Galuh baru keluar dari rumah ketika suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya. Dengan rasa penasaran, langkahnya semakin mendekat, melihat siapa tamu yang datang dari balik celah kecil di gerbang tersebut. Matanya membelalak kaget ketika melihat siapa yang datang. Alice bersama dengan pria yang dikenalnya.
“Bukannya dia Dave? Anak Renita,” gumam Galuh dengan wajah sumringah.
Ya, Galuh mengenal Renita karena memang mereka sudah dekat sejak lama. Bahkan, tidak jarang dia pergi ke rumah Renita hanya untuk berbincang hangat. Senyumnya terukir dengan indah ketika melihat keduanya masih berbincang hangat. Dengan segera dia berbalik dan masuk kembali ke rumah. Matanya menatap sang suami yang masih asyik membaca koran di kursi santai dekat taman.
“Mas,” panggil Galuh dengan begitu semangat.
Surya yang tengah melihat istrinya berlari ke arahnya langsung menatap dengan kening berkerut. Matanya memandang Galuh yang langsung duduk di bangku sebelahnya. “Mama kenapa?” tanya Surya dengan rasa penasaran.
“Di luar ada mobil. Papa tahu gak siapa yang ada di dalamnya?” ucap Galuh memberikan teka-teki. Wajahnya masih menampilkan rasa bahagia karena anaknya sudah bisa melupakan Randy.
“Kalau bukan tamu kita ya biarkan saja,” celetuk Surya malas menanggapi teka-teki sang istri.
Galuh yang mendengar berdecak kesal dan menarik lengan Surya. “Di luar itu ada Alice pulang diantar sama cowok,” jelas Galuh malas menunggu respon sang suami.
“Palingan juga Bara, kan, dia habis dari rumah Bara,” sahut Surya cuek.
“Bukan,” sela Galuh dengan mata menatap lekat. “Dia pulang bareng sama Dave, anak Renita. Itu loh, Dave Wijaya,” jelas Galuh dengan wajah sumringah.
Surya yang mendengar menghela napas perlahan dan menatap istrinya lekat. “Terus suruh ngapain, Ma? Biarkan saja Alice pulang sama siapa saja, yang penting dia baik-baik saja dan bisa menjaga diri,” ucap Surya dengan bibir tersenyum.
Galuh menghela napas keras dan menatap suaminya yang sejak tadi cuek. “Mas, kamu ngerti gak sih maksud aku?” tanya Galuh dengan nada kesal.
Surya menggeleng dan menyesap kopi yang sudah hampir dingin. “Memangnya maksud Mama apa?” Surya balik bertanya. Dia masih tidak paham dengan arah pembicaraan istrinya.
“Maksud mama itu, bagaimana jika kita jodohkan Alice dengan Dave,” celetuk Galuh membuat Surya menatapnya dengan pandangan lelah.
“Papa gak mau menjodohkan Alice lagi, Ma. Mama masih ingat kejadian dia dengan Randy, kan? Papa gak mau lihat Alice terpuruk lagi. Papa maunya dia memilih pendamping hidupnya sendiri. Papa mau dia bahagia,” tegas Surya dengan wajah serius.
“Mama yakin, Dave gak kayak Randy, Pa. Tadi saja mereka tampak begitu dekat. Alice terlihat begitu bahagia. Lagi pula, gak ada salahnya, kan, kita mencarikan jodoh yang baik untuk anak kita,” ujar Galuh dengan tatapan memohon.
Surya yang mendengar hanya bsia pasrah. “Kamu tanyakan dengan Alice. Kalau dia memang mau, papa tidak masalah dengan perjodohan ini,” putus Surya mengalah. Dia enggan berdebat dengan istrinya yang akan terus memaksa untuk menyetujui permintaannya.
Galuh yang mendengar langsung tersenyum senang dan mengangguk. “Aku akan tanyakan sama Renita. Kalau Dave mau, mama akan pastikan dengan Alice.”
“Pastikan apa, Ma?” tanya Alice yang baru saja masuk.
Alice tersenyum menatap kedua orang tuanya yang tampak begitu akur. Dia begitu merindukan papa dan mamanya. Alice menyalami kedua orang tuanya dan duduk di kursi berdekatan dengan Surya.
“Lagi ngomongin apa ini?” tanya Alice dengan wajah penasaran.
“Mama kamu bilang kal....”
“Mama cuma bilang kalau hari ini kamu sudah pulang,” potong Galuh sembari menatap suaminya dengan mata mengancam.
Surya mengabaikan tatapan mengancam dari istrinya dan menatap kembali ke arah Alice. “Bagaimana keadaan Bara, Alice?” tanya Surya penasaran.
“Dia sudah membaik. Besok juga sudah mulai bekerja, Pa,” jelas Alice masih dengan wajah bahagia.
