“Bara, kenapa kamu selalu bersikap dingin sama semua orang?” tanya Alice yang sudah duduk santai di ruang tamu yang berhubung langsung dengan dapur. Matanya masih menatap layar televisi dengan mulut yang aktiv mengunyah camilan Bara.
Bara mengabaikan ucapan Alice dan masih sibuk dengan buku-bukunya. Dia malas mendengar gadis berisik yang ada di dekatnya. Bertemu dengan Alice seperti musibah untuknya. Begitu banyak masalah yang terjadi sejak pertemuan dengan Alice, termasuk luka yang diakibatkan oleh gadis tersebut.
“Bara, kamu tidak tidur, kan?” tanya Alice menghentikan kunyahannya dan menatap ke arah Bara yang hanya diam dan fokus dengan tumpukan buku membosankan. Alice menghela napas keras dan menarik buku di tangan Bara, membuat pria tersebut menahan emosi yang siap meluap.
“Bara, aku itu bicara sama kamu, bukan sama tembok,” ujar Alice dengan rasa kesal. Dia sampai bingung terbuat dari apa pemuda di sebelahnya.
“Kembalikan,” ucap Bara dengan nada datar.
Alice menggeleng dan menatap Bara dengan dagu terangkat. “Gak mau. Makanya kalau diajak ngomong itu jawab,” gerutu Alice dengan mata menatap kesal.
“Jangan memancing emosiku, Alice,” peringat Bara dengan tatapan tajam.
“Jangan mengancamku, Bara. Aku masih berbicara denganmu dan jangan lupa, aku empat tahun lebih tua di atasmu. Jadi bisa bersikap sopan?” kata Alice dengan kepercayaan tinggi.
Bara yang mendengar berdecih dan langsung merebut buku di tangan Alice. Alice yang tidak lengah masih tetap mempertahankannya dan Bara yang masih tetap berusaha merebutnya.
Alice diam dan mengangkat buku tersebut tinggi. Matanya menatap Bara dengan pandangan mengejek. “Aku itu sedang bicara sama kamu. Jadi, bisa fokus dan jawab pertanyaan aku dulu?” pinta Alice dengan wajah memelas.
“Aku gak peduli,” desis Bara dengan mata menajam.
Alice berdecak kesal dan menatap Bara dengan wajah memprotes. Dia menurunkan tangannya dan mendekap buku Bara. “Kamu itu apa gak tau cara menghormati orang yang jauh lebih tua, sih? Emangnya orang tua kamu gak ngajarin, ya?” celetuk Alice kesal menghadapi tingkah Bara yang seenaknya saja. Bahkan, untuk berbicara dengannya saja Bara tidak pernah mau.
Apa dia membenciku? Itu yang selalu dipikrikan Alice.
Bara langsung diam dengan wajah semakin suram. Dengan tanpa perasaan, dia merebut buku yang ada di dekapan Alice kasar. “Jangan pernah sok tau dengan kehidupan seseorang,” desis Bara yang langsung bangkit dan meninggalkan Alice.
Alice bingung dengan perubahan wajah Bara yang tampak begitu kesal. Matanya hanya berani menatap Bara tanpa bertanya apa pun, sampai pemuda tersebut membuka pintu kamar dan masuk.
Braak!!
Bara menutup pintu dengan begitu keras. Alice yang mendengar hanya diam dan sedikit tersentak. Jantungnya terasa ingin lepas dari tempatnya. Alice mengelus dada pelan.
“Itu anak kenapa, sih? Emangnya aku salah apa? Aku kan cuma tanya,” gerutu Alice merasa tidak bersalah.
Alice menghela napaskeras dan kembali menatap televisi. Tetapi, pikirannya masih berkutat dengan perilaku Bara yang membuatnya merasa penasaran.
Aku semakin penasaran dengan kehidupannya. Kenapa dia bisa jadi orang sedingin es begitu, gumam Alice dengan wajah berpikir.
_____
Pagi mulai menyapa dengan kicauan burung yang sudah bersiul indah. Alice memulai kembali paginya dengan begitu tenang dan juga kebahagiaan. Dia berusaha menebus kesalahannya kepada Bara dengan membuatkan sarapan. Namun, ini adalah pertama kalinya dia berada di dapur. Alice hanya menarik napas perlahan dan menghembuskannya pelan.
“Semangat, Alice. Meksi kamu tidak pernah memasak sama sekali, tetapi tunjukan bahwa kamu jenius,” ucapnya menyemangati diri sendiri.
Alice segera membuka ponselnya dan memperhatikan vidio yang tengah diputarnya. Perlahan, Alice mengikuti arahan yang ada di vidio dan mulai memasak. Meski sesekali dia tanpa sengaja menjatuhkan barang di dapur Bara.
Bara yang tengah tertidur mulai mengerjapkan mata ketika suara ramai di dengarnya. Helaan napas lelah mulai menyapa pagi pertamanya. Dia tahu siapa pemilik sumber suara tersebut.
“Ini orang ngapain lagi, sih,” gerutu Bara yang langsung turun dari ranjang.
