Dimana?

Tadi Dokter Wicaksono sempat mengingatkan Amber kalau dia harus kembali ke ruangan Chris setiap dua jam sekali. Sepertinya Amber sama sekali tidak memegang pasien lain selain pria itu dan itu cukup membuatnya merasa tidak berguna di sini.

Amber masih mencoba mengorek informasi dari Dokter Wicaksono perihal sakit Chris. Karena secara kasat mata, pria itu terlihat sangat sehat, baik-baik saja. Namun Dokter yang sudah cukup berumur itu pun sepertinya sudah disuruh tutup mulut oleh pria sialan itu.

Pukul sepuluh pagi, Amber keluar lagi dari ruangannya lengkap dengan jas dan stetoskopnya. Kali ini dia harus berhasil mendiagnosa sakit yang sedang diidap Chris. Jika dia tidak menemukan apa-apa, dia bersumpah akan melakukan banding untuk masalah penempatannya.

BUG!

"Aduh!" Amber refleks memegang pundaknya yang baru saja ditubruk oleh seseorang. Ah, ngapain sih jalan pakai melamun segala? Amber mengutuk dirinya sendiri.

"Eh sori sori sori..." orang yang menubruknya ternyata seseorang yang berjas putih sepertinya juga. Pria itu sepertinya sedang terburu-buru sampai tidak melihat ada Amber di hadapannya. Pria itu dengan spontan menahan pundak Amber agar tidak terjatuh ke belakang.

"Eh, nggak apa-apa, Dok. Maaf, saya melamun."

"Dokter baru ya? Perasaan baru lihat..."

"Iya, baru masuk tadi pagi. Saya Amber," Amber berinisiatif mengulurkan tangannya kepada pria itu.

"Oh, yang Dokter Umum itu bukan? Saya Ken. Sama, Dokter Umum juga. Tadi kayaknya belum datang pas kamu diperkenalkan di lantai satu."

Amber tersenyum sambil menerima uluran tangan Ken. Pria itu sepertinya masih muda, seumuran dirinya. Not bad, setidaknya Amber punya satu kenalan hari ini.

"Kau ditugaskan di lantai delapan kan?"

"Kok tau?"

"Sepertinya sudah jadi rahasia umum. Kau cepat tenar hari ini," Ken menepuk lengan Amber ramah.

Cepat tenar katanya? Apa artinya seluruh dokter dan perawat di lantai satu sedang membicarakannya?

"Ehm, tenar? Kedengarannya bukan hal yang menyenangkan. Pak Dokter sendiri, lagi mau patroli ya?"

"Iya, sudah jamnya. Nanti kita lanjut ya ngobrolnya. Kalau nggak keberatan, kita bisa ngopi di kafe depan jam tujuh. Gimana?"

"Oke. Jam tujuh," tidak ada salahnya minum kopi di hari pertamamu bekerja kan? Lagian dia butuh teman di sini. Apalagi pasien VVIP-nya itu pasti akan sering-sering membuatnya bad mood.

Amber dan Ken berpisah. Wanita itu kembali naik lift menuju kamar keramat di lantai delapan itu. Tentunya dengan langkah yang gontai dan ogah-ogahan. Malas sekali rasanya harus bertemu Chris dua jam sekali. Apa tidak ada kerjaan lain yang bisa dia kerjakan?

Tok tok.

"Come in..."

Amber membuka pintu. Lalu, menutupnya setelah dia masuk. Matanya langsung menangkap sosok Chris yang sedang berdiri di dekat jendela kamarnya yang juga langsung berbalik saat mendengar pintu kamarnya dibuka.

"Kau terlambat tujuh menit."

Amber harus mengakui dia sedang terpesona sekarang. Pria di hadapannya itu sangat jauh berbeda dengan pria yang dia kenal dulu. Secara postur tubuh, Chris semakin berotot sekarang. Sepertinya dia menghabiskan delapan tahun di gym. Lalu, model rambut dan brewok yang sengaja dia pelihara itu semakin menambah kesan matang dan dewasa pada dirinya. Jauh berbeda dengan Chris yang penampilannya tidak karu-karuan dulu. Kalau istilah anak millenial sekarang, dia itu seperti fakboi.

"Tell me what do you want, Mister. Aku yakin seratus persen kau tidak sakit. Apa tujuanmu membawaku ke sini?" Amber tidak ingin berbasa-basi. Dia langsung bertanya to the point demi mengirit waktunya.

