Pagi harinya Crish terbangun. Hal pertama yang ia lakukan adalah mengecek ponselnya. Berharap ada balasan dari Amber tentang foto yang ia kirimkan tadi malam. Namun pria itu harus menelan rasa kecewa saat pesannya hanya dibaca, tidak ada balasan. Bahkan saat Crish mengecek jam berapa Amber membaca pesannya, itu hanya berbeda lima menit dari pria itu mengirimnya. Itu artinya, sejak ia melihatnya hingga pagi ini, Amber seharusnya punya banyak waktu untuk mempertimbangkan apakah harus membalasnya atau tidak. Namun wanita itu sepertinya memilih untuk tidak merespon sama sekali.
Crish mengesampingkan rasa kecewanya. Dia melihat Brandon yang tidur tengkurap di sebelahnya. Anak kecil itu tidur dengan sangat lelap. Crish menyukai pemandangan itu. Andai ada Amber juga, batinnya.
Crish membelai puncak kepala anak laki-lakinya itu. Anak itu adalah apa yang mereka tunggu-tunggu dulu, selama tiga tahun lamanya. Siapa sangka, anak lucu ini hadir justru saat kedua orangtuanya sudah berpisah?
Ingatan Crish kembali ke masa dimana dia tahu mereka punya Brandon untuk pertama kalinya.
*Flashback On*
Amber akhirnya meninggalkan Crish beberapa hari sejak pertengkaran mereka waktu itu. Keputusan Amber benar-benar sudah bulat. Dia ingin berpisah dari pria yang dia rasa sudah tidak mencintainya. Tapi dia tidak mau menunggu lebih lama lagi. Dia menyuruh Crish mengurus segala urusan perceraian mereka.
Crish mencintai Amber. Tidak pernah sekalipun dia berpikir untuk menceraikan wanita itu, meski ibunya selalu menekannya dengan alasan anak, anak dan anak. Crish menikahi Amber karena wanita itu adalah cintanya, tujuan hidupnya. Anak adalah rejeki dari Tuhan. Crish tidak memprioritaskan itu.
Sikapnya yang berubah di mata Amber sebenarnya tidak seperti yang dipikirkan wanita itu. Saat itu Crish sedang mengalami krisis yang tidak bisa ia ceritakan pada Amber. Sekarang, Crish sedikit menyesal karena dulu sudah menutupi hal penting itu dari istrinya. Namun nasi sudah menjadi bubur. Mereka sudah berpisah.
Satu-satunya hal yang membuat Crish merelakan Amber pergi darinya adalah, wanita itu benar-benar melanjutkan studi kedokterannya. Sepertinya hidup bersama Crish memang sudah membuat Amber ibarat burung di dalam sangkar. Orangtua Crish memang menyuruh Amber berhenti kuliah sejak tahun kedua pernikahan mereka dengan alasan agar fokus dengan program bayi mereka. Namun hingga satu tahun Amber menganggur, mereka belum kunjung diberi rejeki oleh Sang Pencipta.
Crish memantau Amber. Setiap pergerakan Amber setelah keluar dari rumahnya, ia tahu. Amber yang setelah itu tinggal di Bandung dan kuliah di salah satu kampus swasta yang cukup bagus di sana. Amber yang tinggal di kos-kosan sederhana dan ia tidak punya teman dekat sama sekali. Crish tahu semuanya tentang Amber dan pria itu cukup lega karena semuanya masih dalam batas wajar, hingga suatu hari...
"Bos, ada yang aneh dengan istri bos," entah di bulan ke lima atau ke enam sejak Amber pergi, anak buah yang ia tugaskan untuk mengikuti Amber selama 1x24 jam melaporkan sesuatu yang janggal tentang istrinya jtu.
"Aneh kenapa?"
"Sepertinya dia sedang hamil..." pria itu mengirimkan foto-foto terbaru Amber lewat email. Foto Amber yang sedang berada di sebuah klinik bersalin. Di foto itu Amber memakai baju yang sedikit press body, sehingga menampakkan perutnya yang sudah membuncit.
Saat itu seluruh dunia Crish seakan runtuh. Hamil???? Amber hamil?? Kok bisa??
"Cari tahu dia hamil anak siapa!!! Berani-beraninya dia hamil tanpa seijinku!"
"Sudah bos! Tapi istri bos tidak punya teman dekat pria selama di Bandung. Saya juga sudah membayar dokter obgyn yang ia datangi barusan untuk mengorek informasi. Katanya usia kehamilannya memasuki bulan ke enam. Kalau diingat-ingat, enam bulan yang lalu, bos belum bercerai kan?"
Crish lagi-lagi seperti diserang petir tak kasat mata. Enam bulan yang lalu? Apakah...
