Untung saja Anyelir terbangun sebelum subuh, sehingga sempat membuat sarapan untuk mereka bertiga. Selesai membersihkan diri, Diandra menyusul Anyelir di dapur. Tidak ada keinginan membantu hanya duduk melihat saja apa yg Anyelir lakukan. Sambil melihat beberapa laporan yang dikirimkan Alvin, Diandra duduk manis seperti indukan ayam yang menjaga telurnya dari pemangsa. Tak berapa lama, Kaisar turun dengan wajah kacau.
" Pagi Bun..pagi Om" sapa Kaisar sambil menguap dan menggeliatkan badannya sebelum duduk di depan Diandra.
" Om?" Diandra tidak terima dengan panggilan yang diberikan Kaisar.
" Jadi apa dong kalau bukan Om? Adek gitu?"
" Panggil Ayah lah. Aku kan suami Bundamu."
" Males."
" Fir... Anak kamu kok gitu?"
Anyelir tak bisa menahan rasa geli diperutnya mendengar percakapan dua lelaki di meja makan itu.
" Kai." Panggil Anyelir dengan nada perintah yang tegas.
" Iya deh Bun. A... yah..." Kaisar berbicara dengan nada ogah-ogahan.
" Coba panggil sekali lagi" pinta Diandra dengan raut wajah penuh kemenangan.
" Ayah"
" Anak baik" senyum penuh arti terkembang di bibir Diandra ketika mendengar Kaisar memanggilnya Ayah.
" Ribet banget sih. Gak tahu apa semalam aku gak bisa tidur" gerutu Kaisar sambil menyeruput teh.
" La kenapa gak bisa tidur Kai? Tempat tidurnya kurang nyaman?" Tanya Anyelir.
" Bukan tempat tidurnya yang kurang nyaman, tapi suara kalian yang bikin pusing"
Jawaban Kaisar membuat wajah Anyelir serupa tomat, dengan kikuk dia mencoba bersikap wajar. Namun ketika Anyelir sibuk menenangkan hati dan pikirannya, Diandra terlihat begitu tenang dan biasa aja.
" Bun, mana kartuku? Aku mau tapa dulu ajalah tiga hari. Kelamaan di sini bisa gila aku nanti."
" Eee kartu ya? Nanti bunda kasih. Sarapan aja dulu ya."
" Baiklah. Perutku juga sudah lapar. Bunda buat sarapan apa?" Kaisar menghampiri Anyelir yang sedang menggoreng telur untuk nasi goreng mereka.
" Nasi goreng"
" Bunda tahu aja kalau aku kangen nasi goreng buatan Bunda yang paling Te Oo Pe" Kaisar membantu Anyelir menyiapkan piring. Diandra begitu tidak senang melihat pemandangan itu, tapi dia bisa apa? Mereka sudah lebih dulu menjadi ibu dan anak. Memaksa Anyelir menjauhi anaknya pasti akan menjadi perang.
" Fir, masih lama ya?" Diandra menyela obrolan ringan di antara mereka.
" Bentar lagi Mas."
" Hari ini kita jadi main ke rumah papa dan mama kan? Biar aku ajak ayah sama ibu sekalian."
" Iya Mas. Boleh. Biar ramai."
***
Selesai sarapan Kaisar mengambil black card miliknya dan langsung bersiap-siap menuju PV untuk menikmati liburannya tanpa mendengar suara pengantin baru yang membuat dia tidak bisa tidur nyenyak. Kembali ke tempat yang paling dia sukai walau waktu dia pergi, tempat itu belum selesai sepenuhnya. Namun rumah Bundanya di sana adalah tempat favorit Kaisar.
" Bun, Kai berangkat dulu ya?" Kaisar menghampiri Anyelir yang sedang menyiram tanaman di belakang rumah.
" Gak kangen lagi sama Bunda?"
" Ya masih kangen, tapi malas liat orang yang selalu lihat Kai dengan pandangan tak suka"
" Ayah belum terbiasa dengan kamu dan yang lainnya. Jadi kamu mengertilah."
" Bun, aku ajak Bunga, Tiara sama Sidiq sekalian ya?"
" Boleh. Tapi Bunga kan gak libur?"
" Izin sehari kan gak papa Bun. Jarang juga aku bisa ajak mereka."
" Terserah kamu aja. Gak mampir dulu tempat Oma?"
" Besok aja waktu mau pulang Bun."
***
Anyelir sampai di rumah orangtuanya tepat tengah hari, yang disusul orang tua Diandra tiga puluh menit kemudian. Mereka mengobrol dan makan bersama menikmati kebersamaan yang jarang bisa ditemukan.
