“Selamat pagi, Nona. Senang bisa mengenal anda.”
Alice yang mendengar ucapan Bara mengerutkan kening heran. Apa pemuda di hadapannya lupa dengannya? Meski Alice juga lupa dengan Bara karena tubuh pemuda tersebut yang berubah. Namun, itu hanya sejenak karena nyatanya dia kembali ingat dengan Bara yang notabennya adik Rika.
Alice baru akan membuka mulut dan menanyakan mengenai Bara yang melupakannya. Namun, Bara lagi-lagi sudah mencegahnya untuk berbicara.
“Perkenalkan, saya Bara Pradipta. Anda bisa memanggil saya Bara. Saya akan akan menjadi partner anda untuk selanjutnya,” ucap Bara dengan wajah datar.
Alice diam dan menggenggam tangannya erat. Helaan napas terdengar dan dia baru membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu. Namun, lagi-lagi Bara menghentikannya.
“Mohon bimbingannya,” ujar Bara dengan tatapan yang sudah menajam.
Alice berdecih kesal karena seakan tidak diberikan kesempatan untuk berpendapat sama sekali. Matanya menatap Bara dengan emosi yang meningkat. Baru di hari pertama berangkat dan dia sudah membuat emosi?
Aku tidak yakin bisa bekerja dengannya, batin Alice kesal karena sifat Bara yang terlalu menyebalkan.
Surya yang melihat anaknya kesal hanya cekikikan dan menatap Bara dengan wajah yang masih mengulum senyum. “Selamat datang dan selamat bekerja sama dengan kami, Bara. Saya harap kamu bisa bekerja sama dengan baik bersama Alice. Dia juga sama berbakatnya,” ucap Surya sembari menepuk pundak Bara pelan.
Bara hanya mengangguk dan masih menunjukan wajah datar. “Baik, Tuan.”
“Kalau begitu saya harus kembali ke pusat,” ujar Surya dan berpindah menatap Alice yang masih memberengut kesal, “dan kamu, Alice, jangan buat masalah. Kamu harus mengajari Bara apa yang tidak diketahuinya. Ajak dia berkeliling dan tunjukan di mana letak semua peralatan yang dia butuhkan,” lanjut Surya dengan suara tegas.
Alice melirik ke arah Bara dan mendengus kesal. Dia bahkan tidak berniat untuk mengajari Bara apa pun. Namun, di hadapan papanya dia harus tetap menjadi anak baik. Alice langsung tersenyum dan mengangguk.
“Tentu, Pa. Alice akan mengajari semuanya dan menunjukan tata letak gedung bangunan kita,” jawab Alice dengan senyum sumringah.
“Good girl,” ucap Surya sembari menepuk puncak kepala Alice.
Alice yang mendapat perlakuan seperti itu dari papanya langsung diam. Bukan karena ini pertama kalinya, tetapi karena dia merasa seperti dejavu. Dia pernah mengalami hal semacam ini dan ucapan yang sama.
Alice melirik ke arah sang pelaku yang juga pernah melakukan hal tersebut, membuatnya merasa tenang ketika mengingat Randy yang jauh lebih memilih Rika. Matanya menatap dengan pandangan teduh. Apa benar dia lupa denganku?, tanya Alice dalam hati.
“Kenapa lihatin gitu terus?” tegur Bara dengan suara dingin dan pandangan menusuk.
Alice mengamati wajah Bara dan mulai meneliti dengan sangat jeli. Apa benar dia pemuda yang dulu pernah mengucapkan kalimat menenangkan ketika dia menangis? Rasanya Alice melihat sosok berbeda dengan pemuda yang enam tahun lalu pernah ditemuinya. Bara datang dengan wujud berbeda.
“Aku tahu kalau kamu begitu mengagumiku, tetapi bisa kondisikan mata kamu? Aku benci ditatap tanpa berkedip seperti itu,” celetuk Bara dengan wajah yang sudah menatap Alice dengan tajam.
Alice yang mendengar segera menghela napas perlahan dan menatap Bara dengan wajah kesal. Kenapa setiap ucapan Bara di pagi ini terasa begitu menyebalkan? Padahal dulu dia mengira Bara adalah orang yang asyik dan juga baik.
“Kamu bukannya Bara adik Rika?” tanya Alice merasa penasaran. Apa dia salah orang?
Bara bergumam dan membuang tatapannya menjadi ke arah bangunan di hadapannya. “Kamu ingat? Aku bahkan berharap kamu lupa.”
Alice berdecih kesal dan ikut menatap bangunan perusahaan papanya. “Lalu kenapa sejak tadi kamu menghalangiku untuk berbicara. Aku tahu kalau kamu itu sudah tahu aku akan berbicara,” celetuk Alice dengan nada kesal. Padahal niatnya akan menyapa pegawai baru dengan begitu ramah. Namun, Bara menghilangkan semua rencana dan juga sifat lembut yang selalu dilihat semua orang kepadanya.
