7. Perjuangan Seorang Ibu

Beberapa hari setelah menemui Raditya. Anyelir meminta Roni mengusahakan agar Anyelir bisa berbicara dengan perempuan yang diakui Raditya sebagai ibunya. Dan disinilah Anyelir berada. Di sebuah cafe tepi jalan yang cukup nyaman untuk tempat mereka bicara.

Wajah perempuan di depan Anyelir begitu teduh namun menyimpan luka. Wajah yang mungkin dibentuk oleh hidupnya yang berat.

" Mohon maaf ibu, saya meminta Anda datang menemui saya di sini. Sebelumnya saya ingin memperkenalkan diri saya. Ibu bisa memanggil saya Anyelir."

" Nama saya Cici Non."

" Cukup panggil nama saya saja ya Bu." Pernyataan Anyelir mendapat anggukan yang disertai gumaman kata maaf yang terucap seperti berbicara kepada diri sendiri.

Anyelir memahami keadaan ini. Mungkin Bu Cici masih bingung dengan permintaan bertemu dari Anyelir sedang mereka tidak pernah saling mengenal sebelumnya.

" Mungkin ibu tidak mengenal saya. Tapi saya sedikit tahu tentang Anda. Ada beberapa hal yang ingin saya ketahui. Dan saya harap Anda jujur."

Cici terlihat gelisah dalam duduknya. Ada sesuatu yang terlihat sangat mengganggunya.

" Akhir-akhir ini orang kepercayaan saya melihat Anda selalu berusaha berada di sekitar seorang gadis bernama Bunga dan kakaknya? Apa hubungan Anda dengan mereka?"

Wajah terkejut perempuan di depan Anyelir terlihat begitu jelas. Mata perempuan itu tiba-tiba berkabut ada rindu juga luka di sana. Dia menghela nafas panjang sebelum mencoba menjawab pertanyaan Anyelir.

" Mereka anak saya" jawab lirih perempuan itu dan tak mampu lagi menahan air matanya.

" Anak ibu? Lalu mengapa Anda tidak tinggal bersama mereka?"

" Semua ini salah saya Nak Anyelir. Seandainya saya tidak termakan desas-desus keberadaan suami saya. Pasti saya tidak akan sanggup meninggalkan mereka."

" Coba Anda ceritakanlah"

Akhirnya Cici bercerita bahwa dulu mereka tinggal di tepi pantai dan bekerja sebagai seorang nelayan. Suatu hari ada badai dan suaminya tak pernah kembali. Dia mencari kabar keberadaan suaminya kesana-kemari hingga akhirnya dia mendapat kabar keberadaan suaminya, maka berbekal rasa cinta yang luar biasa kepada suaminya hingga melupakan sekejap tentang anak-anaknya, Cici berangkat ke tempat keberadaan suaminya yang ternyata hanya tipuan dari Tuan Dodo, seorang rentenir yang telah lama menaruh hati kepada Cici dan menginginkan Cici menjadi salah satu istrinya.

Perkenalan Cici dengan Dodo dimulai ketika suami Cici minjam uang kepada Dodo untuk membeli kapal yang akan digunakannya untuk melaut. Mulai saat itulah Dodo selalu merayu Cici tapi tidak pernah direspon oleh Cici. Dengan hilangnya suami Cici seakan membuka kesempatan untuk Dodo milikinya. Sehingga dia membuat berbagai spekulasi keberadaan Suami Cici. Desas-desus itulah yang benar-benar membawa Cici padanya dan memaksakan kehendaknya dengan menjadikan Cici sebagai salah satu istrinya.

Cici tidak bisa melakukan apapun dalam cengkeraman Tuan Dodo. Dia seakan hidup dipenjara karena tidak diberi kebebasan untuk kemanapun. Dialah tawanan. Tawanan seorang Dodo.

Bertahun-tahun bersama, akhirnya Cici mencoba menerima Dodo hingga dua tahun yang lalu, setelah Dodo meninggal, Cici mendapatkan kebebasannya

Mencoba menemukan anak-anaknya. Tetapi ternyata anaknya tidak lagi tinggal di rumah mereka yang dahulu. Cici begitu sedih mengetahui hal itu. Dia merasa putus asa.

Dalam keputusasaannya Cici mencoba terus mencari anak-anaknya selama dua tahun ini. Dalam kelelahan itu dia melihat bunga yang sedang bermain dengan teman-temannya. Walaupun sudah tiga belas tahun tidak bertemu, tapi Cici merasa yakin itu Bunga anaknya. Oleh sebab itulah Cici selalu berusaha bisa berada didekat mereka. Sedangkan untuk bertemu dengan mereka, Cici belum sanggup kehilangan lagi jika anak-anaknya tidak mau menerimanya kembali.

Cici menutup ceritanya bersama deras air matanya. Anyelir tahu apa yang dirasakannya. Tanpa sadar Anyelir pun larut dalam cerita itu dan seakan ikut merasakan apa yang ada di hati Cici.

" Ibu. Mungkin saya bisa sedikit membantu Anda agar bisa berbicara dengan mereka. Tapi tolong beri mereka sedikit waktu lagi untuk bisa menerima kenyataan ini. Ibu bisa kan?"

" Bisa. Saya bisa.." mantap Cici mengucapkan kata itu. Apapun akan dia lakukan untuk bisa bersama kembali dengan mereka. Bahkan memberi sedikit waktu untuk mereka berpikir tidak akan sebanding dengan waktu dia meninggalkan mereka.

" Tenang saja ya Bu. Mereka dalam pengawasan dan pengasuhan saya. Saya yang akan pastikan mereka bisa memaafkan ibunya kembali. Itu janji saya. Sekarang ibu boleh berlega hati."

" Terimakasih ya Nak" Ada binar kebahagiaan terpancar dari wajah dan sorot mata Cici. Dan Anyelir bisa merasakannya.

***

Hari telah sore. Cahaya terang matahari telah berganti jingga. Orang-orang bergegas kembali dari tempat mereka bekerja atau malah sebaliknya baru akan memulai pekerjaan baru.

Setelah melalui pembicaraan yang panjang dan semakin akrab. Anyelir mengantarkan Cici pulang ke rumah kontrakannya yang sempit di salah satu gang padat penduduk, tiga puluh menit perjalanan dari tempat mereka bertemu. Walau kecil, rumah kontrakan itu terlihat asri dengan tambaham beberapa pot bunga dan beberapa pot sayuran di depannya.

Cici mengharapkan Anyelir untuk singgah tetapi Anyelir belumampu memenuhinya karena masih ada beberapa hal yang harus dia selesaikan tentang masalah ibu dan anak ini. Anyelir hanya dapat berjanji akan meluangkan waktunya mampir lain kali. Maka berpisah lah mereka sore itu dengan perasaan yang berbeda.

***

Malam itu juga Anyelir meminta Roni untuk menyelidiki kebenaran cerita Cici sekaligus menemukan bukti-bukti keberadaan ayah Raditya. Bagaimanapun caranya Anyelir harus bisa membuat orang tua dan anak itu bisa kembali bersama lagi.

**tbc

Mohon maaf jika typo bertebaran 🙏😀

jangan lupa jadikan favorit ❤️ like 👍 vote 🌟 n komen ya..

Kira-kira kalau si sexy hot ini menjadi cast Diandra cocok gak ya**??

Ayo ramaikan kolom komentar..

🤓🤓🤓

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***