Chris menjauh dari jendela dan duduk di sofa single di dekat kasur, sementara Amber masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk.

"Bukankah kau terlalu terburu-buru untuk sebuah pertemuan kembali, after eight years?"

Amber menghela napas. Dia berusaha santai. Ingat, dia memang menyebalkan, Amber, batinnya mencari pembelaan.

"Kurasa kau harus belajar banyak tentang menghargai profesi orang lain. Aku tidak menjadi seorang Dokter hanya untuk berleha-leha seperti ini."

"Siapa bilang kau berleha-leha? Aku pasien di sini. Officially registered. Cek saja," jawab Chris santai. Tapi senyumnya seakan ingin menggoda Amber agar lebih terpancing amarahnya.

"Tapi kau tidak sakit."

"Siapa bilang? Sakitnya di sini... kau tidak akan bisa merasakannya dengan stetoskopmu itu," Chris menunjuk dadanya dengan dramatis, membuat Amber menaikkan satu alis matanya.

"Maksudmu kau sakit jantung?"

"Ah sudahlah. Selera humormu selalu jelek dari dulu. Sini periksa aku."

Nah akhirnya!

Amber pun dengan semangat berjalan menuju sofa Chris. Setidaknya dia berguna hari ini.

Chris memejamkan matanya saat Amber sedikit membungkuk dan mulai meraba dirinya. Meletakkan kepala stetoskop di bagian tubuh yang dirasa perlu oleh ibu dokter itu.

Tidak bisa ia pungkiri, saat posisi Amber begitu dekat dengannya, jantungnya berdebar lebih cepat. Aroma tubuh mantan istrinya itu sudah berbeda dari yang dulu. Tapi yang sekarang wanginya tetap mampu menghipnotis Chris. Amber juga semakin cantik. Semakin dewasa. Chris penasaran apa mantan istrinya itu masih single.

"Kau sudah punya kekasih?"

Amber berhenti meraba. Dia sedikit kaget mendapat pertanyaan frontal itu dari Chris. Mereka baru bertemu tapi pria itu sudah sangat berani menanyakan sesuatu yang bersifat pribadi.

"I mean setelah Demian."

"Kau??!" Amber melepaskan tangannya dan menegakkan tubuhnya. Bagaimana Chris tau soal Demian??????

"Kenapa? Kau kaget aku tau soal hubunganmu dan Demian? Tapi lupakanlah, itu sudah empat tahun yang lalu kan? Kalau sekarang, sudah ada pacar lagi?"

Amber bergeming. Apa Chris benar-benar menguntit kehidupannya selama ini? Tapi untuk apa??

"Hei, malah melamun," Chris mengibaskan tangannya di depan wajah Amber. Perempuan itu pun berkedip.

"Kau... kenapa bisa tau soal Demian??? Kau mengikutiku?"

"Katakanlah iya. Kenapa? Tidak suka?"

Amber geleng-geleng kepala tanda tidak mengerti, "Bukannya urusan kita sudah selesai? Kenapa kau masih mencari tau tentang kehidupanku?"

"Kau penasaran atau...?"

"Forget it. Bicara denganmu memang hanya membuang-buang waktu," Amber selalu kesal dengan sikap Chris yang satu ini. Selalu, susah sekali untuk serius. Ibarat listrik, mereka memang punya tegangan yang berbeda. Amber selalu bertegangan tinggi, lebih gampang marah, panik, kesal. Sedangkan Chris, dia lebih easy going, suka bercanda dan cenderung terlalu santai. Itulah yang membuat, rumahtangga mereka hanya mampu bertahan sampai tahun ke tiga saja.

"Kau ini, semakin tua bukannya santai sedikit. Hati-hati, orang sepertimu ini rentan terkena penyakit jantung," sindir Chris saat Amber ingin meninggalkannya.

"Kau yang membuatku ada di sini. Kalau kau tidak suka, silahkan tendang aku ke tempat lain, Bapak Chris yang terhormat."

"In your dream, Amber. Kau pikir berapa lama aku menunggu approval untuk memindahkanmu ke sini? Dua tahun. Aku tidak akan melepaskanmu semudah itu."

Entah hanya perasaan Amber saja, nada bicara serta raut wajah Chris mendadak serius sekarang. Tangannya didekap di dada dan sorot mata tajamnya seakan menusuk jantung Amber. Mata abu-abu itu seperti sedang putus asa.

"Kenapa? Kenapa kau mencariku? Jelaskan saja tidak perlu bertele-tele. Jangan membuatku tidak berguna di sini."

