prtimbangkn dulu . . .
2021-07-12
0
cahaya
amber tu masih cinta cuman sakit hati sama gengsinya yg nutupin.. semangat cris
2021-07-11
0