Takdir

Eirene menghadang dengan sengaja akses jalan untuk seseorang yang sedang berusaha menghindarinya, setelah apa yang sudah dia lakukan sepertinya sangat sebanding dengan penghindaran ini.

Eirene menahan tangan seseorang itu dan langsung dilepaskan secara kasar didetik berikutnya.

“Gue pengen ngomong sama lo, berdua doang"

Seseorang itu mendongak, menatap Eirene tidak percaya, apa semua luka yang sudah diberikan Eirene masih belum cukup juga? Apakah gadis itu belum juga puas menghancurkannya sampai seperti orang yang tidak pantas lagi menikmati hidup?

Sebenarnya jauh dalam lubuk hatinya yang terdalam ada sebuah ketakutan tersendiri dihati orang ini, bukan untuk setiap luka yang pernah di berikan Eirene tapi lebih kepada ketakutan yang besar untuk sesuatu yang dimilikinya sekarang.

“Abell Please, ini nggak akan lama”

Hana Belle mendengus, “ Ok, 5 menit cukupkan?”

“Sepertinya”

...****************...

Sakala berkeringat hebat, dia juga merasakan tenggorokannya kering. Kamar Hana Belle sepertinya perlu dilakukan renovasi besar-besaran.

Atau apakah lebih baik dia membelikan rumah baru untuk mama mertua dan adik iparnya ini? Rumah yang dekat dengan rumah mereka tentu saja.

Sambil menimbang-nimbang ide yang baru saja muncul dikepalanya, Sakala memutuskan untuk turun kebawah, dan mencari sesuatu didalam kulkas yang bisa melegakan tenggorokannya.

Saat menuruni tangga kecil rumah ini, Sakala menangkap suara-suara aneh namun terasa begitu familiar di telinganya, pria itu mempercepat langkahnya dan langsung terperanjat kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang.

...****************...

Dimas Anthoni memeluk wanita setengah abad yang sudah seperti ibunya sendiri, saat dia memutuskan mengejar cita-citanya sebagai seorang dokter ke Jakarta wanita inilah yang seniantiasa menyemangatinya.

Wanita ini yang meminta ijin ibunya untuk membiarkan Dimas menggapai apa yang dia impikan meski harus keluar dari daratan nyiur melambai dan menuju jantung Indonesia. Jakarta.

Wanita ini adalah wanita yang sangat dia sayanginya, setelah ibunya dan Hana Belle.

"Lama nda baku dapa, kita so rindu skali"

Dimas berbisik menggunakan bahasa daerah Manado, tempat wanita pertengahan 60-an itu lahir dan tumbuh dewasa sebelum bertemu dengan ayah Hana Belle dan kemudian menikah.

Nyona Kafie, mengulurkan tangan mengelus punggung pria yang sudah dianggapnya sebagai putranya. Pria yang besar bersama anak gadis dan anak bungsu laki-lakinya.

Pria yang juga sangat berarti untuknya. Walau sempat membenci Dimas karena sudah dengan kejam meninggalkan Hana Belle dengan cara seperti itu, wanita ini tahu kalau sebenarnya pria ini tidak sepenuhnya menginginkan hal itu.

Dia adalah saksi hidup tentang kasih sayang Hana Belle dan Dimas.

"Hei anak kumabal apa kau makan dengan baik? Kau terlihat kurus sekarang. Dan apa pekerjaanmu baik- baik saja?”

Dimas mengangguk, air mata yang ingin dia tahan mengalir begitu saja, demi apapun dia ternyata sangat merindukan perhatian ini, perhatian dari wanita ini.

“Baguslah kalau begitu, aku lega sekarang. Mama pe nyong ini ternyata baik-baik saja”

Moment mengharukan itu harus tercemar dengan suara deheman yang sengaja dibuat-buat oleh lelaki tinggi yang sudah berdiri tidak jauh dari Dimas dan nyonya Kafie.

“ekheeemmm…. mama, apakah kita kedatangan tamu?”

Anike mengurai pelukannnya dengan Dimas, dia menyempatkan diri untuk menghapus sisa-sisa air matanya kemudian menatap pria yang sedang berdiri dengan tangan yang dilipat didepan dada, menatap Dimas dengan tatapan tidak suka yang tidak di tutup-tutupi.

“akh.. Sakala, ini.. mama pe Dimas datang berkunjung kesini”

Dimas tersenyum kearah Sakala “Hallo" Sapa pria itu mencoba akrab.

“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Sakala jutek.

Dimas merangkul nyonya Kafie “aku merindukan mama Anie, dan juga suasana dirumah ini.”

Sakala baru akan mengeluarkan bantahannya, tapi Ben Yamin Kafie tiba-tiba muncul setengah berlari dari belakangnya kemudian langsung memeluk Dimas erat.

“Mas Dim.... aku sangat membencimu tapi aku juga sangat merindukanmu!!!”

Sakala melonggo tidak percaya.

...****************...

Hana Belle menerima segelas capuchino yang diberikan Eirene. Gadis dengan surai berwarna cokelat madu itu kemudian mengokohkan diri disamping Hana Belle.

Disinilah mereka di taman kota, menatap sebuah titik entah apa di depan mereka.

"Maaf….”

Suara parau Eirene membuat Hana Belle yang sedang meneguk capuchino nya, otomatis berhenti.

“I'm so sorry, Abell, gue benar-benar minta maaf untuk semua yang sudah gue lakuin sama lo.”

Lewat sudut mata Hana Belle bisa melihat si cantik itu tersenyum miris.

