Pukul delapan pagi, dua keluarga Rahadiansyah dan Pramudyarajasa sudah berkumpul di teras belakang sambil minum teh dan menikmati cemilan. Menyaksikan burung kutilang yang melompat dari satu ranting ke ranting yang lain di pohon jambu atau kupu-kupu yang hinggap dihelaian kuntum bunga yang mekar di halaman. Anyelir masih betah di kamar sambil berbincang dengan seseorang di telepon, sedang Diandra duduk gelisah di depan televisi, bolak- balik mengganti channel tetapi tidak ada satupun acara yang menarik baginya.
" Bi Asih.." panggil Rania.
" Iya Nyonya,"
" Tolong panggil Zafira dan Diandra ya.."
" Baik Nyonya" jawab Bi Asih sambil mengangguk hormat.
Bi Asih menuju lantai atas mengetuk pintu pintu kamar yang ditempati Diandra.
" Den, dipanggil Tuan dan Nyonya di teras belakang."
" Ya.." jawab Diandra langsung ngeloyor ke bawah.
Kemudian Bi Asih mengetuk pintu kamar Anyelir. Sampai ketukan ke tiga baru mendapatkan respon. Anyelir menjulurkan kepalanya dari balik pintu masih sambil menelepon.
" Ya Bi?"
" Ditunggu di bawah Non.."
" O iya Bi. Sebentar lagi ya"
Anyelir melanjutkan pembicaraan telepon hingga lima menit berikutnya. Roni masih menjelaskan beberapa hal tentang perusahaan karena sudah dua hari Anyelir absen masuk kantor. Selesai menelepon Anyelir segera menuju beranda tempat papa dan mamanya menunggu.
" Mohon maaf ya Pa..Ma..Om..Tante, tadi masih ada beberapa hal yang harus Fira urus makanya Fira agak terlambat turun."
" Ya gak apa-apa, kita kan cuma pengen ngobrol-ngobrol santai saja sebelum kami pulang" kata Selina dengan gaya khas keibuannya.
" Ya sudah, karena yang pengen diajak ngomong sudah hadir semua, kita langsung saja ke pokok permasalahan yang pengen kami, sebagai orang tua, ingin sampaikan kepada kalian berdua" Rahendra membuka percakapan yang ditujukan kepada Anyelir dan Diandra.
" Maksudnya Pa?" Tanya Anyelir sambil mencoba meyakinkankan dirinya agar apa yang dipikirkannya adalah salah.
" Fira, papa dan mama kan sudah pernah bilang, bahwa papa sama Mama pengen Fira menikah dengan anak dari teman papa" jawaban Rahendra membenarkan apa yang Anyelir takutkan dari kemarin sekaligus langsung memberi beban berat di pundak Anyelir. Di dalam hati Anyelir hanya berharap keputusan yang orangtuanya ambil ini adalah jalan yang benar. Anyelir mencoba mengetahui reaksi Diandra tetapi lelaki itu seakan tanpa ekspresi.
" Pa.."
" Anyelir, papa benar-benar minta tolong sama kamu ya Nak."
Apa yang sanggup Anyelir bantah lagi. Sebab papanya menekankan kata tolong itu sebagai sebuah perintah yang harus dilaksanakan. Apapun alasan yang akan Anyelir gunakan pasti tidak akan mempan untuk mematahkannya.
" Pa, seandainya memang papa mengharuskan Fira menikah dengan pilihan papa. Fira harap pernikahan bukan hanya kehendak Fira atau papa saja. Fira gak mau jika harus menikahi orang yang tidak menginginkan Fira sebagai istrinya."
" Fira, pernikahan ini bukan hanya keinginan papa dan mamamu saja Nak. Kami juga sangat menginginkannya. Diandra juga sudah setuju. Jadi kamu jangan terlalu pesimis dengan rencana pernikahan ini. Tante tahu, di antara kalian belum ada rasa suka, apalagi rasa cinta. Tapi seiring berjalannya waktu kalian pasti akan saling tertarik dan saling menyayangi. Percayalah dengan Tante ya Nak."
Anyelir tidak mampu mengiyakan perkataan Selina. Dia mencoba berbicara dengan Diandra melalui tatapan mata tapi ternyata lelaki itu masih tetap diam tanpa ekspresi bahkan berkedip pun tidak. Lalu apa yang harus Anyelir lakukan. Menerima pengaturan ini seakan Anyelir yang begitu menginginkannya. Menolaknya? Anyelir sudah tidak bisa berpikir untuk menolaknya setiap teringat kata tolong yang diucapkan papanya. Akhirnya Anyelir hanya diam tanpa penolakan ataupun penerimaan. Terserah apa mereka mengartikan kebisuannya.
