Bara memejamkan mata, merasakan hal berbeda yang terjadi dalam dirinya. Seperti seorang yang tidak mengenal diri sendiri, dia bahkan bisa mengatakan rahasianya kepada Alice. Sebelum ini, dia tidak pernah mengatakan kepada siapa pun, termasuk sahabat-sahabatnya. Menurutnya, bebannya hanya untuk dirinya dan semua orang tidak boleh tahu dengan semua itu.
Aku hanya hidup dengan Rika, Alice. Jadi aku sudah terbiasa masak.
Bara yang mengingat kembali perkataannya hanya menghela napas perlahan dan mulai duduk di kursi kayu di dekat jendela. Matanya menatap langit cerah yang mulai menampakan panasnya.
“Sial,” gerutu Bara yang merasa bingung. “Tidak seharusnya aku mengatakan semua itu kepada Alice yang jelas-jelas bukan siapa-siapa,” gumam Bara merasa tidak enak.
Bara menarik napas perlahan dan menghembuskannya pelan. Mengembalikan ketenangan yang ada dalam dirinya yang perlahan mulai hilang. Setelah itu, dia memilih untuk keluar dan menyeesaikan semuanya dengan Alice. Membiarkan Alice berada di sekitarnya bukanlah hal baik.
Namun, baru saja dia membuka pintu kamar, matanya disuguhkan dengan ruangan sunyi. Tidak ada Alice di sana.
“Di mana dia?” gumam Bara segera keluar dan mencari keberadaan gadis tersebut. Bara memulai mencari dari dapur dan tidak menemukan Alice sama sekali. Setelahnya, dia segera melangkah ke kamar Alice dan mengetuk. Ketika di rasa tidak akan ada jawaban sama sekali, Bara mulai membuka perlahan, takut jika itu adalah jebakan Alice.
“Ke mana dia?” lirih Bara yang tidak juga melihat keberadaan Alice di ruangan tersebut.
Bara kembali menutup pintu kamar tersebut dan melangkah ke dapur. Dia merasa haus. Baru saja Bara sampai di depan lemari pendingin, matanya menatap selembar note tertempel di pintu kulkas.
Aku keluar sebentar, jangan membuat masalah. Aku akan pulang cepat. Alice.
Bara yang membaca hanya tersenyum tipis. Sangat tipis bahkan seperti tidak tampak sama sekali. “Dasar. Bukannya dia yang suka membuat masalah,” protes Bara yang langsung membuangnya. Dia segera mengambil miuman dan kembali ke ruang utama. Bara jauh lebih memilih menonton televisi dan mengistirahatkan pikirannya.
_____
“Dave, kamu sudah memiliki kekasih?” tanya Renita ketika tengah asyik menikmati sarapan. Mata teduhnya menatap wajah Dave dengan penuh tanya. Ada harapan ketika anaknya yang sudah berusia dua puluh tujuh tahun sudah memiliki kekasih. Renita berharap akan bisa mendapatkan menantu secepat mungkin.
Dave yang masih asyik menyungah menatap mamanya dengan senyum kecil. “Ma, Dave masih gak mau bahas mengenai pacar atau apa pun itu. Dave cuma mau ngurus Mama yang bener terus sukses. Lagi pula Papa masih berada di penjara, Ma. Dave akan semakin banyak pikiran jika harus memikirkan kekasih yang jelas menyita waktu Dave,” jelas Dave penuh pengertian.
Renita yang mendegar terseyum dan mengelus wajah anaknya lembut. “Kamu tidak perlu melakukannya sampai seperti ini, sayang. Maafkan mama karena sudah membuatmu merasa terbebani,” ujar Renita menyadari kondisinya yang tidak memungkinkan untuk ditinggal.
“Mama ini ngomong apa sih? Aku baik-baik saja kok. Aku jauh lebih suka yang seperti ini, Ma,” jawab Dave sembari mengerdipkan mata ke arah mamanya.
Renita yang melihat memukul pelan tangan anaknya dan tertawa kecil. Anaknya sering sekali menggoda dirinya dengan mengerdipkan mata. Karena biasanya, suaminya yang melakukan hal tersebut.
Dave yang melihat mamanya sudah kembali ceria langsung lega dan melanjutkan sarapannya. Dia begitu menyayangi mamanya. Mengenai kekasih, dia takut jika nantinya dia menemui seorang wanita yang sama seperti Rensi yang malah membawanya dalam masalah dan kehancuran.
Maafkan Dave, Ma. Bukannya Dave gak percaya. Hanya saja Dave jauh lebih berhati-hati dalam memilih kekasih untuk saat ini, batin Dave yang selalu menyembunyikan kebenaran tentang Rensi. Dia hanya mengatakan bahwa sudah tidak ada kecocokan dan itu sebabnya dia memilih untuk putus dengan Rensi.
