Alice merasa tenang dalam tidurnya. Dia bahkan tidak bermimpi apa pun dan merasa begitu nyenyak. Bahkan ketika matahari menyapanya dari balik jendela yang ternyata tidak ditutup, Alice sebenarnya malas untuk bangun. Namun, ketika dia mendengar dengkuran halus yang terdengar dekat dengannya, Alice segera membuka mata perlahan.
Alice baru membuka mata dan tersenyum kecil ketika matanya menatap Bara yang masih tertidur nyenyak di dekatnya. Wajah tenang dan damai membuat Alice merasa begitu senang. Entah mengapa wajah Bara berbeda ketika dia membuka mata. Saat tidur dia seperti malaikat yang begitu sempurna, tetapi ketika dia bangun dan membuatnya selalu merasa begitu kesal.
“Kenapa dia tidur di sini?” ucap Alice bingung karena Bara yang tidur di kamarnya. Bahkan, Bara hanya duduk di lantai dengan kepala yang diletakan di ranjang.
Alice bangkit dan menghela napas perlahan. “Dia pasti akan merasa sakit pinggang,” gumam Alice dengan bibir manyun.
Alice menyentuh lengan Bara pelan dan mulai membangunkan pria tersebut. Dia merasa jika Bara terlalu lama tidur dengan tubuh membungkuk, pinggang pria tersebut akan semaikin sakit.
“Bara, bangun,” ujar Alice pelan.
Bara yang merasa terganggu langsung membuka mata pelan dan menatap seisi ruangan. Ketika dia akan bangkit, pinggangnya merasa sakit dan langsung dihentikan. Dalam hati Bara merutuki kesalahannya yang terlalu terbawa suasana.
“Tunggu,” ucap Alica yang langsung turun dari ranjang dengan wajah serius.
Bara yang mendengar hanya diam menurutinya. Dia merasa punggungnya benar-benar sakit karena terlalu lama tidur dengan posisi tubuh di bawah dan kepala diletakan di atas ranjang dan terlalu membungkuk.
Alice kembali dengan botol berisi cairan putih bersih yang entah apa namanya. Perlahan, dia membuka baju bagian belakang Bara dan mengelusnya pelan.”Kamu kenapa tidur di sini?” tanya Alice masih mengeluskan minyak tersebut ke punggung Bara. “Lain kali jangan tidur dengan posisi seperti tadi. Kamu akan merasa sakit.”
Bara yang mendengar hanya diam. Dia masih memikirkan mengenai ucapan Alice semalam. Apa dia mendapat siksaan dari neneknya. Tetapi, rasanya tidak mungkin karena mana ada seorang nenek melukai cucu semata wayangnya.
Alice menyentuh pundak Bara lembut dan menegakannya perlahan. Sampai pada akhirnya Bara merasa baikan dan menatap Alice yang sudah tersenyum lega.
“Sudah baikan?” tanya Alice dengan wajah ceria.
Bara mengangguk dan menatap Alice tajam. “Terima kasih,” ucap Bara membuat Alice tersenyum senang.
Alice langsung menaikan kakinya di ranjang dan menatap Bara dengan wajah dipenuhi kebahagiaan. “Hari ini adalah hai terakhir aku di sini. Aku mau mengajakmu ke taman bermain. Aku ingin ke sana. Kamu mau, kan?” ujar Alice dengan pandangan memohon. Sudah lama dia ingin ke sana, tetapi semua yang diajak selalu saja menolak dengan berbagai alasan.
Bara yang mendengar mengerutkan kening heran. “Tidak mau. Kamu itu sudah besar, kenapa ke taman bermain. Kamu bukan anak-anak lagi,” tolak Bara yang segera bangkit dan menatap Alice dengan pandangan tidak suka.
Alice memanyunkan bibir kesal dan langsung berbaring di ranjang. Dia menutup selimut sampai menutupi seluruh tubuhnya, membuat Bara yang melihat berdecak heran. Kenapa ada gadis seperti Alice dalam hidupnya?
“Baiklah. Aku akan mengantarmu ke sana,” putus Bara merasa kasihan dengan Alice. Alice yang mendengar membelalak tidak percaya.
Alice segera membuka selimutnya dan bangkit. “Beneran kamu mau?” tanya Alice memastikan.
Bara mengangguk dengan wajah datar. “Iya. Cepat bersiap atau aku akan berubah pikiran.”
“Siap,” jawab Alice yang langsung turun dari ranjang dan masuk ke kamar mandi.
Bara yang melihat hanya merasa heran. Kenapa dia bisa bertemu dengan gadis semacam Alice. Helaaan napas terdengar berat dari arahnya dan melangkah keluar.
“Anggap saja ini ucapan terima kasih karena dia sudah membuat punggungku tidak sakit.”
