Setelah mengantar Dara sampai di mobil sahabatnya, Alice kembali ke ruangan. Sesekali ketika dia melangkah sembari melihat wajah bra yang tidak tampak sejak berbicara dengannya. Rasanya dia rindu dengan pria dingin yang dulu selalu memuji dan memanjakannya secara tidak langsung.
Alice menghela napas panjang. Suasana sendu di ruangannya semakin menambah rasa pedih yang dirasa. Sifat Bara dan perkataan semakin menajam membuatnya merasakan hal berbeda.
“Alice, sadar dong. Kamu itu gak ada apa-apanya di hati dia. Kamu tahu, kan? Dia itu cuma anggap kamau sebagai rekan kerja,” gumam Alice sembari mengetuk pelan kepalanya.
Alice menidurkan kepalanya di meja dan memainkan jam beker yang ada di ruangannya. Jam berbentuk doraemon yang selalu disandingnya. Tokoh kartun yang begitu digemari.
“Menurutmu Bara apa membenciku?” tanya Alice pada benda mati di hadapannya.
Alice tertawa kecil menyadari kebodohan yang baru saja diperbuat dan segera menegakan tubuh. Dia baru akan kembali bekerja ketika ponselnya berdering. Menampilkan nama Dave di layar.
Alice segera menangkat panggilan tersebut.
“Halo, Alice,” sapa Dave dri seberang panggilan.
“Halo, Dave. Ada apa?” tanya Alice merasa canggung karena ini adalah pertama kalinya dia mendapat telfon dari pria tersebut.
“Setelah ini kamu ada acara?”
“Tidak. Kenapa?” Alice mengerutkan kening bingung.
“Aku mau ngajak kamu jalan. Kalau kamu gak sibuk tapi. Kalau sibuk ya lain kali saja,” ucap Dave dengan nada manis.
Alice tersenyum tipis mendengar dari seberang Dave tertawa kecil. “Iya, aku gak ada kerjaan kok. Kirim tempat yang mau kamu datangi dan aku akan ke sana,” jawab Alice dengan sneyum tipis.
“Ah, jangan. Aku yang akan ke sana,” celetuk Dave dengan semangat.
“Baiklah. Kalau begitu aku akan selesaikan beberapa pekerjaan yang masih tersisa. Jika sudah sampai kamu bisa menelfonku. Aku akan keluar,” sahut Alice sembari mengetikan beberapa kalimat di laptopnya.
“Baiklah. Sampai ketemu nanti.”
“See you,” jawab Alice pelan.
Alice menghela napas perlahan dan menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya. “Mungkin ini saatnya aku melupakanmu, Bara. Aku baru merasa menyukaimu. Jadi aku harus melupakanmu sebelum perasaanku semakin membesar,” gumam Alice sembari memejamkan mata, meresapi perasaan tak bertuan yang dimilikinya.
_____
Dave menghela napas perlahan dan mematikan layar laptopnya. Setelah layar tersebut meredup, Dave segera melangkah keluar dari ruangan. Sesekali melempar senyum ke arah karyawan lain yang menyapanya. Setelah bekerja lama dengan Michael, dia juga merasa hidupnya membaik. Setidaknya tidak seperti ketika dirinya ditinggalkan oleh papanya pertama kali. Sekarang dia sudah menjadi mandiri dan bahkan mendapat posisi yang baik di perusahaan Michael.
“Dave, kamu mau ke mana?” tanya Michael yang baru saja hendak kembali ke ruangannya.
Dave yang melihat atasannya ada di hadapanya tersenyum tipis dan melangkah mendekati Michael yang tengah berhenti di tangga dan menatapnya. Tatapan normal dan tidak sedingin dulu lagi.
“Kamu mau ke mana? Ceria banget,” celetuk Michael sembari melihat penampilan Dave, karyawan serta temannya.
