Riuh suara orang-orang yang sedang menikmati makanannya di PF ketika Diandra sampai di sana. Berbagai macam orang ada di sana, karena PF adalah salah satu tempat yang ramah untuk semua kalangan. Desi terus mengikuti Diandra menuju lantai teratas PF. Mereka telah memesan sebuah tempat di cafe Awan. Sebab Yamada, sang investor yang meminta mereka untuk bertemu di sini. Seorang kenalannya merekomendasikan tempat ini. Secara pribadi Diandra baru sekali ke tempat ini. Itupun ketika orang tuanya dulu memperkenalkannya dengan Zafira. Kali ini adalah yang ke dua.
Acara makan siang yang juga membahas kerjasama mereka dalam sebuah proyek itu berjalan lancar dan diperoleh sebuah kesepakatan yang saling menguntungkan di antara mereka. Yamada, akhirnya meninggalkan tempat itu terlebih dahulu karena ada hal penting yang harus diselesaikannya. Tak berapa lama, Desi dan Diandra juga meninggalkan meja VIP tersebut.
Seorang gadis kecil berlari ke arah seorang perempuan berkerudung yang sedang berjalan ke arahnya. Gadis kecil itu begitu tak sabar untuk sampai ke pelukan ibunya. Yang sudah hampir dua Minggu tidak ditemuinya. Seorang anak kecil berumur dua tahun juga ikut berlari di belakang gadis kecil itu. Mereka terlihat begitu bahagia berlari ke arah ibunya.
" Bunda...." Kata gadis kecil itu yang diikuti adiknya.
" Unda...unda...unda..."
Sebelum sampai mereka pada ibunya, tanpa sengaja gadis itu menyenggol seorang perempuan yang sedang berdiri dari duduknya. Pecahlah tangis gadis itu ketika terjatuh. Dan sang adik yang melihat kakaknya menangis, begitu saja ikut menangis. Hal ini menyebabkan suasana yang tenang tiba-tiba menjadi gaduh.
" Anak siapa sih? Gak pernah diajarkan untuk tidak membuat kegaduhan di tempat umum apa" gerutu perempuan yang merasa terganggu dengan ulah gadis kecil yang sudah menyenggolnya dan menyebabkan sisa minuman di atas meja tertumpah mengenai pakaian yang dia kenakan.
Setengah berlari sang ibu menghampiri anak gadis itu, sedang adiknya langsung di ambil oleh perempuan lain yang seusia dengan ibu mereka yang kemudian membawanya menjauh untuk kembali ke tempat duduk mereka.
" Tolong maafkan anak saya ya Mbak,"
" Kamu tahu gak berapa harga baju yang saya pakai ini? Apa kamu mampu menggantinya?"
" Tinggalkan saja kartu nama Anda Mbak. Nanti akan saya ganti kerugian yang Mbak alami."
" Sombong sekali kamu ya? Memang kamu mampu membeli pakaian seperti saya ini. Pakaian kamu aja kayak gitu bentuknya." Maki perempuan itu dengan wajah yang angkuh.
" Ribut apaan sih Des? Pakaian kotor kan tinggal dibersihkan atau kamu beli aja lagi" ucap lelaki itu sambil menoleh ke arah dua orang perempuan yang sudah mengusik dan mengganggunya ketika menelepon. Dan betapa terkejutnya dia ketika melihat perempuan yang sedang bersitegang dengan sekretarisnya itu. Apalagi melihat gadis kecil dalam gendongannya yang menangis sambil terus memanggilnya Bunda.
" Fira.."
Merasakan keterkejutan yang sama, Anyelir pun tidak menyangka jika yang dia temui adalah Diandra. Anyelir belum pernah cerita tentang dua bocah kecil ini kepada Diandra. Anyelir hanya berharap tidak ada kesalahpahaman di sini.
" Mas.." belum sempat Anyelir meneruskan ucapannya, perempuan di depan ini lebih dulu melangkah pergi sambil menarik bosnya untuk pergi menjauh sambil melemparkan kartu namanya ke arah Anyelir.
" Saya tunggu niat baik kamu ya!" Katanya pada Anyelir.
Diandra seperti orang bo**doh yang entah mengapa menurut saja ketika tangan Desi menariknya untuk melangkah ke luar. Samar-samar Anyelir mendengar perkataan perempuan itu ketika berlalu.
" Mas, nanti belikan aku baju baru ya? Sekalian aja pulang belanja Mas mampir ke tempatku ya"
Entah apa jawaban Diandra pada Desi, Anyelir tidak begitu mendengarnya. Sebab gadis kecil dalam pelukannya menyentuh pipinya kemudian menciumnya.
" Tante itu sombong ya Bunda,"
" Gak sayang, mungkin Tantenya terkejut aja. Tiara gak boleh gitu ya" kata Anyelir sambil membalas ciuman gadis itu.
" Ayok kita makan cantik, princess bunda pasti sudah lapar kan?"