Galuh yang melihat senyum anaknya tidak juga luntur langsung menyenggol lengan suaminya, membuat Surya menatap ke arah istrinya. Namun, hanya sekejap dan matanya kembali menatap ke arah Alice. Alice menatap kedua orang tuanya dengan wajah bingung. Rasanya ada yang aneh dengan keluarganya hari ini. Sampai bunyi pesan masuk membuat Alice mengalihkan pandangan dan mengambil ponsel. Alice membuka pesan dan langsung mengulum senyum.
*From: Bara
Sudah sampai rumah*?
Alice yang membaca meremas ponselnya dan menatap kedua orang tuanya dengan senyum sumringah. “Ma, Pa. Alice ke kamar dulu ya,” pamit Alice yang langsung berdiri.
“Iya, sayang,” jawab Galuh dengan wajah sumringah.
Alice segera melangkah menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar. Entah kenapa rasanya begitu bahagia ketika dia mendapat pesan dari Bara. “Tumben amat ini anak kirim pesan,” gumam Alice merasa bahagia. Ada yang salah dengan hatinya.
_____
Bara menatap gadis di hadapannya dengan wajah datar. Matanya kembali berpusat pada layar ponsel yang tidak juga berbunyi. Padahal dia sudah mengirim pesan kepada Alice. Dia hanya memastikan bahwa gadis tersebut baik-baik saja. Hatinya masih tidak tenang karena seharusnya dia yang bertanggung jawab untuk mengantar Alice pulang.
“Bara,” tegur Bella yang merasa tidak mendapat respon sama sekali. Padahal dia sudah berceloteh panjang kali lebar dan Bara hanya diam dengan wajah tanpa ekspresi.
Bara mendongak dan menatap Bella dengan tatapan datar. “Apa?”
Bella menghela napas pelan. Rasanya dia selalu serba salah ketika menghadapi Bara yang selalu menunjukan wajah kaku. Bahkan, dia yakin Bara tidak bisa tersenyum sama sekali.
“Kamu ngapain lihat ponsel melulu? Ada yang kamu tunggu?” celetuk Bella dengan nada kesal.
“Kamu sudah? Aku tidak mau membuat masalah dengan kekasihmu. Jadi, bisa kita pulang?” ajak Bara mengabaikan pertanyaan Bella yang menurutnya tidak bermanfaat sama sekali.
Bella yang mendengar menghela napas perlahan dan menatap Bara lekat. “Kamu kepikiran dengan gadis yang dibawa pulang pak Dave tadi?” tebak Bella tidak mendapat jawaban sama sekali.
“Tenang saja, dia akan baik-baik saja. Pak Dave bukanlah orang yang akan berbuat macam-macam dengan seorang wanita,” imbuh Bella tidak sabar menunggu jawaban dari Bara. Namun, dia yakin memang itu yang tengah mengganggu pikiran pemuda di hadapannya.
Bara menatap tidak peduli dan bangkit. “Ayo pulang. Aku akan mengantarmu pulang. Bagaimana pun kamu sudah memiliki kekasih yang sebentar lagi akan menjadi tunangan. Jadi, aku tidak mau berbuat salah,” jelas Bara yang langsung melangkah.
Bella yang mendenagar mengehela napas dan segera memasukan ponsel. Setelah membayar, dia langsung berjalan cepat, mengikuti Bara yang sudah semakin jauh.
‘”Dasar manusia kutub. Bagaimana dulu aku mau suka sama dia kalau tingkahnya begitu. Semua cewek juga gak ada yang mau kali,” gerutu Bella sembari mengejar Bara.
Bara menghentikan langkah dan masuk ke dalam mobil. Disusul Bella yang sudah mengatur napasnya yang masih tersengal.
“Dasar kamu, Bar. Gak ada romantis-romantisnya sama sekali. Harusnya kamu itu nungguin aku, bukan malah ninggalin,” gerutu Bella dengan wajah masam dan bibir manyun.
“Aku tidak butuh menjadi orang romantis,” jawab Bara santai dan melajukan mobil.
“Dasar manusia es,” celetuk Bella dengan lirikan tajam.
Bara yang mendengar hanya diam dan mengabaikan ucapan Bella. Dia hanya kembali fokus menembus jalanan yang terlihat ramai.
Kamu pasti baik-baik saja, batin Bara yakin.
_____
Ada yang berpikir begini? Selamat kalian benar. 🥰🥰🥰
Selamat menikmati sayang-sayangkuh 😘😘 Tetap semangat ikuti kisah mereka ya..😉😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Idha Winarsih
ciye sdh tumbuh benih2 cinta 😄
2020-04-15
0
Sutiah
waduh repot nih thor
2020-03-19
0
Linda Fernando
orang tuanya alice jangan salah mengambil keputusan lagi thor kasihan alice klo kejadian sama randy terulang kembali kalau di jodohkan sama dave...😢😢😢😢
2020-01-16
3