“Bagaimana pekerjaan kamu, Dave?” tanya seorang wanita dengan pakaian rapi yang tengah memakan sarapannya.
Dave yang sedang duduk di depannya mendongakan kepala dan tersenyum. “Baik, Ma.”
“Apa Michael jahat?” tanya Mamanya lagi karena takut kalau anaknya disakiti oleh Michael. Dia mendengar dari orang-orang bahwa selama ini Michael selalu bertingkah kasar kepada siapa pun. Namun, dia sendiri belum tahu seperti apa bentuk seorang Michael yang diceritakan banyak orang.
Dave yang selalu mendapat pertanyaan yang sama langsung tersenyum sembari menatap mamanya. Jemarinya langsung menggenggam lembut buku jari wanita yang sudah melahirkannya. “Kenapa Mama selalu menanyakan hal yang sama setiap hari? Padahal Dave sudah menjawabnya setiap hari,” ucap Dave lembut.
Renita hanya menundukan kepala pelan. “Mama hanya merasa takut jika Michael menyakitimu,” jawab Renita pelan.
Dave tersenyum dan mengangkat wajah mamanya. Perlahan dia menggeleng sembari tersenyum. “Michael tidak pernah menyakiti Dave, Ma. Michael itu orang baik. Dia bos pengertian dan juga sangat perhatian dengan kondisi karyawannya,” jelas Dave pelan.
“Kamu yakin tidak sedang membohongi Mama?” Renita menatap Dave dengan mata teduh menyelidik.
Dave tertawa kecil dan mengegeleng. “Untuk apa Dave berbohong, Ma? Dave mengatakan yang sebenarnya.”
Renita yang mendengar menghela napas lega dan menatap anaknya dengan senyum manis. “Mama lega kalau memang dia seperti itu. Mama pikir kamu selalu disakiti dan dimarah ketika kerja.”
Dave yang mendengar mengerutkan kening heran. “Kenapa Mama bisa berpikir seperti itu?” tanya Dave penasaran. Dia bahkan sudah meninggalkan acara sarapannya dan sibuk menatap mamanya dengan rasa penasraan yang membuncah. Sebenarnya apa yang sudah didengar mamanya?
“Kata orang-orang bilang, Michael itu pria galak dan tidak berperasaan. Dia rela menyakiti siapa pun hanya untuk kesenangannya. Makanya, ibu-ibu tetangga kita langsung menyerbu ke rumah kita ketika tahu kamu kerja di kantor Michael. Mama jadi takut kalau yang mereka katakan itu adalah benar,” ucap Renita dengan memperhatikan anaknya yang hanya tersenyum.
Dave hanya tersenyum mendengarnya. Jadi, itu yang dikatakan tetangga-tetangga baruya? Ya, Dave memutuskan menjual rumah utamanya dan berpindah tempat, membeli rumah yang tidak terlalu besar karena hanya ditempati olehnya, Renita dan satu asisten rumah tangga.
“Ma, jika ada yang mengatakan hal itu lagi, katakan kepada Ibu itu bahwa itu semua salah. Michael adalah pria baik dan bahkan sangat baik. Dia tidak pernah menyakiti siapa pun,” jelas Dave dengan senyum menenangkan.
Setidaknya setelah menikah dengan Vinda, batin Dave.
Renita yang mendengar langsung mengangguk senang. Dave yang melihat mamanya sudah merasa baikan langsung tersenyum senang. Dia juga tidak berusaha mengelak dan menyalahkan apa yang dikatakan tetangganya karena memang Micahel seperti itu. Namun, itu adalah dulu. Sekarang Michael sudah menjadi pria baik-baik dan tidak pernah melakukan kejahatan seperti sebelumnya.
Michael, ternyata reputasimu memang sudah hancur sejak dulu, bahkan dikalangan ibu-ibu, batin Dave sembari melanjutkan sarapannya.
*****
Sesudah sarapan, Dave langsung melajukan mobilnya menuju kantor. Hanya butuh lima belas menit sampai akhirnya dia sampai di kantor karena jarak rumah yang begitu dekat. Ditambah dengan jalanan sepi karena dia sengaja memilih perumahan di bagian dalam dan bukan tepat di depan jalan raya. Tujuannya agar mamanya merasa nyaman dan tidak terlalu bising.
Dave keluar dari mobil dan segera masuk. Dia masih bekerja di perusahaan Michael. Bedanya saat ini dia sudah menjabat sebagai manajer marketing. Dave cukup bersyukur dengan kebaikan Michael dan tentu saja Vinda yang saat itu ambil alih untuk membantunya.
Dave hendak masuk ketika sebuah panggilan menghentikan langkahnya.
“Dave.”
Dave langsung menengok dan menatap Michael tengah melangkah bersama seorang anak kecil yang menatapnya dingin. “Hai, Ael. Ada apa?” tanya Dave dengan kening berkerut karena Michael tampak tergesa-gesa.
