Renita masih asyik melihat tanaman bunga di depan rumahnya yang mulai bermekaran. Senyum manisnya terukir begitu indah, menandakan rasa bahagia yang mulai dirasakan. Namun, ketenangannya dibuyarkan dengan suara bel gerbang yang terdengar.
“Siapa bertamu pagi-pagi seperti ini?” tanya Renita yang hanya diam. Matanya melihat asisten rumah tangganya sudah berlari dan mulai membukakan gerbang.
Renita menatap tidak peduli dengan siapa tamunya kali ini. Dia hanya sibuk memetik bunga layu dan membuangnya. Sampai sebuah teguran membuatnya menghentikan gerakan dan menatap ke asal suara. Matanya membelalak dengan senyum semakin merekah.
“Galuh,” panggil Renita dengan wajah ceria.
Galuh yang melihat tertawa kecil dan melangkah ke arah Renita duduk saat ini. “Apa kabar?” tanya Galuh sembari mencium pipi kanan dan kiri.
Renita menatap Galuh dengan pandangan tidak percaya. “Baik. Kamu gimana? Aku masih gak percaya kamu datang ke rumahku,” ucap Renita dengan jemari menggenggam tangan Galuh.
“Baik. Sepertinya baru tiga bulan aku gak ke sini,” ujar Galuh yang langsung duduk di kursi tidak jauh dari Renita.
Renita mendekat dan mengunci kursi rodanya. Matanya menatap Galuh yang masih saja diam dengan mata mengamati kebun mawar dan anggrek yang ada di hadapannya.
“Aku senang kamu datang ke sini. Aku merasa kesepian akhir-akhir ini. Dave selalu saja sibuk dengan pekerjaannya,” gerutu Renita dengan wajah menunjukan kekesalannya.
Galuh tertawa kecil dan menatap Renita. “Renita, Dave itu punya pacar gak ya?” tanya Galuh yang sudah merasa penasaran.
“Setahu aku dia itu gak punya. Masalahnya setelah dia berpacaran dengan Rensi, dia sudah tidak pernah berpacaran dengan siapa pun. Katanya sih mau fokus kerja saja,” jawab Renita, “memangnya kenapa?” Renita balik bertanya dengan wajah bingung.
Galuh membenarkan duduknya dan menatap Renita dengan wajah penuh antusias. “Kamu tahu? Kemarin aku lihat dia mengantar Alice pulang,” ucap Galuh dengan wajah ceria.
“Alice anak kamu?” tanya Renita dengan mata menatap tajam, seolah tidak percaya dan mendapat anggukan dari arah Galuh.
“Aku bahkan tidak tahu kalau dia mengenal anakmu,” ucap Renita.
“Sama,” balas Galuh dan kembali duduk santai. “Aku sih pengennya dia bisa sama Dave. Sepertinya mereka cocok. Kalau Dave gak punya kekasih sih tentunya,” imbuh Galuh menatap Renita lekat.
“Memangnya Alice tidak memiliki kekasih?”
Galuh menggeleng. “Sejak dia gagal menikah, Alice memilih untuk tidak menjalin hubungan dengan siapa pun. Tetapi, kemarin dia terlihat begitu bahagia ketika bersama dengan Dave. Jadi kalau kamu setuju aku akan berniat menjodohkan Dave dan Alice.”
Renita tersenyum sennag. “Aku sih setuju, tetapi aku akan tanyakan terlebih dahulu dengan Dave. Aku tidak mau dia merasa tertekan dengan keputusanku yang tergesa-gesa.”
“Aku juga akan menanyakan dengan Alice. Tetapi aku yakin dia akan menerimanya,” jelas Galuh dengan senyum senang.
Dia merasa lega sudah mengatakan apa yang sejak kemarin menganggu pikirannya. Selanjutnya dia kembali asyik dengan obrolan bersama Renita.
______
“Pagi, Bara,” sapa Alice dengan wajah ceria.
Bara yang baru saja hendak masuk ke ruangan terpaksa membalik badan dan melihat Alice tengah berada di belakangnya dengan wajah ceria. Bara hanya diam seperti biasa dan segera membuka pintu ruangannya, mengabaikan Alice yang sejak tadi menatapnya.
Alice menghela napas keras ketika melihat Bara masih saja dingin dengannya. Dia pikir setelah kemarin Bara menanyakan mengenai kabarnya, pemuda tersebut sudah bisa bersikap hangat seperti yang lainnya.
Alice melihat Bara mulai masuk ke ruangan langsung menyusul masuk, membuat Bara mengerutkan kening bingung.
“Kamu ngapain ke sini?” tanya Bara dengan wajah datar.
“Aku cuma mau bilang kalau aku baik-baik saja. Tidak usah mengkhawatirkanku,” ujar Alice sembari membuka kedua tangannya lebar, menujukan bahwa dia baik-baik saja.
“Terus?” tanya Bara sembari mengamati tubuh Alice yang memang baik-baik saja.
Alice berhenti bergerak dan menatap Bara dengan pandangan kesal. “Kemarin kamu kan mengirim pesan bertaya apa aku baik-baik saja. Sekarang aku bilang kalau aku baik-baik ssaja,” jelas Alice dengan wajah kesal.
