4. Pertemuan

Tepat pukul tujuh malam. Diandra beserta kedua orang tuanya sampai di rumah keluarga Rahadiansyah. Kedua sahabat yang sudah lama tidak bertemu itu saling berpelukan. Saling menanya kabar dan berbasa-basi sekedarnya sambil minum teh bersama.

Tak berapa lama Anyelir tiba dan masuk dengan wajah yang sedikit lelah. Namun tetap tersenyum menyapa kedua orang tua dan sahabat papanya.

" Assalamualaikum" sapa Anyelir sambil mencium tangan orang tuanya yang dilanjutkan dengan menyalami tamu yang duduk di sana sambil menyebutkan namanya.

" Wa'alaikumsalam.." sambut mereka hampir berbarengan.

" Akhirnya, yang kita tunggu datang juga." Kata papa Anyelir sambil menarik Anyelir untuk duduk disampingnya.

" Ini anak bungsu saya Ja'far, Selina. Namanya Zafira. Maaf ya, dia sudah membuat makan malam kita agak terlambat. Soalnya dia tidak tinggal di sini, dan baru tadi sore mamanya telfon untuk pulang."

" Maaf ya Om, Tante" kata Anyelir kikuk. Tidak mengerti maksud papanya berbicara seperti itu. Sedang Diandra lebih memilih mengutak-atik telepon ditangannya, tidak tertarik dengan pembicaraan antara ayah dan temannya itu.

" Tidak apa-apa Fira. Om dan Tante yang datang tanpa kabar." Balas Selina dengan penuh penyesalan.

Belum sempat mereka melanjutkan pembicaraan. Bi Asih datang menghampiri.

" Maaf Tuan, Nyonya. Makanan sudah siap." Kata Bi Asih yang dibalas Rania dengan anggukan. Kemudian mempersilahkan tamunya segera ke meja makan untuk segera menikmati makan malam yang agak terlambat itu.

Mereka makan tanpa suara. Hanya denting sendok yang beradu dengan piring yang ada. Sebab memang sudah kebiasaan di rumah keluarga Rahadiansyah yang tidak memperbolehkan berbicara ketika makan. Selesai makan malam, mereka kembali duduk santai di ruang depan sambil mengobrol ringan masalah pekerjaan, sahabat mereka semasa sekolah dan seputar kejadian-kejadian terbaru baik dari politik, ekonomi bahkan gosip artis. Anyelir dan Diandra cuma diam sebagai pendengar saja. Sambil sesekali tersenyum ketika ada hal lucu dari obrolan itu tanpa bermaksud ikut serta di dalamnya.

Tanpa terasa obrolan itu terus berlanjut hingga pukul sebelas malam. Anyelir benar-benar lelah. Maka dia memohon diri untuk beristirahat lebih dulu. Sedang Ja'far dan keluarganya bermaksud pamit pulang, tapi Rania sebagai tuan rumah tidak memperbolehkan mereka untuk pulang. Rania terus memaksa Ja'far dan keluarganya untuk menginap, karena hari telah malam dan perjalanan dari rumah Keluarga Rahendra bukanlah jarak yang dekat.

Akhirnya setelah perdebatan yang cukup lama, Ja'far beserta anak dan istrinya memutuskan untuk menginap.

" Fira, tolong kamu antar Diandra ke kamar tamu yang di atas ya. Biar om Ja'far dan Tante Selina tidur di kamar bawah." Pinta Rania kepada putrinya.

" Ya Ma " Jawab Anyelir singkat.

" Mari saya antar.." kata Anyelir kepada Diandra yang dijawab Diandra dengan anggukan.

" Diandra permisi dulu ya Om, Tante." Pamit Diandra sebelum mengikuti Anyelir.

" Ya Nak. Silahkan beristirahat, kelihatannya kamu sangat lelah. Biar kami melanjutkan obrolan kami ini sebentar lagi." Jawab Rahendra sambil tertawa lebar.

Ketika melangkah menaiki tangga, Anyelir dan Diandra masih dapat mendengar empat orang tua itu sedang membicarakan mereka. Hal itu yang membuat mereka saling melihat sekilas kemudian saling melemparkan muka.

" Zafira, benarkan nama kamu Zafira?" Tanya Diandra arogan ketika sampai di depan pintu yang ditunjukkan Anyelir.

" Iya. Itulah nama saya. Ada masalah?" jawab Anyelir tidak mau kalah.

" Saya cuma mau memperingatkan Anda. Apapun yang kedua orang tua saya maupun orang tua Anda pikirkan. Itu bukan keinginan saya, apalagi cita-cita saya. Karena mereka memaksa makanya saya datang ke sini. Jadi ingat ini bukan kemauan saya." Tegas Diandra dengan nada angkuh.