_____
Bara mulai menyesali keputusannya ketika dia sudah memasuki taman bermain yang dimaksud Alice. Matanya menatap banyak sekali permainan yang ada di sana dan yang lebih parahnya lagi, Alice selalu mengajaknya mengantri untuk menaikinya. Ini adalah pertama kalinya Bara menaiki permainan yang terasa asing untuknya.
Bahkan, di cuaca panas yang begitu terik, Alice masih begitu bersemangat mengajaknya berkeliling dan melakukan banyak sekali aktivitas yang tidak pernah dilakukan oleh Bara sebelumnya karena dia sibuk bekerja dan belajar, melupakan waktunya untuk bermain.
“Bara, ayo naik itu,” ucap Alice yang langsung menarik Bara dan mengajaknya menaiki benda bulat dengan tempat duduk di tiang sangkar berbeda.
Bara menghela napas perlahan dan menatap Alice datar. “Alice, kamu tidak lelah? Ini permainan ke dua puluh yang kita naiki,” gerutu Bara mulai kesal.
Alice yang mendengar tersenyum dan menggeleng. “Aku masih mau menaiki semuanya. Ayolah naik,” jawab Alice segera menarik Bara yang mulai pasrah. Dia enggan membuat pertengkaran dengan Alice yang akan tetap ngotot memaksanya.
Alice mulai masuk ke salah satu tempat yang sudah berhenti di depannya dan masuk bersama dengan Bara. Sampai permainan tersebut mulai membawanya ke atas dan menatap semua yang ada di bawahnya.
Bara mengikuti arah pandang Alice dan mengamati wajah gadis tersebut. Senyum tipis yang entah mengapa membuatnya merasa ingin selalu melihatnya. Bara tanpa sadar menarik bibirnya tipis membentuk senyum.
“Kamu suka?” tanya Bara penasaran.
Alice yang mendengar mengangguk penuh semangat. “Tentu saja. Aku suka dengan permainan ini. Karena dengan begitu aku bisa melihat semuanya meski dari kejauhan.”
“Kamu tahu? Aku bahkan pernah berpikir mendapatkan pernyataan cinta di tempat seperti ini. Di permainan seperti ini dengan pemandangan seindah ini,” ucap Alice dengan senyum sumringah. “Tetapi dulu aku tidak mendapat pernyataan cinta dari Randy sama sekali. Karena dia mencintai kakakmu,” lanjut Alice dengan senyum dan melihat Bara sekilas.
Bara yang mendengar langsung diam dan menatap Alice dengan pandangan datar. “Apa sampai sekarang kamu juga masih mencintai Randy?” tanya Bara mengabaikan permainan yang sudah berjalan seperti seharusnya. Matanya masih mengamati wajah Alice yang tetap menampilkan senyum dan menikmati permainan.
Alice yang mendengar terkikik kecil dan menggeleng. “Aku sudah merelakannya dengan Rika, Bara. Aku tidak akan mengganggu pria beristri dan apalagi sekarang Rika tengah mengandung. Lagi pula aku yakin, akan ada cinta lain yang nantinya datang menyapa.”
“Kamu tidak merasa sakit hati?” tanya Bara penasaran.
Alice tersenyum kecil dan menatap Bara lembut. “Aku merasa sakit, Bara. Tetapi itu dulu. Aku hidup di masa kini dan bukan berpijak di masa lalu. Sekarang aku hanya berusaha meninggalkan masa lalu karena akan ada masa sekarang yang akan meraihku. Aku hanya melupakan semua yang pernah terjadi dan menerima dengan lapang dada. Mulai berdamai dengan masa lalu yang menyakitkan,” jawab Alice pelan.
Bara yang mendengar hanya diam. Dia terenyuh mendengar ucapan Alice yang sebenarnya masih menunjukan luka. Matanya menatap Alice yang masih menampilkan senyum dan menatap ke arah lain. Entah dorongan dari mana, Bara mendekat ke arah Alice dan tanpa aba-aba memeluk gadis tersebut. Tanpa sadar dia mencium kening Alice pelan.
“Aku bangga denganmu, Alice. Aku yakin, akan ada orang lain yang mencintaimu dengan tulus,” ucap Bara tepat ketika permainan berhenti dan menurunkannya.
Bara melepaskan pelukannya dan menarik tangan Alice untuk keluar. Alice yang masih merasa shock hanya diam dan menurut. Jantungnya masih berdebar begitu keras dan tidak seperti seharusnya.
Aku tidak punya penyakit jantung, kan?, batin Alice merasa aneh karena jantungnya berdebar keras.
_____
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rita
shock mode on 😂
2023-04-03
0
Sutiah
cuit" mulai nih
2020-03-19
0
Amelisa cherry Salsabila
cieeeee sinyal elang cinta huaaaaa
2020-01-08
0