Setelah mendengar semua mengenai Bara dari Rika, Alice segera kembali ke apartemen Bara dengan segudang rencana meluluhkan sifat dingin seorang Bara.
Kami sudah ditnggalkan orang tua kamu sejak kecil, Alice. Aku yang membiayai kehidupan kamu berdua. Orang tua kami bukan mati. Mereka meninggalkan kami ketika dalam masa sulit. Bukan juga untuk berjuang. Mama kami pergi dengan kekasihnya dan sampai sekarang dia tidak pernah terlihat wujudnya. Kami bahkan tidak tahu beliau masih hidup atau sudah meninggal. Sedangkan papa kami juga ikut pergi begitu saja. Mereka meninggalkan kami dalam kesulitan.
Itu sebabnya Bara menjadi pria dingin. Dia tidak ingin merasa nyaman dan juga cinta kepada siapa pun. Dia ingin tetap sendiri. Dia menganggap semua wanita sama dengan mama. Hanya ada ketika kita berada di atas dan akan pergi ketika kita mulai berada di bawah. Dia mengatakan, tidak akan ada yang tahu mengenai penderitaannya.
Penjelasan Rika masih terngiang dalam pikirannya. Dengan langkah pasti, dia langsung melangkah menuju ke apartemen Bara. Karena dia sudah tahu password apartemen tersebut, Alice langsung saja menekannya dan masuk.
Alice melangkah mendekat dan menemukan Bara tengah tertidur di ruang tamu dengan badan meringkuk dan televisi menyala. Tangannya masih diperban karena memang dokter yang menyarankan.
Alice menatap Bara dengan senyum dan menatap tajam. “Kamu juga memiliki penderitaan yang sama ternyata,” ucap Alice dengan senyum menawan.
Alice mengabaikan pikirannya dan mengusap lembut puncak kepala Bara. “Harusnya kamu berdamai dengan masa lalu, Bara. Bukannya malah terpaku dengan masa itu. Masa di mana kamu merasakan kepedihan,” gumam Alice lembut.
“Pasti sulit ya menghilangkannya?” lanjut Alice diiringi helaan napas pelan.
Dia baru saja hendak melepaskan usapannya ketika Bara membuka mata. Mata sendu pria tersebut menatap Alice yang langsung terpaku di hadapnanya. Dia bahkan tidak sadar jika tangannya maish berada di puncak kepala Bara.
“Alice,” panggil Bara pelan dan masih menatap mata biru terang Alice. “Kamu ngapain?” tanya Bara ketika dia sadar tangan Alice di kepalanya. Matanya melirik dan memberikan sinyal kepada Alice untuk segera menarik tangannya.
Alice yang sadar langsung menariknya dan tersenyum kecil. “Maaf, aku hanya penasaran dengan rambutmu. Sepertinya terlihat begitu lembut,” jawab Alice sekenanya. Jantungnya berdegup sangat cepat ketika Bara masih memperhatikannya lekat.
Bara menghela napas perlahan dan bangkit. Dia hanya diam dan mulai melangkah ke dapur, membuat Alice menatap bingung. Alice yang melihat langsung mengerutkan kening dan mengikuti langkah Bara.
“Kamu mau ngapain?” tanya Alice ketika melihat Bara yang memasuki dapur.
“Masak,” jawab Bara singkat.
Alice yang mendengar menghela napas perlahan dan menarik tangan Bara. “Hari ini aku mau mengajakmu makan di luar. Ayolah, aku mohon,” ucap Alice dengan tatapan memohon.
Bara mengerutkan kening dan menatap datar. “Aku tidak mau. Kalau kamu mau makan di luar, makan sendiri saja.”
“Ayolah, Bara. Aku mau makan di luar. Di seberang jalan sedang ada promo,” rengek Alice dengan tatapan memohon. Tangannya masih menggenggam lengan Bara erat.
“Aku tidak mau, Alice.”
“Please,” pinta Alice dengan tatapan penuh permohonan dan telapak tangan yang sudah disatukan.
Bara yang awalnya menolak mentah-mentah hanya menghela napas perlahan. “Baiklah,” putus Bara dengan wajah masam. Seperti yang pernah dikatakan, melawan Alice terasa begitu sia-sia karena sifat kerasa kepala gadis tersebut. Bahkan, Bara ogah meladeninya.
Alice yang mendengar langsung tersenyum senang dan menarik Bara untuk keluar. Alice tidak membiarkan Bara untuk mengganti pakaian terlebih dahulu. “Gak usah ganti baju. Begitu saja kamu sudah tampan,” celetuk Alice tanpa sadar.