"Kau yakin siap mendengar alasannya?"

"Lebih dari yang kau tau. Tell me."

Chris berdiri dan berjalan mendekati Amber. Langkahnya yang pelan membuat wanita itu sedikit bersiaga. Dia mengepal jemarinya kuat-kuat di dalam saku jas putihnya. Kalau Chris berani macam-macam, tinjunya akan melayang dengan cepat.

"Amber... dimana anak kita?"

DHUAR!!!!!

Kedua manik hitam Amber membulat sempurna. Wajah Chris begitu dekat padanya dan dia tidak berani bereaksi apa pun.

"Anak apa maksudmu??" Amber bertanya dengan tegas. Sekuat tenaga menutupi ketakutan yang sebenarnya sudah datang melanda. Kedua kepalan tangannya terasa semakin kuat karena gemetar.

"Kau yakin? Katakan sebelum aku yang mengatakannya."

Napas Amber tercekat. Bagaimana Chris mengetahuinya? Dia sudah menyimpan rahasia itu baik-baik sejauh ini. Bagaimana bisa ketahuan??

"I don't understand. Katakan saja apa yang ingin kau katakan," tantang Amber tepat di depan wajah Chris. Andai saja pria itu bisa mendengar detak jantungnya sekarang.

"Kau taruh dimana dia. Anak kita. Brandon James Ellordi. Ah ya, kau bahkan masih memakai nama keluargaku, terimakasih."

Lagi-lagi, petir tak kasat mata sukses menyambar Amber. Kakinya berekasi dengan bergeser tanpa sengaja karena kekuatannya mendadak hilang.

Tamatlah riwayatnya. Chris pasti sudah menemukan anaknya. Bahkan dia tahu nama lengkap Brandon. Bagaimana bisa pria itu menemukannya? Apakah Brandon aman sekarang? Seharusnya aman, karena Amber selalu keep in contact dengan ibu asuhnya.

Wajah Amber memucat, tubuhnya gemetar. Bibirnya menggigil seperti orang kedinginan. Matanya pun berubah merah menahan emosi yang sekarang ada di dalam dirinya.

"Jangan sentuh anakku..." ancamnya pelan namun sangat tegas. Akhirnya, dia tidak bisa bersandiwara lagi.

"Anakmu? Anak kita, Amber," Chris tidak kalah keras.

"Dia anakkku. Dia hanya punya ibu. Sekali kau menyentuhnya, aku akan membuat perhitungan denganmu."

"Oh, show me. Karena sekarang dia ada padaku. Kau ingin meninjuku?"

PLAKKK!!!!

Satu tamparan keras benar-benar melayang di pipi mulus Chris. Amber sepertinya mengeluarkan semua tenaganya. Pipi pria itu berubah merah seketika.

"Kurang ajar kau!!! Kau bawa kemana dia?!!!" suara Amber bergetar. Air mata sudah lolos dari pelupuk matanya yang kehilangan kelembutannya. Dia sangat marah sekarang. Berani-beraninya pria itu mengusik kehidupan dia dan anaknya.

"Kau yang kurang ajar, Amber. Kau pergi dengan membawa anakku dalam kandunganmu. Setelah kau melahirkannya, kau meninggalkannya bersama orang lain. Setelah itu pun kau masih berpacaran dengan pria lain, seakan lupa sudah punya anak. Apa kau pantas disebut sebagai ibu yang baik?"

"Jangan menghakimiku, jerk! Masa laluku bukan urusanmu. Sekarang katakan dimana Brandon?!"

"Dia bersama orangtuaku."

Amber lagi-lagi merasakan lemas di sekujur tubuhnya. Dia benar-benar tamat kali ini. Berurusan dengan mantan mertuanya bukanlah sesuatu yang dia harapkan akan terjadi lagi sampai kapan pun. Lalu sekarang mereka sudah mengambil Brandon, anaknya. Entah apa lagi yang akan mereka rencanakan sekarang. Amber terlalu malas untuk mengingat kejadian delapan tahun yang lalu.

Wanita itu sejenak terdiam. Menatapi lantai yang tak bersalah di bawah kakinya.

"Baiklah. Aku titip Brandon. Orangtuamu pasti lebih tau apa yang terbaik untuknya. Sebagaimana mereka selalu tau yang terbaik untukmu dulu," Amber benar-benar pengecut. Tapi dia tidak ingin mengulang sakit yang pernah ia rasakan. Rumah tangga mereka kandas bukan hanya karena karakter keduanya yang sangat jauh bertolak belakang, namun karena intervensi keluarga Chris yang terlalu berlebihan. Dia tidak siap bertemu mantan ibu mertuanya lagi.

