Anyelir
Anyelir, gadis manis berusia 25 tahun dan selalu berdandan sederhana dengan kerudungnya. Memiliki nama asli Zafira Rahma Rahadiansyah. Anyelir adalah nama sederhana dan bersahaja yang ia pilih dalam kehidupannya sekarang, sebelum kembali ke keluarganya. Perubahan nama ini ia lakukan agar tidak ada yang mengetahui asal usulnya dan dapat menerima ia apa adanya.
Dering telepon mengusik tidur Anyelir. Perlahan ia buka matanya, mengarahkan pandang ke jam di atas nakas. Masih pukul 4 pagi. Anyelir mengangkat panggilan itu tanpa memastikan siapa yang menelepon.
"Hallo, Assalamualaikum.." jawab gadis berumur 25 tahun itu.
"Wa'alaikumsalam, Zafira ini mama, Nak. Bisakah kamu pulang hari ini?" suara perempuan yang selalu ia rindukan itu dari seberang telepon.
"Ada apa ma?Apakah ada hal mendesak?" getar suara Anyelir. Sebab ia belum siap untuk kembali ke rumah yang sudah ia tinggalkan sejak dua belas tahun lalu. Sekalipun ia rindu dengan keluarganya. Mereka hanya akan berbincang melalui telepon atau mencuri-curi kesempatan dalam suatu acara. Hal ini terjadi kerena permainan dalam keluarga mereka, permainan surga dan neraka namanya. Permainan ini papanya yang menciptakan tentu saja. Namun mereka semua sangat menikmati permainan ini. Permainan ini dinamakan surga dan neraka karena sedari kecil mereka hidup dalam kelimpahan harta sehingga dapat memenuhi semua keinginan mereka tanpa harus berpikir berapa banyak uang yang mereka habiskan. Namun ketika memasuki jenjang sekolah menengah atas, mereka harus keluar dari rumah, belajar mencukupi kehidupan mereka sendiri tanpa bantuan dari orang tuanya. Masalah pendidikan tentu saja papa mereka tak benar-benar melepas tanggung jawabnya. Biaya pendidikan tetap diberikan dalam bentuk beasiswa. Sehingga mereka tetap menempuh pendidikan di tempat terbaik.
"Ada yang ingin papa sampaikan Nak, tapi masalah ini harus dibicarakan di rumah." Lirih suara mama Anyelir. Anyelir tahu, ini bukan sesuatu yang biasa saja. Hingga harus memanggilnya pulang. Sebab mereka hanya akan pulang ketika telah mampu berdiri tegak dengan kaki mereka sendiri. Sejauh ini baru kakak sulung Anyelir, yang telah memperkenalkan diri sebagai anak dari Rahendra Rahadiansyah. Seorang pengusaha yang cukup disegani karena merupakan salah satu penggerak perekonomian dunia. Usaha utama mereka adalah perkebunan dan pengolahannya, di samping itu juga memiliki beberapa saham di berbagai bidang. Sebenarnya Anyelir bukanlah belum mampu berdiri di atas kakinya sendiri. Tak banyak yang tahu bahwa ia adalah pemilik sebuah tempat wisata kuliner terbesar di Indonesia. Namun ia merasa belum mampu menunjukkan dirinya sebagai bagian keluarga Rahadiansyah.
" Nanti Fira kabari ya ma." Jawab Anyelir dengan lemah.
" Tolong diusahakan ya, Nak." Pinta perempuan di seberang dengan penuh pengharapan.
"Iya, Ma" jawab Anyelir sebelum mereka menutup panggilan.
***
Akhirnya setelah sepuluh tahun tak menginjakkan kaki di rumah orang tuanya, Anyelir tiba ketika hari telah petang. Maklum hari ini adalah jadwal Anyelir mengecek dan mengevaluasi kerja staf di perusahaannya.
Ada gelenyar aneh di dada Anyelir. Setelah ini mampukah ia menyandang statusnya kembali sebagai putri dari Rahendra Rahadiansyah? Anyelir membunyikan klakson mobilnya dan satpam di gerbang telah siap membukakan pintu untuk Anyelir sambil membungkuk hormat.
" Assalamualaikum " sapa Anyelir sambil memasuki rumah menuju arah mama dan papanya yang sedang duduk santai sambil menonton TV.
" Wa'alaikumsalam" jawab kedua orang paruh baya itu hampir berbarengan. Anyelir menghampiri ke dua orang tuanya, mencium tangan serta memeluk dengan penuh kerinduan.
" Putriku akhirnya pulang" seru mama Anyelir dengan air mata berlinang bahagia atas kedatangan putri kecilnya yang dulu.
" Princess papa telah tumbuh dengan baik ternyata" sambung papa Anyelir dengan kerinduan yang sama.
" Pa...ma.., maaf Fira belum pantas untuk pulang"
" Kamu ingin seperti apalagi Nak? Bukankah sudah banyak aset yang kamu miliki sampai saat ini? Kamu adalah putri kecil papa yang penuh tanggung jawab dan tekad yang kuat. Kamu telah menunjukkan siapa dirimu pada dunia. Papa bangga padamu Nak."
