~*Temui saya di Cafe Candy jam 19.00. Jangan terlambat~
Diandra*
Sebuah pesan masuk ke telepon genggam Anyelir. Pesan dari orang yang tak terduga. Kejadian beberapa hari ini begitu menyita waktu dan pikiran Anyelir, sehingga dia hampir melupakan perkenalannya dengan Diandra. Lelaki yang dipilihkan orangtuanya. Lelaki yang menurut mereka sangat membutuhkan bantuan Anyelir secara psikologis. Entah apa sebenarnya maksud mereka, Anyelir tak kuasa menolak. Sebab mereka pun tahu jika Anyelir tak pernah bisa dekat untuk hubungan yang romantis dengan seorang laki-laki. Namun bukan berarti Anyelir berbeda. Dia hanya belum siap untuk menjadi bodoh.
Jatuh cinta memang seperti kebodohan. Karena ketika jatuh cinta kita sanggup melakukan apapun demi cinta itu. Sedang cinta Anyelir saat ini adalah milik pekerjaannya, milik anak-anaknya.
~Ok~
Balas Anyelir singkat. Dan tak ada niat mereka untuk melanjutkan obrolan.
***
" Key, apakah para Direktur gila itu belum muncul?" Tanya Anyelir via interkom.
" Belum Bu" jawab Monica dari balik pintu.
Keyla sangat paham siapa yang dimaksud direktur-direktur gila oleh Anyelir. Mereka adalah tiga serangkai, tiga lelaki yang paling sering mencuri hati setiap wanita yang ditemuinya. Mereka adalah sosok suami dan menantu idaman. Bagaimana tidak diusia yang masih muda, 25 tahun, tetapi sudah memegang kendali atas perusahaan bonafit. Mereka adalah Aldo, Roland, dan Rio. Sahabat Anyelir semasa SMA yang telah dipilih Anyelir sebagai pimpinan tiga perusahaan milik Anyelir, tetapi tak pernah ada yang tahu kebenaran itu. Publik hanya mengetahui tiga lelaki idaman itulah pemiliknya. Anyelir hanya memantau, menyetujui dan mengevaluasi kinerja mereka. Sebagai orang di balik layar saja.
Jatuh cinta kepada Anyelir tentu sempat terlintas di hati mereka. Tapi mereka cukup sadar sampai mana batas mereka, sehingga mereka tak pernah berani melangkah lebih jauh. Sebab persahabatan dan persaudaraan yang Anyelir tawarkan lebih berharga. Persahabatan itu mampu membuat mereka nyaman dan mampu berdiri tegak daripada sebuah hubungan yang nanti bisa menyakiti dan membuat mereka saling membenci.
" Hai bos cantik, kami sudah datang" Sapa Rio ketika muncul di depan pintu dan diikuti oleh Aldo dan Roland.
" Bagaimana bisa kalian mengatur perusahaanku, jika janji kalian datang saja sudah terlambat 30 menit? Sepertinya sudah waktunya mengganti pimpinan perusahaan itu dengan pimpinan yang lebih kompeten" Anyelir berucap dengan nada marah yang dibuat-buat. Tentu saja tiga lelaki itu sangat tahu jika sahabatnya ini sedang berpura-pura marah.
" Siap bos. Beri kami hukuman." Jawab mereka serempak sambil menahan tawa.
" Sudah bercandanya. Ayo kita kerja dulu. Nanti kita ngopi bareng di awan. Sudah lama kita gak nongkrong bareng."
Perkataan Anyelir tak ubahnya perintah dan tidak mungkin untuk dibantah. Selama tiga jam mereka membahas rencana pengembangan dan penyelesaian proyek-proyek milik Andromeda Grup. Kantor utama Andromeda grup berada di gedung yang sama dengan hotel Andromeda. Tepatnya, di dua lantai teratas bangunan hotel mewah yang berada dalam kawasan PF itu. Berjarak beberapa ratus meter dari kantor utama PF yang dipegang oleh Monica, istri Roni. Tidak ada yang tahu jika Anyelir adalah pemilik tempat ini. Mereka hanya tahu Anyelir merupakan salah satu pegawai di hotel Andromeda. Jadi seandainya begitu banyak orang-orang kepercayaan Anyelir yang datang. Mereka hanya mengetahuinya sebagai tamu di sana. Bahkan tidak semua pegawai hotel Andromeda tahu keberadaan kantor tersebut.
***
Cafe awan berada di roof top PF. Gedung PF terdiri dari 40 lantai. 33 lantai digunakan sebagai surga makanan Nusantara dari seluruh provinsi di Indonesia. Satu lantai sebagai teater budaya yang setiap harinya menampilkan berbagai kesenian tradisional Nusantara. Dua lantai sebagai museum budaya. Tiga lantai sebagai kantor pengelolaan dan pengembangan PF. Satu lantai teratas dan roof top diperuntukkan bagi member khusus PF yang ingin menikmati makanan Nusantara secara lebih eksklusif.
Dan di sini lah mereka sekarang. Menikmati secangkir kopi sambil bercerita apa saja yang jauh dari pekerjaan mereka. Mereka bosan kalau bercerita tentang pekerjaan sedang selama tiga jam di ruangan Anyelir yang lalu mereka membahas pekerjaan. Jadi saatnya mereka menikmati waktu tanpa embel-embel pekerjaan.
" Sayang.." seorang gadis tiba-tiba menghampiri mereka dan langsung menggayut mesra di bahu Ronald.
" Sayang, kamu di sini?" Jawab Ronald sambil mvawa gadis itu ke pangkuannya.
" Iya, tadi makan sama teman. Katanya kamu tadi lagi sibuk. Tapi kok sekarang malah santai di sini" Rengek gadis itu dengan gerak bibir yang dibuat-buat.