Bara menyedekapkan tangannya di dada dan berbalik menatap Alice dengan wajah dingin dan tatapan datar. “Tentu aku tahu kamu akan berbicara. Kamu akan mengatakan aku adik Rika tepat di depan papa kamu, kan?” tebak Bara benar.
“Iya. Itu tahu, terus kenapa kamu malah menghalangiku?” tanya Alice dengan wajah mendongak menatap Bara dengan wajah menantang.
Bara yang mendengra menghela napas dan menggelengkan kepala beberapa kali. Dia tidak menyangka ada orang semunafik Alice. “Wajahmu itu polos, tetapi niatmu busuk ternyata,” celetuk Bara membuat Alice membelalak.
Alice segera menagakan tubuh dan menatap Bara kesal. “Apa maksud kamu, hah?”
Bara menatap Alice dengan pandangan santai. “Kamu pikir setelah kamu bilang bahwa aku adik Rika, papa kamu akan menerima aku untuk bekerja di sini? Secara, aku adalah adik dari orang yang membuatmu kehilangan tunangan tepat enam tahun yang lalu,” jelas Bara dengan suara tajam dan mata menatap lurus.
Alice yang mendengar diam dengan tangan dikepal. Namun, perlahan kepalannya merenggang dan menatap Bara dengan tatapan tidak kalah dingin.
Bara menundukan wajahnya dan menyamakan tinggi badannya dengan Alice. “Papa kamu akan memecatku bahkan sebelum aku memulai pekerjaan. Jadi, jangan buat aku kehilangan pekerjaan di hari pertama,” ucap Bara dengan suara tajam, “pikir lagi kalau mau bicara. Jangan buat seseorang membencimu karena alasan sepele.”
Alice hanya diam. Dia tidak mengira mengani apa yang baru saja diterangkan Bara. Lebih tepatnya dia tidak pernah berpikir bahwa papanya akan melakukan hal seperti itu. Keluarganya sudah menerima apa yang terjadi dengannya dan mengubur semuanya dengan dalam. Kecuali neneknya yang masih merasa tidak mau melepaskan Randy untuk bisa berbahagia dengan Rika.
Alice menatap Bara yang mulai melangkah untuk masuk ke kantor. “Kamu tahu, papaku tidak akan pernah melakukan apa yang kamu tuduhkan tadi. Dia sudah menerima bahwa Randy bukanlah untukku. Tidak semua orang bersikap seperti apa yang kamu pikirkan, Bara,” teriak Alice menghentikan langkah Bara.
Bara menatap Alice yang masih berdiri dengan tampang kesal di sebelah mobilnya. Ternyata dia masih saja gadis yang sama dengan yang ditemuinya enam tahun lalu. Dalam hati Bara benar-benar tertawa mengejek sifat naik Alice dan menghela napas.
“Alice, dunia itu tidak senaif yang kamu bayangkan. Tidak semua orang baik akan selalu menjadi baik. Ada saatnya dia berbuat buruk hanya untuk melindungi orang yang sangat disayanginya. Jadi, bisa kamu mulai berubah dan sudahi pembicaraan kita pagi ini? Aku masih anak baru dan kamu sudah mengajakku bertengkar? Itu tidak baik.”
Aku? Alice menganga mendengar ucapan Bara. Padahal sejak tadi Bara yang mengajaknya untuk berkelahi.
“Akan lebih baik kamu tunjukan seisi ruangan ini dan semua yang ada. Aku harus segera memulai pekerjaan pertamaku,” ucap Bara sembari melangkah masuk.
Alice menggeram kesal dan berniat menimpuk kepala Bara agar pemuda yang ada di hadapannya tahu bahwa dia bena-benar kesal. “Dasar, Bara menyebalkan!” gerutu Alice yang langsung mengikuti langkah Bara. Bagaimana pun dia masih harus menjelaskan semua yang harus Bara kerjakan.
*****
💞💞💞💞
Selamat membaca sayang-sayang akuh...jangan lupa tinggalkan like, comment, tambah ke favorit, vote dan follow Kim.
Jangan lupa juga baca cerita Kim yang berjudul “Wedding with My Lecturer” dan juga “Wedding Drama”. Jangan lupa tinggalkan like, comment, tambah ke favorit, vote.
Jangan lupa follow instagram Kim ya sayangkuh, untuk tahu informasi-informasi selanjutnya. @kimm.meili
Sampai ketemu lagi sayang-sayangkuh
💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rita
tom n jerry mode on
2023-04-02
0
Yuni Verro
nnti juga jatuh cinta alice
2022-06-22
0
Sherly Pandiangan
ceritanya seru thor...wkwkwk, bahasa gaul banget dan kekinian bgt, authornya orgnya humoris banget ya, sampe buat alur cerita yg bisa buat pembaca senyum pepsodent terus
2020-05-10
0