Bara mulai membuka pintu kamarnya dan segera menuju ke arah dapur. Di sana dia sudah melihat Alice yang tengah sibuk dan kembali mengacak dapurnya. Dengan cepat dia segera menghampiri dan berhenti tepat di belakang Alice. Dia ingin tahu apa yang sedang dibuat oleh gadis tersebut.
“Hanya untuk membuat omlet kamu melihat tutorial di internet?” tanya Bara membuat Alice tersentak kaget. Alice segera berbalik dan menatap Bara yang sudah berdiri begitu dekat dengannya.
“Aku rasa kamu benar-benar payah,” caci Bara dengan wajah datar.
Alice hanya diam, merasakan jantungnya berdetak begitu keras. Matanya menatap Bara yang semakin mendekat ke arahnya dan...
Ceklek.
Bara mematikan kompor di belakang Alice dan mundur beberapa langkah, melihat kekacauan yang dibuat oleh Alice di apartemennya. “Apa aku harus membuatkan tulisan berupa larangan untukmu agar tidak masuk ke dapurku, Alice? Aku benar-benar tidak ingin kamu merusak dapur ini,” celetuk Bara membuat Alice menunduk penuh rasa bersalah.
“Aku hanya berniat membuatkan sarapan untukmu,” cicit Alice dengan rasa bersalah.
Bara menghela napas keras dan menatap tidak peduli. “Bahkan aku bisa mati karena memakan masakanmu,” ucap Bara semabri mengarahkan tatapanya kepada penggorengan yang gosong.
Alice yang mengerti mengikuti arah pandang Bara dan menatap Bara kembali. “Maaf,” kata Alice penuh penyesalan.
“Duduk. Aku akan membuatkan sarapan,” sahut Bara yang segera mengambil alih pekerjaan Alice.
“Tetapi, kamu masih sakit,” protes Alice tidak terima.
Bara menatap Alice penuh peringatan dan kali ini langsung dituruti. Alice takut jika nanti dia akan terkena masalah kembali karena membuat Bara kesal. Akhirnya, dia memutuskan untuk duduk dan melihat Bara memasak untuknya.
Bara sudah mulai berkutat dengan peralatan dapur dan juga fokus dengan masakannya. Tidak lama kemudian, dia sudah selesai memasak dan meletakan dua piring omlet di bar kecil di dapurnya dan memberikannya kepada Alice.
“Makan,” perintah Bara membuat Alice semakin memberengut kesal.
Bara masuk ke kamar mandi luar dan mulai mencuci muka lalu menggosok gigi. Setelahnya dia kembali dan bergabung dengan Alice. Bara memutuskan untuk duduk di sebelah gadis tersebut dan mulai menikmati makananya.
Alice memperhatikan Bara lekat dan mulai tersenyum. Dia merasa semua yang ada di diri Bara terasa sempurna, hanya saja pemuda tersebut selalu berkata dingin dan bersikap cuek.
Kalau ramah seperti Dave aku rasa dia akan banyak yang suka, batin Alice dengan senyum kecil. Namun, beberapa detik kemudian dia mulai menggelengkan kepala dan menyingkirkan pikiran konyolnya.
Jangan bersikap bodoh, Alice, gerutunya dengan tangan yang menepuk pipinya pelan.
Bara memperhatikan Alice dengan kening berkerut heran. Gadis di dekatnya terlalu banyak ekspresi dan selalu bertingkah konyol. Dia hanya mengabaikan dan kembali fokus dengan makananya.
Alice masih mengembalikan kewarasannya dan melahap kembali makananya. “Bara, kamu bisa memasak juga? Ini enak,” puji Alice tulus.
“Aku hanya hidup dengan Rika, Alice. Jadi aku sudah terbiasa masak,” celetuk bara tanpa sadar.
Alice yang mendengar langsung diam dan menatap Bara dengan pandangan tidak percaya. Hal yang sama dilakukan oleh Bara. Dia menghentikan kunyahannya dan langsung menelan dengan suasah payah.
Bara hanya diam dan meminum air mineral di dekatnya. “Aku kenyang,” ucap Bara yang merasa bingung dengan dirinya. Tidak biasanya dia mengatakan masalah hidupnya kepada siapa pun.
Alice yang melihat Bara menjauh masih tetap menatap sampai siluet Bara menghilang. Alice tersenyum tipis dan masih memperhatikan pintu kamar Bara.
“Sepertinya aku mulai penasaran denganmu, Bara. Ada begitu banyak hal yang terasa menjadi misteri dalam hidupmu,” gumam Alice dan langsung melanjutkan makannya.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
R Vin
alice m dave aj alny bara lbih muda dr alice,,, kykny alice tu seumrn dgn rika.
2020-05-22
1
Ibam Ibum
kan alice lebih tua dari bara tp kok lebih dewasa bara sih, alice utk dave aja ya ,kan seumuran mereka
2020-04-24
1
Remy Reyhan
ayo Thor semangat💪, ditunggu kelanjutannya....
2020-01-04
0