Anyelir memutuskan besok pagi untuk segera pindah ke rumah baru mereka. Sambil merapikan pakaian yang akan dibawa Diandra, Anyelir juga merapikan barang miliknya yang memang tak seberapa jumlahnya itu.
" Mas, besok pagi aja saat kamu berangkat ke Bandung, aku juga mau berangkat ke rumah baru kita."
" Kamu yakin? Di sana siapa yang mau nemenin?"
" Aku dah biasa lho mas tinggal sendiri. Paling nanti manggil siapa gitu buat bantuin beberes. Di sini juga nanti bakal sendiri, soalnya Ayah sama Ibu juga dah dari subuh tadi berangkat ke Bali. Ada acara bareng teman-teman kampusnya dulu. Tapi nanti sebelum ke rumah kita, ada beberapa barang yang pengen aku beli. Di sana kan masih minim barangnya."
" Terserah kamu aja. Ini buat kamu beli keperluan di sana. Jangan menolak, ini bagian tanggung jawabku kan?" Diandra menyerahkan kartu miliknya.
Anyelir meraih kartu pemberian Diandra karena Diandra sudah memutuskan, tak mungkin dia bantah lagi. Kemudian memasukkan kartu itu ke dalam tas kecil miliknya. Walau sebenarnya Anyelir tak begitu suka menggunakan kartu kredit. Selama ini dalam keseharian Anyelir lebih memilih menggunakan kartu debit dengan kontrol yang cukup ketat. Anyelir selalu berusaha hidup sederhana dan memaksimalkan pemanfaatan alam, tidak membiasakan diri menjadi sosok yang hedonis dan konsumtif. Bukan karena tak mampu tapi karena memang tak ingin.
***
Anyelir sibuk memilah-milah perabot dan barang-barang yang akan dia beli ditemani Roni dengan setia. Setelah menetapkan pilihannya, Anyelir meminta Roni yang membeli semua keperluannya dan mengirim langsung ke rumahnya. Dengan sigap Roni menyelesaikan perintah itu tanpa cela. Sebenarnya Monica berkeras untuk ikut serta tetapi Roni tidak ingin istrinya yang sedang hamil tujuh bulan terlalu lelah, biarlah Monica membantu dengan cara tetap berada di PF.
Selama tiga hari, Roni dan orang suruhannya menata perabot di sana-sini, sedang Anyelir dibantu Bi Iyah membuat makanan untuk mereka. Dan sekarang rumah itu sudah sesuai keinginan Anyelir. Minimalis dan asri dengan tambahan beberapa pot bunga sansivera dengan berbagai ukuran di setiap ruangannya.
***
Hari ini Anyelir berangkat ke kantor dan langsung menghadapi rapat dengan pimpinan cabang dan evaluasi bagian pengembangan PF. Rangkaian kesibukan itu berakhir ketika jam menunjukkan pukul 18.00. Anyelir menelepon Mia dan Raditya untuk makan malam bersama di sebuah restoran Jepang. Sebelum berangkat Anyelir berbenah dan berganti pakaian di kamar pribadi miliknya di Hotel Andromeda yang langsung terhubung dengan ruang kerjanya.
Satu jam kemudian, Anyelir sudah sampai di restoran Jepang langganannya. Ternyata Mia sudah membawa dua anak kesayangan Anyelir hadir di sana dan terlihat begitu bahagia. Mendengar langkah kaki Anyelir, Sidiq dan Tiara langsung berdiri dan berlari menghampiri. Anyelir menyambut mereka dan membawa dua bocah itu dalam gendongannya.
"Bunda, bunda kenapa gak pulang-pulang?" Celoteh Tiara yang diamini oleh Sidiq kecil.
"Unda...ulang ya" binar mata Sidiq penuh harap.
" Bunda masih sibuk ya sayang... Tiara dan Sidiq, anak Bunda yang pinter kan?"
" Iya Bunda. Tiara tahu Bunda sibuk, tapi pulangnya jangan lama-lama ya Bunda" celoteh Tiara yang dijawab Anyelir dengan kecupan sayang.
" Hai.. Adik kakak yang manis" suara Bunga mengagetkan Tiara dan Sidiq dan langsung membuat mereka berbinar bahagia.
" Kakak...." Dua bocah mungil itu langsung berpindah ke lengan. Sidiq dalam gendongan Bunga sedangkan Tiara dalam gendongan Raditya.
Makan malam keluarga itu berjalan akrab dan hangat. Sangat jarang mereka bisa kumpul bersama dan sekarang minus Kaisar.
" Dit, bagaimana kabar tentang ibumu?"