" Bagaimana rumah baru kalian? Apakah nyaman?" Tanya Rania kepada Anyelir dan Diandra.
" Sangat nyaman ma."
" Kami belum sempat berkunjung ke sana. Lain waktu kayaknya harus benar-benar menyiapkan waktu untuk ke sana ya Mbak Selina." Sambung Rania.
" Ya, kita bareng aja ke sananya biar ramai."
" O ya Ma, Pa, Ayah, Ibu. Kedatangan kami berdua ini iuga sebenarnya ingin membahas tentang hal ini. Bagaimana kalau akhir Minggu ini kita ngumpul bersama di rumah kami untuk doa bersama sekalian mengundang tetangga kanan kiri sambil mengakrabkan diri." Diandra menyampaikan maksud kedatangan mereka.
" Mumpung Kaisar juga pulang, Ma." Tambah Anyelir.
" Cucu mama pulang? Mama dah kangen banget sama bocah nakal itu. Sudah pulang kok belum ke sini?" Rania dan Rahendra begitu senang dengan kabar kepulangan Kaisar. Sedang Ja'far dan Selina sedikit bingung dengan cucu yang sedang mereka bicarakan.
" Cucu? Anak siapa? Bukannya Mahardika belum menikah?" bingung Selina. Sebab anak keluarga Rahadiansyah hanya Mahardika dan Zafira yang dia ketahui.
" Bukan anak Dika Mbak. Tapi anaknya Fira. Kami belum pernah cerita ya. Ceritanya panjang Mbak. Nanti sambil kita ngobrol berdua akan saya ceritakan." Sambung Rania kemudian agar besannya tidak salah paham.
" Jadi gimana kira-kira mama, papa, ayah sama ibu bisa gak?" Tanya Anyelir meyakinkan.
" Pasti kami usahakan Nak." Ja'far memberi kepastian yang kemudian diaminkan oleh semua orang.
Acara makan siang dan kumpul keluarga itu berakhir menjelang ashar. Mereka undur diri dari kediaman Rahadiansyah.
Sesampai di rumah. Diandra dan Anyelir sibuk mendata orang-orang yang akan mereka undang serta hidangan apa yang akan mereka sajikan.
" Undangan kita hampir seratus Mas. Kita buat undangan resmi atau cukup telepon saja bagi yang kenal. Sedang tetangga kita minta tolong Pak RT yang sampaikan atau gimana?"
" Kita buat undangan resmi aja lah Fir. Biar enak dan tidak merepotkan."
" Dengan undangan segitu rumah kita apa cukup ya Mas?"
" Kita berdoa aja semoga cuacanya bagus, jadi kita buat acara outdoor gitu. Halaman depan kayaknya cukup. Untuk sementara kita pindahkan dulu bunga-bunga dan tanaman kamu ke halaman belakang."
" Iya. Agak repot juga ya kalau rumahnya kecil ketika ada acara kayak gini."
" Tapi kamu milihnya rumah yang kecil. Sekarang kok menyesal."
" Ribetnya kan kalau ada acara Mas. Selebihnya gak. Apalagi aku paling suka kalau beberes rumah sendiri. Kalau terlalu besar pasti gak bakal kepegang kalau sedang sibuk."
" Kita kan bisa mempekerjakan orang untuk membantu kamu."
" Enak begini Mas."
" Ya dah terserah kamu."
" Makanannya gimana Fir?"
" Biar aku yang urus Mas. Kita masak sendiri aja, nanti aku bakal panggil beberapa orang yang bisa bantu-bantu."
" Ok deh. Aku percaya. Istriku kan juru masak di surganya tempat makan. Jadi masakannya pasti gak bakal ngecewain." Goda Diandra yang membuat Anyelir malu.
Dan malam ini mereka merencanakan semua hal yang harus mereka persiapkan, karena acara akan dilaksanakan tiga hari lagi. Mereka ingin mempersiapkan acara tersebut dengan sempurna dan tanpa cela karena ini adalah acara pertama mereka. Acara yang mereka inginkan bisa meninggalkan kenangan yang tidak akan dilupakan oleh siapapun.
tbc
**Selamat membaca semoga berkenan😀
Maafkan jika authornya gak bisa update tiap hari 🙏🙏
Tetap jadikan favorit ❤️, jangan lupa like 👍 vote 🌟 dan komen 🗣️ ya biar authornya tahu ada yang menantikan kelanjutan kisah ini.
Selamat beraktifitas**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Vayutanchayank
semangat terus thor, kami tunggu cerita selanjutnya
2020-11-20
2
The books.
like
2020-11-03
0