_____
Suara lonceng mulai terdengar ketika Alice membuka cafe yang tampak begitu ramai. Alice menatap sekeliling dan mencari seseorang yang sudah berjanji kepadanya. Sampai matanya menatap seorang wanita yang masih sibuk dengan bocah kecil di sebelahnya.
Alice menghela napas keras dan mulai melangkah. Meyakinkan hatinya untuk tidak merasakan kebencian atau semacamnya. Dia sudah ikhlas menerima semua yang menjadi kehendak takdir.
Alice menatap perut Rika yang semakin membuncit dan tersenyum. Kamu akan menjadi seoranh ayah lagi, Randy. Alice melangkah cepat dan langsung menuju ke meja di mana Rika berada. Dia memang sudah membuat janji dengan Rika. Ada hal yang ingin ditanyakan. Itu sebabnya dia menelfon dan meminta bertemu.
“Hai, Rika,” sapa Alice yang sudah sampai di depan Rika dan langsung duduk, membuat Rika menatap ke arahnya dan tersenyum. “Maaf aku terlalu lama, ya?” ujar Alice merasa bersalah.
“Bukan kamu yang lama, aku saja yang kecepetan. Aku senang kamu tidak marah deganku. Lagi pula, rumahku dekat dari sini,” balas Rika dengan senyum sumringah.
Alice yang mendengar hanya tertawa dan menatap bocah kecil yang masih asyik memakan es krim. “Hai ganteng. Siapa namamu?” tanya Alice dengan suara lembut.
Gibran yang masih asyik menyendok es krimnya langsung menatap ke arah Alice dan mengamati wajah tersebut. Sampai perlahan senyumnya mulai mengembang. “Gibran, Kakak,” jawab Gibran dengan senyum sumringah.
Alice yang mendengar langsung mencubit gemas pipi Gibran dan menatap Rika yang hanya tersenyum memperhatikan. Dia baru ingat meninggalkan Bara hanya dengan selembar tulisan. Tetapi, menelfon pun percuma karena tidak akan pernah diangkat oleh pemuda tersebut.
“Alice, ada apa sampai kamu meminta bertemu denganku?” tanya Rika mulai penasaran dan menatap Alice dengan pandangan lekat.
Alice yang sibuk dengan Gibran langsung menatap Rika dan membenarkan duduknya. “Maaf, Rika. Aku mengajakmu datang dengan buru-buru. Aku hanya penarsaan dengan Bara, adik kamu. Dia selalu bersikap dingin dan berbicara ketus kepada siapa pun. Di seperti pria yang tidak ingin tersentuh sama sekali,” jelas Alice sembari menatap Rika.
“Bara? Dari mana kamu tahu mengenai dia?” tanya Rika dengan rasa tidak percaya. Dari mana Alice bertemu dengan Bara?
Alice mengangguk dan menatap Rika lekat. “Aku bekerja bersama dengannya. Sekarang dia adalah rekan kerjaku, tetapi dia benar-benar hemat bicara. Bahkan, dalam sehari dia bisa mendiamkanku begitu saja. Jadi, aku ingin tahu apa yag terjadi degannya karena dia seperti tertutup. Dan aku tahu, kamu pasti tahu penyebabnya, Rika,” jelas Alice dengan wajah yakin.
Rika yang mendengar menghembuskan napas perlahan dan menatap ke arah Alice. “Kami sudah ditnggalkan orang tua kami sejak kecil, Alice. Aku yang membiayai kehidupan kami berdua. Orang tua kami bukan meninggal. Mereka meninggalkan kami ketika dalam masa sulit. Bukan juga untuk berjuang. Mama kami pergi dengan kekasihnya dan sampai sekarang dia tidak pernah terlihat wujudnya. Kami bahkan tidak tahu beliau masih hidup atau sudah meninggal. Sedagkan papa kami juga ikut pergi begitu saja. Mereka meninggalkan kami dalam kesulitan.”
“Itu sebabnya Bara menjadi pria dingin. Dia tidak ingin merasa nyaman dan juga cinta kepada siapa pun. Dia ingin tetap sendiri. Dia menganggap semua wanita sama dengan mama. Hanya ada ketika kita berada di atas dan akan pergi ketika kita mulai berada di bawah. Dia mengatakan, tidak akan ada yang tahu mengenai penderitaannya,” jelas Rika dengan sneyum kecut.
Alice yang mendengar hanya diam dengan hati mengerut. Dia merasakan apa yang diderita Bara selama ini. Karena dia juga merasakan hal yang sama. Ditinggalkan dan kesepian.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Sutiah
mama ny bara Galuh apa mama ny Dave y
2020-03-19
0
Shin Gao
kyk'y galuh itu mama nya bara ya?
2020-01-05
3
Mariatin Djumain
hmm..moga bara sama Alice ya thor
2020-01-05
3