Pertanyaan Anyelir membuat Raditya menghentikan aktivitas makannya sejenak kemudian melanjutkannya lagi sebelum menjawab. Anyelir sudah mendapat kabar bahwa Raditya sudah mau memaafkan ibunya dan telah tinggal bersama mereka, tetapi Anyelir hanya ingin memastikannya langsung dari mulut Raditya sendiri.
" Bukankah setiap orang memiliki kesempatan ke dua Bun. Dan aku memutuskan untuk memberikan kesempatan itu pada ibu."
" Bunga senang Bunda, ibu sudah kembali kepada kami" Bunga menimpali sambil menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
" Bunda ikut senang dengan kebahagiaan kalian. Banyak waktu yang tergadaikan di antara kalian. Manfaatkan kesempatan itu sekarang. Berbaktilah. Jadilah anak yang baik ya"
" Tapi Bunda tetap Bunda kami kan?" Sendu Bunga.
" Tentu saja sayang"
Anyelir meraih Bunga yang ada di sampingnya ke dalam pelukannya.
" Kenapa ibu gak diajak sekalian tadi? Biar tambah ramai?"
" Ibu belum siap katanya Bun. Mungkin lain kali bakal Bunga ajak"
" Baiklah."
Setelah makan malam usai, Raditya dan Bunga kembali ke apartemen mereka yang sekarang ditempati bersama ibu mereka. Sedang Anyelir memutuskan menginap di apartemen yang ditinggali Mia dan kedua anaknya. Meluangkan waktu lebih banyak untuk mereka mumpung Diandra belum kembali dari Bandung.
***
Pulang dari Andromeda, Anyelir mampir di sebuah toko bunga, membeli beberapa pot bunga dan tak lupa juga singgah di minimarket untuk membeli beberapa keperluan rumah.
Anyelir menata bunga terakhir yang ia beli di balkon rumah berdekatan dengan satu set kursi rotan lucu dan ayunan gantung pir dari rotan juga dilengkapi bantal-bantal berwarna hijau. Warna hijau bantal menambah suasana segar.
Sudah empat hari, Diandra berada di Bandung. Tanpa telepon atau sekedar bertanya kabar. Entahlah, hubungan macam apa yang sedang mereka bangun. Sebab Anyelir pun enggan untuk menghubungi lebih dulu. Biarkan waktu yang menentukan akhir atas keadaan ini. Jika memang cinta itu akan tumbuh, semoga tumbuh disaat yang tepat.
Azan magrib berkumandang saat Anyelir Selesai berbenah dan membersihkan diri. Malam ini terasa sunyi sebab tidak ada lagi yang dapat Anyelir lakukan. Akhirnya setelah selesai membuat makan malam untuknya sendiri, Anyelir menyelesaikan beberapa pekerjaan yang belum ia selesaikan tadi di kantor. Menyalakan laptop sambil duduk santai di balkon rumah yang sekarang terlihat menyenangkan dan membuat betah untuk berlama-lama di sana ditemani suara jakrik, gemerlap bintang dan senyuman manis rembulan. Inilah yang Anyelir suka dari suasana pinggiran kota. Jauh dari kebisingan dan memberikan lebih banyak ketenangan.
~Jangan lupa datang besok ke acara ulang tahunku ya Kak. Lokasi dah kukirim~
Sebuah pesan masuk ke telepon genggam Anyelir. Pesan dari Albert, seorang lelaki yang telah dia anggap sebagai adik. Sebenarnya Anyelir dahulunya tak terlalu ingin terikat secara emosional dalam bentuk apapun dengan lelaki ini, karena Albert adalah salah satu pengusaha yang juga mengendalikan sebuah organisasi yang beranggotakan orang-orang berbahaya. Pertemuan mereka pun sebenarnya tidak terduga lima tahun yang lalu, saat itu Anyelir sedang pulang dari melihat keadaan tanah yang baru dibelinya dan menemukan Albert di pinggir jalan dengan tubuh penuh luka dan banyak kehilangan darah. Anyelir tidak berpikir apapun selain ingin menolong orang lain. Anyelir membawa Albert ke rumah sakit dan sempat dirawat hampir tiga bulan. Setelah Albert sembuh, Anyelir bermaksud menjauh dan berharap tidak berurusan lagi dengan lelaki itu setelah mengetahui orang-orang yang ada di sekelilingnya, tetapi Albert terus memaksa akan selalu ada untuk Anyelir kapanpun Anyelir membutuhkannya. Mau maupun tidak, dia akan selalu membayangi setiap langkah Anyelir dan memastikan keselamatan Anyelir, sebab hutang nyawa akan tetap Albert ingat sampai kapan pun.
~Ok. Sampai ketemu besok~
tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Qothrun Nada
Albert ketua mafia ya..
2022-01-20
0
Vayutanchayank
makin seru
2020-11-20
0
The books.
semangat
2020-10-09
0