" Iya Bunda. Tiara mau makan yang banyak ya, biar cepat gede kayak bunda"
***
Keluar dari PF Desi meminta Diandra menemaninya belanja, mencari pakaian baru sekaligus beberapa barang yang menurutnya penting. Tubuh Diandra mengikuti kemana perempuan itu melangkah sedang otaknya terus mengingat dua anak kecil yang memanggil Fira bunda. Siapakah mereka? Beberapa kali Desi meminta pendapat Diandra tentang baju atau barang yang akan dia beli, tetapi Diandra hanya mengiyakan tanpa benar-benar memperhatikan apa yang dibeli oleh Desi. Yang dia inginkan saat ini hanyalah cepat pulang dan meminta penjelasan Fira tentang dua anak kecil itu.
" Masih lama Des?"
" Bentar lagi Mas."
" Aku duluan ya" pamit Diandra tanpa meminta persetujuan.
" Kok gitu sih" Desi merasa kesal dengan tingkah Diandra. Kalau begini terpaksa dia yang harus bayar sendiri semua belanjaannya. Padahal dia sudah berharap Diandra yang bakal membayar semuanya.
Sesampai di rumah, Diandra tidak menemukan keberadaan Fira padahal hari sudah sore. Diandra terpaksa menunggu Fira sambil menonton televisi yang menurutnya tidak ada acara yang menarik. Perempuan itu baru nongol ketika azan magrib hampir berkumandang.
" Darimana baru pulang?"
" Bukannya biasanya juga pulang jam segini Mas, kamu aja yang pulangnya terlalu cepat."
" Ada yang pengen aku omongin sama kamu"
" Nanti aja ya Mas, dah sore ini. Gerah. Aku mau bersih-bersih dulu trus buat makan malam untuk kita. Baru nanti kita ngomong."
" Fir.."
" Nanti ya"
Diandra cuma bisa bengong melihat tingkah perempuan satu ini. Anyelir masih juga belum mau diajak bicara hingga makan malam. Setelah selesai berbenah meja makan dan mencuci piring, akhirnya Anyelir bersedia bicara. Dan disinilah mereka, duduk di balkon sambil melihat cahaya bulan yang bertabur kerlap-kerlip bintang.
" Apa yang mau diomongin mas?" Anyelir yang membuka pembicaraan di antara mereka.
" Udah gak mood" jawab Diandra dengan nada malas.
" Mas marah?"
"Gak.."
" O ya udah, klo gak ada yang mau diomongin, aku mau istirahat dulu ya"
" Kok gitu?"
" Tapi gak ada yang mau diomongin."
" Fir.."
" Hmmm.."
" Sebelum nikah sama aku, kamu punya pacar?"
" Aku gak tertarik dengan hubungan yang seperti itu, ribet."
" Pernah menikah?"
" Lagi wawancara ya Mas? Aku gak mau jawab"
" Cuma pengen tahu."
" Aku gak mau jawab."
" Tapi yang ini tolong dijawab. Yang kemarin sama kamu anak siapa?"
" Anakku."
" Siapa ayahnya?"
" Aku gak tahu Mas."
" Fir, tolong jujur sama aku"
" Aku sudah jujur Mas, memang aku gak tahu siapa ayah mereka."
" Mereka? Jadi kedua anak itu anakmu? Dan kamu gak tahu siapa ayahnya. Kamu gak bercanda kan Zafira?"
" Aku gak bercanda Mas, memang aku gak tahu siapa ayah mereka."
Dada Diandra semakin sesak mendengar pengakuan Anyelir. Perempuan yang dia harapkan sebagai perempuan baik-baik, perempuan yang mampu menjaga dirinya, ternyata tidak beda dengan semua perempuan yang dia kenal. Ada perasaan tidak rela mengetahui kebenaran itu. Walau Diandra sadar dia bukan orang yang baik dan mampu menjaga dirinya. Malah dia masih sempat bermain di luaran setelah menikah dengan Anyelir. Tapi mengapa mengetahui bahwa perempuan di hadapannya ini telah memiliki dua anak yang tidak diketahui bapaknya, Diandra merasa telah ditipu secara nyata. Dia tidak rela dan tidak terima dengan kenyataan ini.
tbc
Terimakasih kasih buat semua yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan author yang jauh dari kata sempurna ini. Mohon masukannya🙏
Tetap jadikan favorit ❤️ like 👍👍 vote 🌟🌟🌟dan komen yang banyak ya😀😀😀😀
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🇮🇩 M i K u R 🇵🇸
Salahnya si Anyelir disini. Bukannya dijelaskan malah makin dibikin ribet.
Parah. Pengen ku tabok beneran si Anye!
2021-02-03
1
Rena Harianto
kenapa anyelir gak mengatakan yg sebenar nya
2020-12-28
1
Vayutanchayank
lanjutkan thor, makin seru nih ceritanya
2020-11-20
2