Suasana meja makan sedikit berubah setelah percakapan Chris dan Amber tadi malam. Keduanya lebih banyak diam jika Brandon tidak memulai percakapan. Untungnya seperti biasa anak kecil itu cukup aktif bertanya ini dan itu, sehingga suasana tidak terlalu dingin mencekam. Namun pertanyaan yang sangat ingin dihindari kedua orang dewasa itu kembali dilontarkan Brandon.
"Papa, hari ini ngantar kita kan?"
"Hmm... bareng Pak Husen lagi nggak apa-apa ya Boy? Papa ada urusan di Rumah Sakit pagi ini," Chris sepertinya sudah tidak merasa berdosa jika harus berbohong lagi pagi ini. Dia tidak ada pilihan.
"Yahh..." Brandon lesu, bibirnya mengerucut.
Amber diam-diam melirik Chris. Tanpa dia ketahui, pria itu pun sedang meliriknya, sehingga manik kecoklatan wanita itu terpaut dengan mata biru yang indah milik mantan suaminya. Mantan, setidaknya dalam asumsi Amber.
Kejadian itu hanya terjadi sekian detik, lalu keduanya sama-sama memutus kontak.
"Ehm, nanti Mama bujuk Papa supaya menemani kita ya sayang..."
Uhukk! Uhukk!
Chris tiba-tiba tersedak. Dia tidak salah dengar kan??
"Asikkk! Makasih Mama!" Brandon mencium pipi Amber dengan cepat. Membuat wanita itu ikut tersenyum senang.
Lagi-lagi Chris mencuri pandang ke arah Amber. Entah ini cuma perasaannya, kini Amber sedang tersenyum kepadanya sembari mengangguk kecil. Hanya senyuman simpul, seakan memberi isyarat untuk mengiyakan perkataannya.
Chris mengangkat satu alisnya. Maksudnya 'are you sure?'
Amber menaikkan kedua alisnya sekali. Pertanda 'sure'.
"Hmm... kayaknya urusannya bisa diundur sampai jam sembilan. Oke, Papa yang antar."
"Horeee!!!" Brandon kesenangan sampai meloncat dari kursinya hanya untuk memeluk Chris. Benar kan? Chemistry mereka lebih kuat dibanding Amber dan Brandon. Wanita itu hanya bisa tersenyum melihat keduanya.
"Ayo, habisin dulu makanannya," perintah Chris dan Brandon langsung menurut.
Saat sudah di dalam mobil, Brandon bersikeras ingin duduk di pangkuan Amber, alih-alih di kursi belakang. Chris awalnya melerai karena takut Amber akan pegal mengingat tubuh Brandon yang cukup berisi.
"Aku saja yang menyetir," saran Amber pada Chris, menggunakan bahasa Inggris. Brandon mungkin akan paham apa yang dia katakan andai bicaranya sedikit lambat. Tapi memang tujuannya adalah supaya Brandon tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.
"Aku masih ingin hidup," pria itu berbisik pelan, menjawab dengan bahasa yang sama.
"Hubungannya apa?" tanya Amber bingung.
"Kau lupa, dulu membuka seatbelt-nya saja kau kesulitan?" Chris membiarkan Amber berpikir sendiri dengan cara mengingatkan wanita itu pada moment yang sedikit memalukan itu.
Maksud Chris adalah : ini mobil mahal, kau tidak akan bisa membawanya.
Amber yang menyadari maksud itu tanpa sadar mencebikkan bibirnya dan itu sukses membuat Chris diam-diam tertawa.
Pada akhirnya Amber harus rela menggendong anak laki-lakinya itu di kursi depan. Harus demikian, jika tidak mereka tidak akan kunjung berangkat.
Sepanjang perjalanan, Brandon mengoceh seperti biasanya. Apa saja yang ia lihat di sepanjang jalan, jika ada yang mengganjal di hatinya, pasti akan diungkapkan dalam bentuk pertanyaan. Dia benar-benar akan bertumbuh menjadi anak yang cerdas.
"Ma, kenapa lampu di jalan dibilang lampu merah? Kan ada lampu hijau sama lampu kuningnya juga?"
"Merokok itu benar-benar bisa membunuh orang ya, Ma? Kalau Papa merokok nggak?"
"Itu bonekanya gede banget. Itu pasti mahal ya, Ma?" tanyanya saat dia melihat maskot salah satu brand handphone di pinggir jalan.
"Kenapa kalau orang naik motor pada pakai helm, tapi yang naik mobil enggak? Kan kalau kecelakaan pas naik mobil, kepala kita tetap bisa terluka..."
Amber dan Chris sudah terbiasa dengan pertanyaan-pertanyaan unik Brandon. Kadang yang ia tanyakan bahkan tidak pernah terpikirkan oleh orang dewasa. Namun keduanya sebisa mungkin menjawab dengan jawaban sederhana yang bisa dipahami Brandon di usianya sekarang ini.