“Oh iya? Memangnya aku bertanya begitu?” ujar Bara dengan wajah seperti berpikir.
Alice yang mendengar menghentakan kaki keras dan mendengus kesal. “Terserah,” celetuk Alice yang langsung berbalik.
Bara tersenyum tipis dan menatap Alice yang sudah memegang gagang pintu. “Alice,” panggilnya dengan suara datar.
“Apa?” jawab Alice ketus dan tidak menatap Bara sama sekali.
“Aku senang kamu bahagia. Selamat bekerja,” balas Bara yang langsung menatap tumpukan berkas di depannya.
Alice yang mendengar tersenyum senang dan langsung membuka pintu, menutupnya dengan rapat. “Ya Tuhan, bisa serangan jantung tiap kali Bara begitu,” gumam Alice sembari mengelus pelan dadanya yang mulai tidak karuan.
_____
“Aku rasa sudah gila. Aku menyukai Bara yang jelas-jelas empat tahun di bawahku? Gila kamu Alice, gila,” gerutu Alice dengan tangan yang beberapa kali menepuk pelan pipinya.
Alice melangkah masuk ke dalam rumah dengan senyum mengembang di pipinya. Seharian dia hanya memikirkan Bara yang sudah membuat jantungnya selalu berdetak lebih keras. Membuat perasaannya menjadi jauh lebih senang dari pada sebelum-sebelumnya.
“Bagaimana kalau aku bilang sama Rika. Apa dia akan setuju?” ucap Alice dengan diri sendiri.
Alice baru akan menaiki tangga menuju kamarnya ketika suara deheman menghentikannya. Alice langsung menatap ke siempunya suara dan melihat kedua orang tuanya tengah berdiri menatapnya.
“Mama sama Papa di rumah? Alice pikir gak di rumah,” celetuk Alice yang mengurungkan niat dan memberi salam keduanya.
Surya tersenyum melihat wajah bahagia anaknya. “Kami menunggumu. Bisa kita bicara sebentar?” tanya Surya meminta pendapat.
Alice menatap keduanya bingung dan mengangguk patuh. Galuh menggiring Alice untuk duduk di sofa keluarga.
“Ada apa ini, Pa, Ma?” tanya Alice menatap kedua orang tuanya dengan wajah bingung.
Surya menghela napas perlahan dan menatap anaknya lekat. “Sayang, kemarin Mama lihat kamu pulang sama Dave. Kata Mama kamu begitu bahagia bersama dengannya. Jadi, Mama menanyakan kepada orang tua Dave dan berniat menjodohkan kalian berdua,” jelas Surya membuat Alice langsung diam tercengang.
“Tetapi, papa sama mama mau bertanya terlebih dahulu sama kamu. Kamu mau menerima Dave atau memang memiliki pilihan lain? Kami tidak memaksamu, sayang,” imbuh Surya dengan suara lembut.
Alice yang mendengar menatap Surya dan Galuh bergantian. Dia masih memikirkan apa yang akan dikatakan. Di satu sisi dia merasa ragu untuk menerima, tetapi di sisi lain dia berat untuk mengatakan tidak karena wajah kedua orang tuanya menatap dengan penuh harap.
Alice menghela napas pelan dan mengenggam kedua tangan kedua orang tuanya, menatap lekat denga senyum lembut. “Kalau Mama sama Papa maunya Alice gimana?” tanya Alice dengan wajah sumringah.
Surya menggeleng dan mengelus pipi Alice dengan sebelah tangan yang tidak digenggam anaknya. “Kamu yang akan menjalani dan kami ingin kamu yang menentukannya.”
“Tetapi, orang-orang bilang orang tua akan memberikan yang terbaik untuk anaknya. Jadi, Alice tanya sama Mama dan Papa. Kalian maunya Alice bagaimana?” tanya Alice masih dengan senyum sumringah.
Surya menghela napas pelan. “Papa inginnya kamu menerima dia, sayang. Selain kita yang sudah kenal dengan keluarganya, Dave juga akan yang baik. Papa yakin dia akan membahagiakan kamu.”
Alice yang mendengar tersenyum lebar dan mengangguk. “Kalau begitu Alice akan menerimanya,” putus Alice dengan perasaan yang disembunyikan dalam.
“Kamu yakin, Alice? Kami tidak memaksa sama sekali,” sahut Galuh takut keputusannya membuat Alice merasa terbebani.
Alice mengangguk mantap. “Tidak ada salahnya mencoba dengan orang baru, Ma. Lagi pula Dave memang anak yang baik.”
“Syukurlah. Terima kasih sayang,” kata Surya sembari mengelus pelan rambut sang anak.
Alice yang mendngar hanya tersenyum lembut.
Setidaknya dengan ini aku bisa membuat kalian bahagia, batn Alice.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Farida Fauzan
oalahhhhh
2020-12-10
0
Afiq Ndoweh
blass gk enakk
2020-05-31
0
Idha Winarsih
kok gitu sih thor
gk asik ah 😪
2020-04-15
0