Anyelir melirik Aldo dan Rio dan seperti mereka memiliki ikatan batin. Sama-sama melihat kemudian sama-sama berekspresi ingin muntah. Namun Ronald tak menyadari tingkah mereka.
" Sayang, ayo temani belanja," manja gadis itu sambil mencium bibir Ronald. Dan kali ini Anyelir benar-benar pengen muntah.
Apakah gadis sekarang sudah kehilangan harga dirinya. Begitu bebasnya mengumbar hal-hal yang tak pantas untuk dipamerkan di depan umum. Tanpa rasa malu.
" Ehm.." Anyelir memberi kode kapada Ronald atas ketidaknyamanannya.
Ronald sangat paham jika Anyelir tidak menyukai sikap yang seperti ini. Jadi dia mencari aman saja membawa gadis itu pergi dari hadapan Anyelir.
" Siapa lagi itu? Mainan baru?" Tanya Anyelir pada Aldo dan Rio. Pertanyaan seperti ini tentu hanya bisa dipahami mereka yang telah mengenal Ronald sejak dulu, player sejati. Entah kapan laki-laki itu akan mengakhiri petualangannya.
" Apa gak takut kena penyakit dia" sambung Anyelir lagi yang dibalas senyum penuh arti dari dua lelaki di depannya.
***
Anyelir tiba di Cafe Candy lima menit sebelum waktu yang ditentukan. Pelayan mengarahkan Anyelir ke ruang pribadi di lantai dua. Ternyata Diandra sudah menunggu di sana dengan makanan yang sudah tersaji di meja.
" Luar biasa, ternyata Anda adalah orang yang tepat waktu" sambut Diandra sambil mempersilahkan Anyelir duduk di kursi yang berhadapan langsung dengannya.
" Terimakasih"
" Lebih baik kita makan dulu, nanti baru kita bahas masalah kita"
" Baik"
Makan malam itu terlalu sunyi. Tanpa suara dua manusia yang sedang menikmati makanan. Hanya denting sendok dan garpu yang kadang beradu dengan piring yang menjadi satu-satunya suara di ruangan itu.
***
" Bisa kita memulai pembicaraan kita" tanya Diandra setelah pelayan membersihkan sisa makanan mereka dan membiarkan mereka kembali berdua.
" Silahkan.."
" Apakah Anda memang orang yang irit bicara atau Anda enggan berbicara dengan saya?"
Diandra merasa gusar. Sebab hanya dia yang sepertinya ingin berbicara sedang wanita yang duduk di depannya ini terlalu diplomatis. Berbicara seperlunya saja.
" Boleh saya menganggap pertanyaan Anda sebagai pujian?"
" Terserah.."
" Baik apa yang ingin Anda bicarakan dengan saya Tuan Diandra?"
" Baiklah langsung saja. Saya juga tidak suka bertele-tele. Anda sudah paham kan maksud kedua orang tua kita mengapa mempertemukan kita beberapa hari yang lalu?"
" Tentu saja. Karena papa sudah lebih dulu mengatakannya"
" Apakah Anda tahu kalau saya sudah mempunyai orang yang sangat saya inginkan untuk menjadi istri saya? Apa pendapat Anda?"
" Itu bukan urusan saya. Yang jelas ketika Anda menikah dengan saya. Bersikaplah seperti seharusnya seorang suami. Saling menjaga kehormatan pasangan agar tidak menjadi bahan gunjingan orang lain. Anda tidak perlu menuntut saya ini dan itu karena saya tahu apa saja yang harus saya lakukan sebagai seorang istri. Saya jamin itu."
" Makna tersirat yang dapat saya ambil dari pernyataan Anda. Kita harus menjalankan tanggung jawab dan kewajiban sebagaimana seorang suami dan istri. Bukankah untuk bisa bersikap seperti keinginan Anda, setidaknya kita punya sedikit ketertarikan. Jujur saja saya belum tertarik dengan Anda. Entah bagaimana dengan Anda? Apa saya menarik?"
Mendengar pertanyaan Diandra, senyum Anyelir terkembang nyaris sempurna. Luar biasa sekali tingkat percaya diri lelaki di hadapannya ini.
" Anda bukan tipe saya Tuan. Dan sampai sekarang pun saya belum menemukan orang yang sesuai dengan kriteria saya."
" Lelaki seperti apa yang Anda inginkan?"
" Yang pasti lelaki yang mampu menghargai."
" O ya Nona. Kita bukan anak kecil lagi ya. Tentu Anda tahu. Ada kebutuhan yang hanya didapat suami dari istrinya atau sebaliknya. Apakah ini masuk dalam ranah menjalankan tanggung jawab dan kewajiban sebagaimana seorang suami dan istri? Anda paham kan maksud saya" pertanyaan Diandra dilontarkan dengan pandangan menggoda sekaligus.
Kata-kata Diandra itu entah bagaimana menimbulkan efek yang luar biasa bagi Anyelir. Tiba-tiba wajah Anyelir memerah dengan degub jantung yang tak lagi beraturan.
" Kalau masalah itu boleh saya meminta pengecualian? Saya hanya ingin melakukannya ketika saya yakin dan siap. Untuk saat ini saya benar-benar minta maaf tidak bisa melakukannya"
" Berapa lama sampai Anda siap?"
"Saya tidak tahu."
" Berarti kalau saya mendapatkannya di tempat lain. Bagaimana menurut Anda?"
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
usermaatre
waahh to the point bgt 🙈🙈🙈
2021-02-23
1
🇮🇩 F A i 🇵🇸
Wooiw...Diandra minta disunat lageeeh.
😂😂😂
2021-02-02
2
Vayutanchayank
oooh noo!!!!
2020-11-20
1