" Mama juga sangat bangga padamu, Nak. Pulanglah! Sudah waktunya kamu kembali ke sisi kami" lanjut mama Anyelir dengan air mata yang sungguh tak bisa ia tahan.
" Papa dan mama kan tahu, banyak hal yang belum Fira selesaikan. Izinkan Fira selesaikan dulu Ma, Pa.."
" Nanti kita sambung lagi obrolan kita ya, Nak. Bersihkan dulu dirimu! Kamu pasti lelah setelah bekerja."
"Iya, Ma" kemudian Anyelir naik ke lantai dua.
Memasuki kamar masa kecil yang sangat ia rindukan. Tatanan kamar ini masih sama seperti saat terakhir Anyelir tinggalkan.
Anyelir mengambil handuk dan pakaian ganti dari lemari. Lemari ini semakin penuh sesak saja. Kebiasaan mama Anyelir tetap belanja mengisi kamar anak-anaknya walaupun mereka tak pernah pulang. Dalam beberapa menit saja Anyelir telah menyelesaikan ritual bersih-bersih sore harinya. Kemudian menunaikan ibadahnya. Sebelum selesai melipat mukenanya, dering telepon milik Anyelir memecah kesunyian. Anyelir melirik nama sang penelepon, ternyata dari Roni, asisten sekaligus sekretaris pribadinya.
" Assalamualaikum Fir, maaf mengganggu jam segini. Ada beberapa file penting yang baru saja aku kirim. Tolong segera pelajari agar dapat segera aku selesaikan, karena ini berkas pembelian perusahaan elektronik kita yang baru di Jepang."
" Baiklah. Langsung saja buat atas nama Kaisar."
" Baik." Dan telepon itu pun di tutup oleh Anyelir. Suara ketukan pintu membuat Anyelir segera menghampiri. Dan wajah Bik Asih lah yang muncul.
" Ada apa Bik?"
" Maaf, Non. Ditunggu Tuan dan Nyonya di meja makan."
" Baik, Bik. Fira akan segera turun." Fira pun segera turun ke lantai bawah untuk makan malam bersama keluarganya. Makan malam keluarga di rumah yang sudah lama sekali Anyelir rindukan. Di meja makan sudah ada orang tuanya dan kakak kesayangan Anyelir, Zuhri Mahardika Rahadiansyah.
" Kak Dika, Fira kangen." Seru Anyelir sambil menghambur ke dalam pelukan kakak sulungnya.
" Zafira Rahma Rahadiansyah, selamat datang kembali di rumah. Kakak kangen juga sama adik kecil kakak yang cerewet ini."
" Sudah dulu ya kangen-kangenannya. Ayo kita makan dulu. Nanti keburu dingin makanannya." Potong Nadia melihat kedua anaknya yang sedang saling melepas rindu. Dan mereka pun segera duduk manis, kemudian memulai acara makan malam keluarga tanpa suara.
***
Acara malam itu dilanjutkan dengan senda gurau orang tua dan anak yang sudah lama tidak bertemu. Anyelir dan Dika bergurau seperti anak kecil dan seperti lupa bahwa mereka adalah dua orang dewasa yang sangat disegani bawahannya.
Anyelir memutuskan untuk bermalam di rumah orang tuanya hingga dua hari kemudian. Urusan pekerjaan ia wakilkan kepada Roni. Anyelir sangat percaya dengan Roni, karena Roni telah bersamanya sejak sekolah dahulu. Anyelir sangat yakin bahwa Roni adalah orang yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Selama Anyelir pulang, orang tuanya masih belum menyinggung masalah pokok memintanya pulang. Hal ini yang membuat Anyelir bingung. Mungkin mereka hanya kangen saja, begitu pikir Anyelir. Anyelir memutuskan besok ia akan kembali ke rumahnya, karena putra kecilnya, Sidiq sudah mulai rewel. Sebelum sempat Anyelir menarik selimutnya untuk tidur. Suara ketukan di pintu membuat Anyelir mengurungkan niat tidur awalnya dan bergegas membuka pintu. Ia dapati papa dan mamanya yang berdiri di depan pintu dengan wajah yang gelisah.
" Fira, boleh kami bicara?" Tanya papa Anyelir.
tbc..
*****Mohon maaf jika banyak kesalahan dalam penulisan. Salam kenal dari penulis pemula ini ya. Semoga suka dengan cerita kecil saya yang jauh dari kata sempurna ini.
Selamat mengikuti 😀😀***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🇮🇩 ♏ Q 🎱 🇵🇸
Aq baca ulang dr awal. Dah lama gak UP. Jd lupa deh rinciannya. 🤣🤣🤣
2023-02-10
0
Lilo 🐻🐼🐢
menariiikk 😍😍
2022-02-05
0
bunalasmi ancakrenggi
aku mampir thor
2022-01-15
1