Dalam suasana yang luar biasa itu. Roni datang dengan terburu-buru. Menghampiri Anyelir dan menyapa Rahendra dan Rania serta mengangguk hormat kepada Ja'far dan istrinya.
" Maafkan kelancangan saya, jika mengganggu pertemuan keluarga ini Tuan. Tetapi ada perkara penting yang harus segera diselesaikan. Mohon izin menculik putri kesayangan Anda"
Kedatangan Roni seperti anugerah. Sebuah jalan kabur dari keadaan yang membingungkan ini. Anyelir langsung bangun dari duduknya menuju kamar yang diikuti oleh Roni.
" Fira.." panggil Rania.
" Maafkan jika Fira tidak sopan Ma...Pa...Om...Tante. Ada hal yang harus Fira selesaikan. Fira ikut saja apapun keputusannya. Fira mohon izin."
" Masalah apa lagi Ron sampai kamu datang ke sini? Apakah tidak cukup dengan kamu yang handle?" Tanya Fira sesampai di kamarnya.
" Ini masalah penting yang tidak bisa aku selesaikan Fira. Ada perempuan yang teramati akhir-akhir ini selalu menemui Bunga. Tapi Raditya terus berusaha menghindar. Menurut orang-orang kita, kemungkinan perempuan itu ibu mereka."
" Menurut kamu, jika memang perempuan itu ibu mereka, kenapa baru muncul sekarang, setelah Raditya memegang kendali di Pesona Development. Apakah alasannya masih tetap sama yaitu kerinduan seorang ibu kepada anaknya?"
" Aku yang akan menemui perempuan itu, biar kita tahu apa motif sebenarnya dia datang setelah lama menghilang." Jawab Anyelir sambil meraih tas di atas meja.
Anyelir berjalan memasuki mobil diikuti Roni. Perjalanan dua jam diisi dengan obrolan ringan seputar kehamilan istri Roni setelah Roni menyerahkan beberapa foto sebagai bukti keberadaan seorang perempuan di sekitar sekolah bunga dan sekitar apartemen Raditya. Istri Roni yang bekerja di devisi perencanaan FP. Sejak setahun yang lalu mereka menikah dan sekarang Monica sedang mengandung anak mereka. Anyelir selalu berdoa semoga Monica dan anaknya sehat sampai hari kelahiran. Sebenarnya Anyelir merasa sangat bersalah karena banyak menyita waktu Roni untuk bersama dengan istri dan calon anaknya. Berulangkali Anyelir sampaikan hal itu kepada Monica yang selalu dibalas perempuan itu dengan senyuman dan kata penerimaan karena memang sudah menjadi bagian dari pekerjaan mereka.
" Dimana Raditya?"
" Kayaknya masih di kantor."
" Ayo kita temui Raditya terlebih dahulu."
***
"Bagaimana Diandra? Fira sudah menyerahkan keputusan ini kepada keluarga. Apa ada hal yang ingin kamu sampaikan?" tanya Selina kepada anak kesayangannya itu.
" Kalau Fira sudah setuju apalagi yang bisa Diandra debatkan Bu, pasti ayah dan ibu tetap memaksa juga kan?" jawab Diandra penuh kepasrahan yang di sambut gelak tawa para orang tua.
" Tapi Om sedikit berpesan ya Nak Diandra. Fira itu putri Om yang paling unik. Dia akan melakukan segala sesuatu yang kadang di luar jangkauan pikiran orang lain dan kadang lebih mementingkan orang lain dari pada dirinya sendiri. Kalau dia sudah menganggap benar sesuatu, akan sulit digoyahkan." Kata Rahendra kemudian.
" Jadi mungkin Nak Diandra butuh kesabaran yang sedikit lebih banyak untuk Fira."
" Baik Om."
Obrolan ringan masih terus berlanjut hingga waktu makan siang tiba. Selesai makan siang keluarga Pramudyarajasa memohon diri untuk pulang dan mereka berjanji untuk bertemu kembali seminggu lagi untuk membahas rencana pernikahan itu.
***tbc
Jangan lupa jadikan favorit ❤️❤️, like 👍👍, vote n coment ya***..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🇮🇩 ♏ Q 🎱 🇵🇸
Asli penisirin, Jo.
Lanjut aaaahhh...
2021-02-01
3
Vayutanchayank
lanjutkan thor
2020-11-20
0
Chalisa Bilqist
makin seru ceritanyaaa....
2020-10-01
1