"Segitu saja? Padahal aku sudah rela kau menampar pipiku. Belum pernah ada yang melakukannya."

"Lakukan apa yang ingin kalian lakukan dengan Brandon. Jangan bermimpi bisa memanipulasi aku dengan cara ini. Aku berhenti jadi dokter di sini."

Amber berbalik dengan cepat sebelum air matanya jatuh lagi. Tangannya sudah gatal ingin menghancurkan segala sesuatu.

Chris tidak menghalanginya. Reaksi Amber di luar dugaannya. Tadinya dia mengira kabar tentang Brandon akan membuatnya bisa membawa Amber kembali bersamanya dengan mudah. Tapi barusan apa katanya? 'Aku titip Brandon?'. Apa dia benar-benar ibunya??

******

Jangan lupa like, comment dan vote-nya ya readers... love you 🥰🥰

Terpopuler

Comments

Rari

Rari

cerita detail masa lalu mereka bisa dibaca di mn?

2023-04-28

0

bunaa_naura

bunaa_naura

ehh ada babang kris epan 😍

2022-04-12

0

Gie Egy

Gie Egy

lah baru kali ini dpt reaksi se aq bget jika jd Amber...yaudahlah ambil tu anakmu..g tau masa lalunya dl kek gimana yg jelas psti sakit bget smpai Amber blg gt...klo di sinetron atau cerita lain pasti si Amber bakalan mau gt demi anak rujuk sm mantan wlo sakit jiwa dan raga..tp aq suka sikap Amber dsni

