Alice menatap Bara yang tengah asyik memakan snack yang baru saja dibelinya dengan lekat. Sejak kejadian beberapa menit yang lalu, Alice semakin tidak fokus ketika melihat wajah Bara yang seperti tidak memikirkannya sama sekali. Padahal, dia dengan susah payah mengatur detak jantung yang bahkan hampir terjatuh.
Alice menyendok es krim yang ada di dalam pot kecil dan mulai menatap ke sekeliling. Melupakan apa yang baru saja diperbuat oleh Bara yang tidak bertanggung jawab sama sekali. Menikmati keramaian yang begitu disukainya.
“Setelah ini kamu mau ke mana, Alice? Ada lagi yang mau kamu naiki?” tanya Bara menatap Alice datar.
Alice yang ditanya langsung menatap Bara dan menggeleng. “Aku rasa tidak. Aku sudah naik semuanya,” jawab Alice santai. Lagi pula dia juga tidak ingin naik wahana di mana dia dan Bara berada dalam satu tempat. Rasanya masih aneh ketika Bara yang selalu bersikap dingin mengecup pelan keningnya.
“Baiklah. Kalau memang begitu, aku antar kamu pulang,” ucap Bara sembari bangkit dari duduk.
Alice yang melihat menghela napas perlahan dan ikut bangkit. Dia mulai melangkah mengikuti Bara. Tangannya masih asyik menyendok es krim yang sudah hampir habis dengan wajah santai. Sampai Bara menghentikan langkahnya, membuat Alice berhenti dan mendongak.
“Kenapa berhenti?” tanya Alice dengan wajah bingung karena Bara yang sudah memperhatikannya.
Bara hanya diam dan menghapus sisa makanan di bibir Alice dengan ibu jarinya. Membuat gadis tersebut semakin tidak karuan. Dia bahkan sudah seperti orang bodoh yang hanya diam dengan mata menatap ke satu tempat. Bara. Pria yang sudah dua kali membuatnya hampir terkena serangan jantung.
“Kalau makan itu jangan belepotan,” ucap Bara pelan dan membuat Alice tersentak
Alice yang mendengar hanya diam dengan wajah yang sudah benar-benar malu. Wajahnya memerah dan bahkan hampir sama seperti udang rebus, mencoba mengalihkan pandangan dari mata Bara yang sejak tadi membiusnya.
Ini kenapa sih, rasanya malah beda. Haduh, keluh Alice dalam hati.
Masih asyik dengan perasaan yang bercampur, keduanya dikagetkan dengan dua panggilan dari dua orang berbeda.
“Bara.”
“Alice.”
Alice dan Bara menatap ke arah sumber suara dan mengerutkan kening. Mata mereka saling pandang dengan kening berkerut.
“Bella,” panggil Bara pelan.
“Dave,” panggil Alice bersamaan dengan Bara dan mendapatkan tatapan bingung dari pria tersebut.
_____
Bara masih memperhatikan gadis di sampingnya dengan kening berkerut. Dia masih tidak menyangak jika Alice mengenal Dave. Namun, pikirannya kembali dibuyarkan dengan dua orang yang sudah ikut hadir diantara mereka berdua.
“Bapak Dave di sini?” tanya Bella dengan senyum sumringah, membuat Bara mengalihkan pandangan dari Alice menjadi ke arah Bella dan Dave. Alice yang sejak tadi dipandang langsung menghela napas lega. Sejak tadi jantunnya terasa tidak baik karena ulah Bara.
“Kalian saling kenal?” sela Alice mencoba mengabaikan Bara yang terkadang masih menatapnya. Dia masih berusaha menormalkan jantung yang masih berdetak tidak wajar.
Dave yang mendengar mengangguk. “Aku dan Bella memang satu perusahaan. Dia masih karyawan baru di kantor,” jelas Dave sembari melirik pemuda di sebelah Alice dan menatap dengan pandangan meneliti.
“Kamu adik ipar Randy, kan?” tanya Dave pernah mendengar kabar tentang Bara.
Bara yang mendengar mengangguk dengan pandangan datar. Dia tidak berminat sama sekali untuk membahas masalah hidupnya.
“Wuah, ternyata kalian saling kenal?” tanya Dave menatap Alice yang ada di dekat Bara.
Alice menatap Bara sekilas dan tersenyum. setelahnya dia kembali menatap Dave dan mengangguk. “Dia partner kerjaku di perusahaan papa,” jawab Alice jujur.
“Oh, begitu. Lalu sekarang kalian mau ke mana?” tanya Dave dengan wajah menatap keduanya.