Bara yang mendengar hanya diam dengan wajah datar yang masih ditampilkannya. Dia merasa begitu berbeda ketika melihat Alice yang terasa sama seperti kakaknya. Apa yang sebenarnya kamu rencanakan, Alice, batin Bara dengan penuh rasa penasaran.
_____
Denting lonceng terdengar ketika Alice membuka pelan pintu cafe di seberang apartemen Bara. Matanya menatap meja kosong dan menarik tangan Bara untuk ikut dengannya. Semua mata menatap ke arah mereka, tetapi dia mengabaikan begitu saja. Alice merasa lega karena alasan Bara selalu bertingkah dingin kepadanya bukan karena benci, tetapi karena masalah lain yang tidak berhubungan sama sekali dengannya.
“Alice, lepas,” ucap Bara dingin.
Alice menggeleng dan masih melangkah masuk. “Gak mau, nanti kamu pergi,” jawab Alice tanpa menatap ke arah bara.
Bara yang mendengar hanya berdecak kesal dan menuruti apa yang Alice katakan. Seperti yang pernah diungkapkannya, membangkang dengan Alice adalah hal percuma yang harus dilakukan.
Alice memilih tempat duduk dan mendudukan Bara. Setelah itu, dia langsung duduk berhadapan dan menunjukan wajah sumringah yang membuat Bara bingung. Matanya menatap Alice yang masih melihat menu makanan dengan perasaan riang yang begitu berlebihan.
Apa dia gila, batin Bara takut Alice kenapa-kenapa.
“Bara, kamu mau pesan apa?” tanya Alice dengan mata menatap Bara lekat.
“Terserah,” jawab Bara dengan singkat dan kembali menunjukan wajah tanpa minatnya.
Alice yang mendengar cekikikan dan menatap Bara dengan bibir mengulum senyum. “Di sini gak ada makanan terserah, Bara. Jadi, jangan aneh-aneh. Kamu mau makan apa? Atau aku yang pilihkan saja?” tawar Alice menatap Bara meminta pendapat.
Bara menghela napas dan menatap Alice. “Kenapa kita tidak makan di rumah saja?"
Alice yang mendengar berdecak kesal dan kembali menatap menu makanan. “Aku bosan. Aku mau mencari suasana baru. Nemangnya kamu tidak merasa bosan sama sekali?” tanya Alice dan menutup menu makanan, berbalik menatap Bara dengan senyum begitu tulus. “Aku yang akan memilihkan makanan untukmu.”
Alice menatap waiters yang sejak tadi menunggu keduanya. “Kami pesan dua ayam bakar dan dua jus alpukat,” ucap Alice.
Bara yang mendengar langsung menatap Alice dengan mata menajam. “Dari mana kamu tahu aku suka kedua menu itu?” tanya Bara merasa penasaran. Tidak mungkin semua adalah kebetulan, kan?
Alice yang ditegur langsung menatap Bara dengan pandangan terkejut. “Kamu suka itu? Aku juga menyukainya,” jawab Alice dengan senyum bahagia, “apa sekarang kita memiliki menu makanan yang sama?” lanjut Alice sembari menatap Bara lekat.
Bara berdecih kecil dan kembali membuang wajah. Dia enggan melihat Alice yang selalu menujukan senyum kepadanya. Bara seperti melihat siluet dua orang yang berbea dalam hatinya. Seseorang yang begitu disayang dan seseorang yang begitu dibencinya. Rasanya dia tidak ingin melihat keduanya ada di dalam diri Alice.
“Bara, jangan sering mengabaikanku,” rajuk Alice yag masih asyik menggoda Bara.
Ketika Alice masih sibuk menggoda Bara, ada seseorang yang tengah melangkah mendekat ke arahnya. Tersenyum dengan wajah ceria dengan rambut tergerai lurus.
“Bara,” panggil gadis berkacamata yang sudah berdiri di tengah-tengah keduanya. “Sudah lama tidak melihatmu.”
Bara yang ditegur langsung menatap ke sumber suara dan menatap dengan wajah terkejut. Alice melihat ekpresi Bara yang berbeda langsung menatap ke arah pandang yang sama. Matanya melihat seorang gadis dengan rambut lurus sebahu dan hidung mancung yang dihinggapi kacamata.
Siapa dia?, batin Alice bertanya.
“Bella,” panggil Bara lirih.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Nadira Selvia Putri
cerita kim selalu bisa mengaduk2 hati...kaya yang disebelah MARRIAGE EXPRES&WEDING KONTRAK....bikin baper maksimal😍😍semangat thor...klo disebelah gak bsa komen😂😂
2020-01-05
2
Ida Parida
Semangat Kim , ku tunggu eps lain nya
2020-01-05
0
Nurlela Nurlela Noey
duh kasian alice...
2020-01-05
3