Dave menatap Michael yang sudah berdiri di depanya dan tersenyum menatap anak laki-laki di sebelah atasannya. “Pagi, Mikail,” sapa Dave dengan tangan mengepal yang sudah dijulurkan.
Mikail, anak pertama dari Michael dan Vinda tersebut langsung melakukan hal yang sama dan meninjukan pelan kepalan mereka. “Pagi juga, uncle,” jawab Mikail tanpa ekpresi.
Dave mengabaikan Mikail dan kembali fokus dengan Michael yang masih menatapnya. “Ada apa? Ada masalah?” tanya Dave penasaran.
“Apa hari ini kamu ada jadwal rapat?” tanya Michael dengan wajah khawatir.
“Tidak. Aku hari ini lumayan senggang karena memang sudah diselesaikan kemarin. Hanya sedikit tugas yang harus dikerjakan,” jawab Dave penasaran. Memangnya kenapa dengan jadwalnya?
Michael yang mendengar bernapas lega. “Syukurlah. Aku ada rapat pagi ini dan aku tidak tega meninggalkan Mikail di ruanganku sendiri. Jadi, bisa aku titip dia sebentar?” tanya Michael dengan mata memohon, “Vinda sedang menemani mamaku berbelanja. Sebentar lagi dia akan datang.”
“Dad, Mikail bisa di tunggu diruangan. Nanti ketika Moms datang, Mikail bisa bersama dengannya. Mikail hanya akan diam menunggu saja,” protes Mikail dengan wajah tidak suka.
“No. Kamu gak boleh sendiri. Kamu ikut Om Dave atau Dad....”
“Oke,” putus Mikail singkat.
Dave yang melihat hanya diam. “Baiklah. Aku akan menjaganya,” putus Dave membuat Michael lega.
“Terima kasih,” ucap Michael yang langsung berlari.
Dave yang melihat atasannya sudah menjauh langsung mengajak Mikail masuk ke ruangan. Mereka sudah dekat sejak Mikail masih kecil, itu sebabnya bocah berusia hampir enam tahun tersebut tidak banyak permintaan ketika ditinggalkan bersama dengannya. Karena Mikail tipe pemilih dan Dave tahu itu.
*****
Sudah dua jam sejak Mikail ditinggalkan di ruangan Dave. Dave hanya sibuk dengan pekerjaannya dan sesekali melirik Mikail yang masih diam di sofa ruangannya. Jemarinya tidak henti memainkan ponselnya dan mata yang menatap lekat. Tidak ada ekspresi sama sekali. Dave berpikir, apa selama mengandung, Vinda merasa tidak bahagia? Sampai anak yang dilahirkannya minim ekspresi.
“Om, kerjaannya sudah selesai?” tanya Mikail dengan mata yang tidak lepas dari gadget-nya.
Dave yang ditegus masih menatap cuek ke arah Mikail. “Tinggal sebentar lagi. Kenapa? Kamu lapar?”
“Tidak. Hanya saja, kalau belum selesai kenapa malah lihatin Mikail terus. Lebih baik Om Dave kerjakan saja tugasnya,” jelas Mikail dengan suara datar.
Dave yang mendengar hanya tertawa kecil mendengar ucapan Mikail. Dia baru saja diceramahi bocah yang bahkan belum genap berusia enam tahun. Menyadari hal tersebut membuat Dave menggeleng tidak percaya. Dia selalu merasa salah ketika berhadapan dengan Mikail. Dia merasa sifat Michael sudah menurun kepada anaknya.
“Kenapa kamu tidak ikut sama Moms kamu?” tanya Dave dengan rasa penasaran karena biasanya Mikail tidak pernah berpisah lama dari Vinda.
Mikail menghentikan gerakannya dan menatap Dave dengan pandangan dingin. “Om, akan lebih baik kalau pekerjaannya diselesaikan terlebih dahulu, baru boleh tanya-tanya. Dari pada nanti kena marah Dad Ael,” tegur Mikail dengan wajah tanpa ekspresi.
Dave menggeleng kepala heran. “Dasar, keturunan Michael. Benar-benar minim ekpresi,” gumam Dave sembari mengulum senyum
*****
💞💞💞💞
Selamat natal untuk semua yang merayakan. Semoga berkah natal kali ini bsia menjadi berkah kita semua.
Selamat membaca sayang-sayangkuh. Jangan lupa tinggalkan like, comment, tambah ke daftar favorit, vote dan follow Kim.
Jangan lupa juga, baca cerita Kim yang lain berjudul Wedding With My Lecturer. Jangan lupa tinggalkan like, comment, tambah ke daftar favorit, vote.
Baca juga Wedding Drama ya. Akan ada Give Away setelah extra part diupdate.
Untuk info lebih lanjut silahkan follow instagram Kim ya. @kimm.meili.
See you again sayang-sayangkuh
💞💞💞💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Rita
senyum2 donk anak kcl scra g sadar ngatur orang dewasa
2023-04-02
0
Yuni Verro
minim ekpresi
2022-06-22
0
~¥^D^~
masih lanjut
2021-06-27
0