" Saya juga sama. Jika orang tua saya tidak memaksa, saya juga tidak akan hadir di sini untuk bertemu Anda. Camkan itu. Jadi jangan Anda menganggap sayalah yang meminta mereka untuk bertemu Anda. Itu tidak pernah ada dalam kamus kehidupan saya." Jawab Anyelir dengan nada berbicara yang tak kalah angkuh.

" Ok. Jika benar yang saya tebak dari pikiran mereka. Kelihatannya kita harus membuat kesepakatan terlebih dahulu tentang hal itu." Ketus Diandra.

" Baik." Balas Anyelir sebelum berbalik meninggalkan kamar Diandra.

Tiba-tiba sebuah chat masuk di telepon Anyelir. Ternyata dari mamanya yang menyuruh Anyelir mengambilkan pakaian ganti dari kamar Zaidan. Dengan malas Anyelir memasuki kamar kakaknya Zaidan dan mengambil pakaian santai secara asal. Dengan enggan Anyelir mengetuk pintu. Setelah ketukan ketiga baru pintu dibuka oleh penghuni ruang tamu itu.

" Apaan sih?" Diandra membuka pintu dengan wajah masam. Merasa terganggu dengan kehadiran Anyelir.

" Baru saja Anda pergi, sudah nongol aja depan pintu saya. Atau mungkin Anda berubah pikiran dan tertarik dengan saya?" Lanjut Diandra masih dengan arogansinya.

" Jangan kegeeran ya. Siapa juga yang tertarik dengan Anda. Kalau gak terpaksa juga males kali." Sahut Anyelir sambil menyodorkan pakaian ganti. Kemudian melengos pergi.

" O ya. Handuk ada di lemari kalau Anda butuh. Sekedar informasi aja." Sambung Anyelir sebelum benar-benar menghilang di balik pintu kamarnya. Sedang Diandra langsung masuk kamar dan membersihkan diri dan berganti pakaian untuk segera tidur.

***

Anyelir masuk kamar dengan muka sebal yang diperkuat dengan gerakan kakinya yang sedikit dihentakkan ke lantai.

" Astagfirullah, manusia macam itu yang papa inginkan untuk aku bantu. Bisa-bisa aku yang ikutan gila kalau harus dekat-dekat sama dia. Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini." Anyelir terus menggerutu sambil membersihkan diri dan mengganti pakaiannya.

Sebelum beranjak tidur, Anyelir mengecek satu persatu email yang masuk. Melihat beberapa berkas yang akan dipresentasikan dalam rapat direksi esok hari.

***

Suara adzan subuh membangunkan Anyelir dari tidurnya. Seperti biasa Anyelir langsung bangun, membersihkan diri dan menunaikan shalat subuh. Kemudian Anyelir turun ke bawah, bermaksud membantu Bi Asih yang sedang memasak, tetapi Bi Asih bersikeras tidak ingin dibantu. Sehingga Anyelir lebih memilih berjalan-jalan ke taman di samping rumah. Dedaunan dan bunga masih basah dengan embun. Kemudian Anyelir duduk di gazebo dekat kolam ikan milik papanya. Mengambil pakan yang tergantung di tiang gazebo. Kemudian menebarkannya ke kolam. Suara ikan yang berebut makanan membuat Anyelir tersenyum bahagia.

Di tempat lain Diandra terbangun dari tidurnya. Cericit burung dari pohon mangga dekat jendela kamar yang ditempatinya membuat ia penasaran. Kemudian membuka pintu menuju teras. Dan udara pagi yang segar di tempat yang asri memberikan ketenangan tersendiri untuknya. Diandra merasa nyaman dengan suasana ini.

Ketika sedang asik melihat pemandangan sekitar rumah keluarga Rahadiansyah yang dipenuhi bunga dan bebuahan. Mata Diandra menangkap sosok mungil yang sedang asik tertawa di tepi kolam sambil sesekali menebar pakan. Ada perasaan damai di hati Diandra melihat pemandangan itu. Namun ia segera menepis perasaan itu. Beranjak dari beranda. Kemudian segera beranjak membersihkan diri.

***tbc

Jangan lupa like, vote dan komen ya..

ditunggu komentar pembangunnya..

Mohon maaf jika typo bertebaran 🙏😀😀***

Terpopuler

Comments

usermaatre

usermaatre

aku suka ceritanya ... 😍😍

2021-02-23

1

Vayutanchayank

Vayutanchayank

lankut

2020-11-20

1

Nurul Azizah

Nurul Azizah

yuk dilanjutkan thor

2020-11-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!