“Aku mau pergi sebentar. Aku ada urusan dengan Alice,” jawab Dave jujur
Michael yang mendengar tersenyum kecil dan mengangguk paham. “Baiklah. Silahkan Dave, aku senang akhirnya kamu melupakan Rensi,” goda Michael membuat Dave berdecih kecil.
“Sudahlah, aku mau pergi,” ucap Dave yang langsung melangkah. Dia baru akan pergi ketika lengannya dicegah oleh Michael, membuatnya menatap dengan kening berkerut. Pria di hadapannya sudah menatap dengan pandangan serius.
"Aku mendengar kamu dijodohkan dengan Alice. Kamu yakin mau menikah dengannya? Dia sudah seperti adik untuku, Dave. Aku harap kamu tidak berniat melukainya,” ucap Michael sembari menatap Dave lekat.
Dave tersenyum kecil dan menepuk pundak Michael pelan. “Aku akan membuatnya bahagaia, Michael. Jadi tenanglah. Kamu tidak perlu khawatir dengan hal itu,” janji Dave dengan senyum lebar.
Michael yang mendengar merasa lega dan langsung melepaskan genggamannya. Dia pernah bersama dengan Alice. Dia tahu apa yang sebenarnya ada di hati gadis tersebut, tetapi tidak berani mengatakannya. Itu urusan Alice dan bukan urusannya.
“Aku memegang kata-katamu, Dave,” peringat Michael masih merasa cemas. Bagaimana pun Alice adalah sahabatnya.
“Kamu tidak perlu kawatir, aku akan memegang janjiku, Michael,” tegas Dave dengan wajah meyakinkan.
Michael yang mendengar hanya mengangguk pelan. Sedangkan Dave sudah melangkah menjauh darinya. Michael yang melihat Dave sudah menjauh menghel napas keras dan melangkah.
“Semoga kalian berdua memang berjodoh,” gumam Michael tidak mau ambil pusing.
_____
Bara hanya diam berdiri di depan jendela kaca besar yang menjadi pengganti tembok perusaahaan. Tangannya sudah dimasukan di dalam kantung celana dan menatap lurus pemandangan yang tersaji di hadapannya. Ada gelenyar aneh yang tiba-tiba menjalar dalam dirinya ketika melihat Alice yang melangkah bersama dengan Dave. Netranya bahkan engan berpaling sama sekali.
Bara melihat Alice masuk ke dalam mobil Dave menghela napas, mengatur degup jantungnya yang mulai tidak beraturan sama sekali. “Ada apa denganku?” gerutu Bara dalam hati.
Bara menghela napas dan berbalik melangkah lalu duduk di bangku kerjanya. Bara melupakan apa yang baru saja dilihatnya, mengabaikan sejauh mungkin apa yang dirasakannya. Dia hanya kembali fokus dengan apa yang menjadi tugasnya. Bekerja sebaik mungkin.
Sedangkan di mobil, Alice masih diam dengan mata menatap lurus ke depan. Ada hal yang membuatnya terus saja terpikir, tetapi dia juga mulai lelah karena tidak menemukan sumber pikirannya.
“Ada yang sedang mengganggu pikiranmu, Alice?” tanya Dave yan sejak tadi memperhatikan wajah gadis di sebelahnya.
Alice yang mendengar sedikit tersentak dan menggeleng. “Tidak ada, Dave.”
“Aku melihatmu seperti banyak sekali pikiran. Apa kamu merasa terpaksa jalan denganku?” tanya Dave dengan wajah cemas.
Alice tertawa kecil dan menggeleng. “Tidak sama sekali. Aku bahkan merasa bersyukur, setidaknya kali ini aku akan bersenang-senang,” canda Alice mencoba mengindari perasaan yang masih menggantung.
Dave tertawa kecil dan masih sibuk dengan setirnya. Matanya menatap jalanan yang tidak terlalu ramai di depannya. “Aku pikir kamu gak akan mau jalan sama aku,” ucap Dave tanpa melihat ke arah Alice.