“Pulang. Aku akan mengantar Alice,” sela Bara tanpa ekspresi.
“Jadi kamu mau pulang?” ulang Bella dengan bibir manyun, “padahal aku masih mau ngajak kamu ngobrol,” keluh Bella dengan wajah kesal.
Alice yang melihat menatap malas dan tersenyum ke arah Bara. “Aku bisa pulang sendiri saja. Aku akan pesan taksi. Kamu silahkan temani Bella,” ujar Alice masih dengan senyum.
“Lebih baik kamu barena aku aja. Aku juga mau keluar. Tadi aku ke sini menemani Mikail, tetapi dia sudah pulang,” jelas Dave yang memang menemani anak Michael di taman bermain. Tidak disangka dia bertemu dengan Alice kembali.
“Ah, baiklah. Terima kasih,” ucap Alice dan menatap Bara dengan senyum meyakinkan karena pemuda tersebut masih menatapnya dengan pandangan ragu.
Bara hanya diam ketika Alice mulai melangkah menjauh. Rasanya dia seperti tidak rela jika Dave yang mengantar Alice sampai ke rumah. Namun, dia tetap diam dan menatap Bella dengan wajah dingin.
Bella tersenyum ke arah Bara dan menggamit lengan pemuda tersebut. “Sekarang kamu harus meluangkan waktu untuk bersamaku,” kata Bella dengan wajah memaksa.
Bara yang mendengar hanya diam, mengikuti gadis yang saat ini berada di sebelahnya. Dia mulai membenci rasa kahwatir yang mulai menjalar. Padahal sebelumnya dia tidqk pernah merasakan apa pun, kecuali yang bersangkutan dengan Rika. Dia sengaja mengabaikan semuanya.
Alice akan baik-baik saja, kan, batin Bara tidak tenang.
_____
Alice menatap jalanan dengan pandangan datar. Rasanya dia masih berpikir dengan keadaan Bara yang bersama dengan Bella. Entah mengapa, hatinya merasa tidak rela jika harus melihat pemuda tersebut bersama dengan gadis lain. Helaan napas pelan menarik perhatian Dave yang sejak tadi fokus dengan jalanan.
Aku gak suka sama dia, kan? Ini cuma sekadar perasaan kecewa karena awalnya aku yang pergi dengannya dan sekarang malah Bella yang bersama dengan Bara. Aku yakin, ini hanya perasaan biasa, batin Alice meyakinkan bahwa dia tidak memiliki perasaan apa pun terhadap Bara.
“Kamu kenapa, Alice? Ada yang kamu pikirkan?” tanya Dave yang menatap wajah Alice lekat.
Alice sedikit tersentak dan menatap Dave dengan senyum mengembang. Kepalanya menggeleng dan mencoba mengusir pikiran yang sejak tadi berpusat kepada Bara. “Tidak, aku baik-baik saja.”
“Aku lihat sejak tadi kamu seperti memikirkan sesuatu,” ujar Dave dengan senyum teduh.
Alice yang mendengar menggeleng. “Aku hanyat berpikir mungkin besok akan ada banyak kerjaan yang harus dislesaikan. Aku baru saja mengambil cuti selama satu minggu,” ujar Alice dengan senyum ramah.
Dave yang mendengar hanya mengangguk. Dia kembali fokus menatap jalanan. Sesekali berbincang dengan Alice dan membuat gadis tersebut tertawa pelan. Sampai mobilnya berhenti tepat di depan rumah megah dengan gerbang tinggi menjulang.
“Gak mau mampir?” tanya Alice sembari melepas sabuk pengaman.
“Gak usah. Aku harus segera kembali ke rumah. Mamaku sedang menunggu,” tolak Dave dengan lembut.
Alice tersenyum ke arah Dave. “Baiklah, terima kasih sudah mengantar dan sampaikan salamku untuk beliau,” balas Alice segera keluar dari mobil.
Dave hanya mengangguk dan segera melajukan mobil meningalkan rumah Alice. Gadis tersebut masih tersenyum hingga matanya menatap mobil Dave yang sudah berbelok dipersimpangan. Kakinya kembali berayun, membawanya masuk ke dalam rumah. Alice mengabaikan mata lain yang tengah menandangnya dengan senyum bahagia.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Shin Gao
ada dave juga,,kasian dave juga
2020-01-08
0
Amelisa cherry Salsabila
tim bara alice😘
2020-01-08
5
Nadira Selvia Putri
hhaaasseeeekkk...lanjut thor....
aq syedih thor...yang disebelah udh dikunci😭😭
2020-01-08
2