2021-10-09

1

lihat semua
Episodes
1 Flashback
2 Empat tahun kemudian.
3 Help me!
4 Dimana?
5 Pulang denganku.
6 For Brandon.
7 Memori buruk.
8 Memimpikanmu.
9 Rencana baru.
10 Meet Brandon.
11 The truth.
12 Mengantar sekolah.
13 Listen to me.
14 Tidak mencintaimu lagi.
15 Bersama-sama.
16 Masih menunggu.
17 Cantik.
18 Schedule.
19 Puzzle.
20 Mantan Ibu mertua.
21 Permintan.
22 Teman baru.
23 Pengumuman
24 Hallo again
25 Panggilan Sayang.
26 Hati-hati.
27 Terbawa suasana.
28 Dua kosong.
29 Bukan cemburu.
30 Genderang perang.
31 Kencan ala rakyat jelata.
32 Permintaan.
33 Arung jeram.
34 Penolakan.
35 Stay with us.
36 Pecah telor.
37 Skakmat!
38 Gea.
39 Kepergian Gea.
40 Rencana resepsi.
41 Ulah Steffy.
42 Cctv.
43 Pasien misterius.
44 Felisha.
45 Anniversary.
46 Sepakat.
47 Misi yang sama.
48 Aku takut.
49 Praduga.
50 Gawat.
51 On time.
52 Bath tub session.
53 Indonesia banget.
54 Petir di siang bolong.
55 Baru dimulai.
56 Steffy galau.
57 Tidak akan melepaskan.
58 Erasmus.
59 Surat dari Erasmus.
60 A very long story.
61 Bukti baru.
62 Bingo!
63 Kunjungan kantin.
64 Misteri.
65 Menangis bersama.
66 Sweet punishment.
67 Rubik rumit.
68 Kekelaman Tiara.
69 Richard & Elisa.
70 Interogasi.
71 Trap.
72 Sebuah alasan.
73 Shocking news.
74 Beda keinginan.
75 Forgiveness.
76 Sharing is caring.
77 Kekacauan.
78 Chris's devil.
79 Don't worry.
80 Rukun.
81 Mati rasa.
82 Pagi yang indah.
83 Lepas KB.
84 Permintaan Chris.
85 Welcome back!
86 Awal pertemuan (Flashback 1)
87 Tidak bisa tidur (Flashback 2).
88 Telepon malam (Flashback 3).
89 Date on the beach (Flashback 4).
90 Pencuri ciuman (Flashback 5).
91 Aku mau! (Flashback 6).
92 Propose (Flashback 7).
93 I choose you (Flashback 8).
94 Unboxing 1 (Flashback 9).
95 Pengumuman.
96 Akhirnya berpisah (Flashback 10).
97 Resepsi Pernikahan.
98 Honeymoon 1 - Here we go.
99 Honeymoon 2 - Beautiful Maldives.
100 Honeymoon 3 - Sesi 34 35.
101 Honeymoon 4 - Main air.
102 Honeymoon 5 - Satu hari di Male.
103 Honeymoon 6 - Kabar gembira.
104 Honeymoon 7 - The lucky one.
105 Honeymoon 8 - Club Med Kani.
106 Honeymoon 9 - Candle light dinner.
107 Honeymoon 10 (End) - Menyatu di bawah langit.
108 Mood swing dan ngidam.
109 Brewok.
110 Pecah Ketuban.
111 Baby Chalondra.
112 Conversation.
113 Sharing is Caring.
114 Kau cantik.
115 I love you more (TAMAT).
116 Terimakasih dari Author.
117 Novel Baru (Brandon dan Janice)
118 Extra Part.
119 Extra part 2 (Last - End)
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Flashback
2
Empat tahun kemudian.
3
Help me!
4
Dimana?
5
Pulang denganku.
6
For Brandon.
7
Memori buruk.
8
Memimpikanmu.
9
Rencana baru.
10
Meet Brandon.
11
The truth.
12
Mengantar sekolah.
13
Listen to me.
14
Tidak mencintaimu lagi.
15
Bersama-sama.
16
Masih menunggu.
17
Cantik.
18
Schedule.
19
Puzzle.
20
Mantan Ibu mertua.
21
Permintan.
22
Teman baru.
23
Pengumuman
24
Hallo again
25
Panggilan Sayang.
26
Hati-hati.
27
Terbawa suasana.
28
Dua kosong.
29
Bukan cemburu.
30
Genderang perang.
31
Kencan ala rakyat jelata.
32
Permintaan.
33
Arung jeram.
34
Penolakan.
35
Stay with us.
36
Pecah telor.
37
Skakmat!
38
Gea.
39
Kepergian Gea.
40
Rencana resepsi.
41
Ulah Steffy.
42
Cctv.
43
Pasien misterius.
44
Felisha.
45
Anniversary.
46
Sepakat.
47
Misi yang sama.
48
Aku takut.
49
Praduga.
50
Gawat.
51
On time.
52
Bath tub session.
53
Indonesia banget.
54
Petir di siang bolong.
55
Baru dimulai.
56
Steffy galau.
57
Tidak akan melepaskan.
58
Erasmus.
59
Surat dari Erasmus.
60
A very long story.
61
Bukti baru.
62
Bingo!
63
Kunjungan kantin.
64
Misteri.
65
Menangis bersama.
66
Sweet punishment.
67
Rubik rumit.
68
Kekelaman Tiara.
69
Richard & Elisa.
70
Interogasi.
71
Trap.
72
Sebuah alasan.
73
Shocking news.
74
Beda keinginan.
75
Forgiveness.
76
Sharing is caring.
77
Kekacauan.
78
Chris's devil.
79
Don't worry.
80
Rukun.
81
Mati rasa.
82
Pagi yang indah.
83
Lepas KB.
84
Permintaan Chris.
85
Welcome back!
86
Awal pertemuan (Flashback 1)
87
Tidak bisa tidur (Flashback 2).
88
Telepon malam (Flashback 3).
89
Date on the beach (Flashback 4).
90
Pencuri ciuman (Flashback 5).
91
Aku mau! (Flashback 6).
92
Propose (Flashback 7).
93
I choose you (Flashback 8).
94
Unboxing 1 (Flashback 9).
95
Pengumuman.
96
Akhirnya berpisah (Flashback 10).
97
Resepsi Pernikahan.
98
Honeymoon 1 - Here we go.
99
Honeymoon 2 - Beautiful Maldives.
100
Honeymoon 3 - Sesi 34 35.
101
Honeymoon 4 - Main air.
102
Honeymoon 5 - Satu hari di Male.
103
Honeymoon 6 - Kabar gembira.
104
Honeymoon 7 - The lucky one.
105
Honeymoon 8 - Club Med Kani.
106
Honeymoon 9 - Candle light dinner.
107
Honeymoon 10 (End) - Menyatu di bawah langit.
108
Mood swing dan ngidam.
109
Brewok.
110
Pecah Ketuban.
111
Baby Chalondra.
112
Conversation.
113
Sharing is Caring.
114
Kau cantik.
115
I love you more (TAMAT).
116
Terimakasih dari Author.
117
Novel Baru (Brandon dan Janice)
118
Extra Part.
119
Extra part 2 (Last - End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!