"Shittt!!!!" pria itu membanting meja kerjanya. Ya!! Saat malam pertengkaran itu mereka melakukannya!! Lebih tepatnya Crish menghukum Amber dengan cara itu karena selalu mengeluarkan kata yang ia benci, bercerai. Namun meskipun itu sebuah hukuman, Crish mengakui dia menikmati permainan mereka. Crish memang sudah lama tidak menyentuh Amber.
"Oh Tuhan!!" Crish menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang besar. Rasa lega, senang, sedih, bersalah bercampur menjadi satu di dalam hatinya yang sempit.
"Oh Tuhan, istriku hamil! Kami akan punya anak. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku harus menyusulnya ke Bandung dan menemaninya? Tapi belum tentu dia akan menerimaku. Kalau aku memaksanya kembali bersamaku, dia akan stress dan bisa berpengaruh buruk pada janin yang ia kandung. Apa yang harus kulakukan Ya Tuhan? Apa aku pindah saja ke sana untuk sementara?? Tapi apa yang harus kukatakan pada Papa dan Mama? Aku sudah berjanji akan fokus pada perusahaan."
Crish mengalami perang batin yang dahsyat saat itu. Emosinya naik turun. Sebentar dia senang, sebentar lagi dia kesal dengan keadaan. Mengapa semuanya terjadi setelah mereka berpisah?
*Flashback Off *
"Papa...?" panggilan lembut itu membuyarkan lamunan Crish. Brandon sudah bangun dan sekarang matanya sedang mengerjap-ngerjap untuk menyesuaikan diri dengan cahaya lampu.
"Hei jagoan? Sudah bangun?" Crish mengelus puncak kepala Brandon dengan penuh sayang. Kalau dilihat lebih dekat seperti ini, Brandon sangat mirip dengan Amber. Untung saja Crish mewariskan mata abunya. Kalau tidak, kelak orang-orang tidak akan percaya kalau Brandon itu anaknya.
"Sudah. Papa pagi-pagi sudah melamun," Brandon mengejek sambil menunjuk pipi pria itu.
"Hahaha, darimana kau tau kalau papa melamun?" Crish cukup terkejut anak kecil itu mengerti arti dari kata melamun.
"Tadi papa melihat lampu kamar begitu lama. Tanpa berkedip. Kata Bu Susi itu namanya melamun. Karena dulu mama sering seperti itu."
Oh ya? Amber sering melamun? Melamun soal apa? Demian kah? Pikir Crish. Mengingat mantan kekasih Amber itu membuat Crish seketika tidak nyaman.
"Oh itu. Papa nggak melamun kok sayang. Hanya sedang memikirkan pekerjaan di kantor. Bagaimana tidurmu jagoan? Apa mimpimu indah?"
"Hm. Brandon mimpi lagi jalan-jalan sama papa dan mama di taman bermain."
Crish memandang anak sematawayangnya itu. Ada kejujuran dari sorot matanya yang sedang merindukan Amber. Memang, kalau saja Crish belum membawa Brandon, seharusnya anak itu sudah bertemu dengan Amber dalam minggu ini.
Crish memeluk Brandon dan mengelus kepalanya dengan penuh rasa bersalah. Andai saja dia tahu cara untuk meluluhkan hati Amber, dia akan melakukannya. Apapun itu. Demi Brandon.
"Sabar ya sayang. Mama pasti datang kalau sudah nggak sibuk obatin orang sakit."
"Bagaimana kalau kita kirim foto lagi? Siapa tau mama jadi cepat pulang?" saran Brandon kini dengan mata yang berbinar.
Papa hope so, Brandon. Masalahnya mamamu itu terlalu keras kepala, batin Crish. Namun dia tetap mengikuti saran anaknya. Dia kembali mengambil ponselnya lalu mereka ber-selfie ria. Setelah itu dia mengirimkan gambar itu ke nomor kontak Amber.
Katanya dia memimpikanmu. Dia merindukanmu, Amber."
Chris menambahkan sebaris kalimat singkat yang ia harap bisa menggerakkan hati Amber untuk mengurangi keras kepalanya. Setidaknya sedikit.
*****
Jangan lupa like, comment dan vote-nya ya readers... love you 🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Widi Widurai
bisa jd amber ga hamil mungkin di makanan dia dicampur pencegah hamil kali sm mertuany
2022-04-30
0
dite
banyak anak terpisahkan dr orang tuanya karena keegoisan kakek nenek mereka. surga di kaki ibu katanya, tapi kenapa surga itu memberikan neraka buat anak turunnya?
2022-02-28
0
Gie Egy
selama km msh di bawah ketek emakmu . g bakalan Amber mau....apalagi emakmu jahat bget...klo aq jd Amber ogah bget balikan lg
2021-10-09
0