Alice mengerutkan kening heran dan menatap ke arah Dave. “Why? Aku senang jalan sama kamu.”
“Ya aku pikir kam....” Dave menggantungkan ucapannya ketika dering ponsel terdengar. Dave menatap ke layar ponsel yang menampilkan nama Bella di depannya. Dengan cepat dia mengangkat panggilan tersebut, mengabaikan ekspresi Alice yang masih menatap curiga.
“Halo, Bella,” tanya Dave dengan wajah serius. Dia diam sejenak mendengarkan penjelasan dari seberang yang terdengar begitu panjang. Sampai helaan napas terdengar, membuat Alice menatap bingung.
“Baik. Kamu tunggu aku datang.” Dave mematikan panggilan dan menatap ke arah Alice lekat.
“Alice, maafkan aku. Sepertinya acara jalan-jalan kita harus ditunda. Di divisiku sedang ada masalah serius. Aku akan mengantarmu ke kantor lagi,” ucap Dave dengan wajah serius dan penuh penyesalan.
Alice yang mendengar tersenyum kecil dan mengangguk patuh. “Tidak masalah, Dave. Aku akan kembali ke kantor sediri saja. Lagi pula, kamu harus segera kembali ke kantor, kan?” ucap Alice penuh pengertian.
“Tetapi, aku...”
“Tidak masalah,” potong Alice cepat, “aku bisa naik taksi,kan?”
Dave yang mendengar menghela napas pelan dan mengangguk. Dia menghentikan mobil dan menatap Alice yang sibuk melepas sabuk pengaman dan mulai keluar. Senyum gadis tersebut masih terlihat begitu manis di depanya.
“Maafkan aku, Alice. Aku akan segera menghubungimu,” ucap Dave dan mendapat anggukan dari Alice.
Alice menatap mobil yang sudah berlalu menjauh darinya dengan pandangan nanar. Dia ditinggal di pinggi jalan begitu saja. Alice menghela napas pelan dan mulai melangkah. Mengabaikan cuaca dingin yang membuatnya merasakan haa dingin menyentuh kulitnya secara langsung. “Jangan menggerutu, Alice. Kan kamu yang minta,” ucapnya dengan senyum yang masih dipaksakan.
Alice sesekali mengusap lengan yang tidak tertutup kain sama sekali. Matanya menatap mobil yang berlalu lalang dengan pandangan datar. Sampai sebuah kain membuat bagian atasanya tertutup dan merasakan kehangatan. Alice langsung berbalik dan menatap dengan mata membelalak.
“Ayo masuk mobil. Di luar dingin,” ucap Bara yang sudah ada di depannya.
Alice diam sejenak dan mengeratkan jas Bara yang sudah melekat di tubuhnya. Matanya mengamati pria yang sudah berbalik dan menuju ke arah mobil tidak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Sampai langkah Bara mulai mengayun, Alice langsung mengikuti dengan senyum manis dan kembali ceria.
_____
Halo sayangkuh. Akhirnya Kim bisa update lagi nih. Ada yang kangen?? Hehe.
Jadi Kim mau cerita sedikit nih say, kenapa gak update selama dua hari. Di hari pertama Kim kondangan sekalian jalan-jalan, refresingin otak gituh. Jadi deh gak update. Terus yang hari kedua, udah ngetik, udah siap update, eh kuota modem habis. Udah gitu hujan juga. Uluuuhh jadinya gagal lagi deh. Hehehe kepanjangan ya curhatnya. Okelah. Selamat membaca sayang-sayangkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Idha Winarsih
kerren thor 👍👍
2020-04-16
0
Wanti agustin
ihhhh si pangeran es so sweet deh
2020-03-04
0
Linda Fernando
kenapa alice gak terus terang aja sih kak author kan kasihan juga klo sampai dave menyukai alice sedangkan alice menyukai bara😢😢😢
2020-01-16
0