"Oh iya, kemarin miss ada kasih surat ke Mama, katanya mau ada acara gathering ya sayang?" Amber mengingatkan surat yang ia terima dari guru Brandon kemarin siang. Surat pemberitahuan akan diadakannya acara gathering keluarga kelas Brandon. Tidak hanya murid, tapi orangtua juga diharuskan untuk ikut serta.
"Eh iya. Mama sama Papa bisa ikut kan?"
Chris melirik Amber. Seakan bertanya acara apa.
"Gathering orang tua dan anak..." jawab Amber pelan. Lagi-lagi dalam bahasa inggris.
"Kapan?"
"Dua minggu lagi."
"Di?"
"Dufan..."
"Kau saja yang pergi..."
"Harus keduanya, Papa!" rupanya Brandon mendengar dan mengerti. Amber terkesiap. Brandon terlihat mengiba pada Chris.
"Papa kan pernah janji mau ajak Brandon ke Dufan, tapi nggak jadi-jadi..." anak kecil itu mengingatkan janji Chris beberapa bulan yang lalu.
"Hm... nanti papa pikirkan ya, Boy. Kalau seharian takutnya akan bentrok sama jam kantor..."
"Memangnya hari Minggu ada kantor yang buka, Pa?" tanya Brandon polos. Membuat Amber tak sengaja menahan tawanya.
"Oh, hari Minggu ya..." Chris menggaruk lehernya malu. Harusnya dia tanya Amber dulu tadi.
"Iyakan saja, daripada dia nggak fokus sekolah hari ini..." kata Amber lagi. Sepertinya mereka sudah sepakat akan berbicara dalam bahasa Inggris kalau melakukan percakapan terselubung seperti ini.
"Hm, oke..." kau yang mengizinkan, batin Chris. Awas saja kalau nanti ada apa-apa dia malah mengabaikanku, atau menghindariku, lanjutnya dalam hati.
"Oke, Papa ikut."
"Gitu donggg, baru Papa Brandon namanya!!" Brandon lagi-lagi bersorak kegirangan.
Sebenarnya yang melahirkanmu siapa sih Nak, kenapa kalau berhubungan sama Papa, kau bahagia sekali? Protes Amber dalam hati. Tapi tentu saja dia juga bahagia melihat buah hatinya bahagia. Dia mengelus kepala Brandon berada dalam pangkuannya.
Limabelas menit kemudian mereka tiba di sekolah Brandon. Keduanya turun untuk mengantar anak kecil itu ke batas pengantaran oleh wali murid.
"Wah, tumben sekali Brandon diantar kedua orangtuanya," wali kelas Brandon, Miss Gita namanya, terlihat begitu antusias melihat Amber dan Chris datang bersama. Namun dari ekspresinya sekarang, jelas dia lebih senang karena ada Chris di depannya. Kemarin Amber bisa melihat jelas kekecewaan di mata gadis belia itu saat bukan Chris yang mengantar Brandon, melainkan dirinya.
"Iya, Miss," Amber dengan refleks meraih lengan Chris dan merangkulnya. "Kebetulan Papa-nya Brandon hari ini libur, jadi bisa menemani kita. Iya kan, Sayang?"
Oke, Chris tidak mengerti mengapa Amber tiba-tiba bersandiwara sekarang. Tapi panggilan 'Sayang' yang diucapkan secara asal oleh Amber barusan sukses membakar sesuatu di dalam dadanya.
"Oh, iya. Sepertinya kedepannya Miss akan melihat saya dan istri saya di sini, setiap pagi..."
Amber puas melihat perubahan mimik guru genitnya Brandon itu. Untungnya Chris bisa diajak kerjasama.
"Oh, baiklah. Jangan lupa dua minggu lagi kita ada gathering di Dufan. Bapak Ibu kiranya bisa datang bersama Brandon."
"Pasti, Miss..." Amber menjawab dengan manis masih sambil bergelanyut di lengan Chris.
Gita memberikan senyum terakhirnya sebelum akhirnya membawa Brandon masuk ke dalam kelas. Setelah mereka terlihat hilang dari pandangan mata, Chris bergumam...
"Lepaskan tanganmu, atau aku akan salah paham..." katanya dingin. Amber yang sedari tadi belum menyadari, seketika melepaskan dirinya dan langsung menjauh begitu saja.
"Ikut aku ke Rumah Sakit," Chris berlalu dengan wajah dinginnya itu. Sandiwara mereka selama bersama Brandon berakhir sudah.
*****
Jangan lupa like, comment dan vote-nya ya readers... love you 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
hariyani
ya jelas lebih dekat sama papanya la wong dr kecil yg ngurus papanya daripada mamanya..
2021-07-22
1
cahaya
ntar klo dah baikan Brandon dapat hadiah adek bayi yak
2021-07-11
0
dhapz H
awkwkwk
2021-07-08
0