“Bahkan sampai akhirpun gue masih aja pengen lo hancur”

Hana Belle mengigit bibirnya, setiap luka yang dia dapatkan dari Eirene seperti terpampang jelas dimatanya sekarang.

"Gue mungkin nggak akan bisa di maaf'in, tapi… apa boleh gue menerima hukuman gue? Apa bisa gue menjaga mas Dim seumur hidup?”

Hana Belle menatap Eirene, mata gadis itu berair dan baru dia sadari juga kalau matanya mengalami hal yang sama.

”Rene… ”

Eirene tersenyum pahit, air matanya jatuh semakin banyak tanpa bisa di cegah.

“Awalnya hanya pengen lo hancur, awalnya karena ingin dapetin lebih banyak perhatian, awalnya karena nggak mau liat lo bahagia"

"Karena nggak mau lo dapetin apa yang paling lo pengen. Dan awalnya semua itu terasa berat dan menyakitkan.” Eirene menerawang,

“Pria itu sangat terluka, dia menghabiskan hari-harinya tanpa semangat, dia bahkan marah besar sama gue karena sudah lancang mengutak- atik apartemennya”

Hana Belle hampir meremas paper cup ditangannya, saat itu dia juga merasakan hal yang sama, terpuruk begitu dalam seakan tidak ada jalan keluar sama sekali, tapi saat itu dia tidak tahu kalau Dimas Anthoni juga seperti dirinya.

Yang dia tahu pria itu hidup bahagia dengan gadis yang dipilihnya.

“Di resto itu, yang gue ceritain adalah kebalikannya. Gue memang sangat mengerikan bukan? Gue bahkan dengan sengaja biar'in kalian menderita karena keegoisan gue.”

Hana Belle membalikkan badan memusatkan pandangannya pada Eirene.

“Sebenarnya apa yang buat lo begitu iri ? Apa yang sudah gue lakuin sampai lo sebegitu ingin hancurin gue? lo punya segalanya, lo bahkan bisa punya sebuah planet dan merubahnya dengan nama sendiri kalau lo minta. Tapi kenapa? Kenapa lo lakuin semua itu sama gue?” Sebuah pertanyaan yang selalu menghantuinya akhirnya meluncur dari mulut Hana Belle.

Eirene menghembuskan nafas,

“Karena gue memang nggak pernah bisa memiliki kebahagiaan lo seberapa kalipun gue mencoba hancurin lo sampai titik terendah sekalipun, lo tetap masih bisa tersenyum tulus seperti itu. Dan juga memang ada satu hal yang sampai mati pun akan selalu membuat gue iri sama lo”

“Lo gila Rene? Nggak ada yang harus lo…”

“Pelukan dan kasih sayang seorang mama, gue nggak pernah ngerasainnya. Lo tahu kan nyokab gue meninggal saat ngelahirin gue?" Eirene dengan cepat memotong ucapan Hana Belle.

"Papa dan kak Eureno memang sayang banget sama gue, tapi sayang yang terlihat kayak khawatir'in gue, nanya kabar gue, semua hal itu hanya dilakuin sama Sakala. Tapi…. Entah kenapa saat Dimas yang melakukan hal itu, gue justru sangat suka”

Gadis itu tersenyum miris, sebelum dia kembali berucap.“mungkin hal itu juga pengaruh dari obsesi gue untuk melihat lo hancur”

Sekali lagi Eirene menghembuskan nafas, berusaha memberikan udara untuk rongga dadanya yang terasa sesak sejak tadi. “dia sering menyebut nama lo saat dia mengingau, bahkan saat gue merasa dia sudah masuk dalam genggaman. Beneran, nggak ada yang lebih nyakit'in dari itu”

“I Know, seberapa keras usaha gue, kenangan-kenangan kalian nggak akan dengan mudah dilupain. Kalian tumbuh besar bersama, melewati tahun-tahun kehidupan kalian bersama….” Eirene menghentikan ucapannya saat melihat Hana Belle tersenyum.

Hana Belle menatap Eirene tepat di manik mata “dia memang pria yang sangat special untuk buat gue, dan sampai kapanpun akan tetap seperti itu. Tapi… setelah semua yang sudah terjadi akhir-akhir ini, gue mulai bisa menyadari sesuatu”

Gadis mungil ini juga menarik nafas, mengisi seluruh rongga dadanya dengan oksigen “gue dan mas Dim memang nggak ditakdirkan bersama. Kami terlalu sama dan kami sudah terlalu saling memahami sehingga rasanya semuanya terlalu sempurna. Bukankah Tuhan itu adil? Dia akan memberikan sesuatu yang berbeda untuk saling melengkapi kekurangan. Lo bilang lo butuh dia kan? “

Hana Belle menepuk punggung tangan Eirene lembut “gue menyerahkan mas Dim sama lo, untuk lo jaga”

Eirene tersenyum sebuah senyum yang murni, gadis ini tiba-tiba merasa begitu lega, seperti beban yang selama ini menindih dadanya terangkat, sehingga menyisahkan ruang untuknya bernafas dengan benar sekarang.

"Belle.....”

Hana Belle menghentikan langkahnya, dia kemudian berbalik menatap Eirene yang masih duduk di bangku taman.

“Lo juga akan menjaga Sakala dengan baik kan? Dia terlalu baik buat gue, jadi gue akan serahin dia sama lo”

“Gue memang nggak ada rencana mengembalikan Saka sama lo tuh”

Setelah mengatakan hal itu, Hana Belle segera melangkah pergi, meninggalkan Eirene yang menatap punggung mungil itu sampai benar-benar menghilang dari pandangannya.

Ada sesuatu yang melegahkan di hati keduanya sekarang, mereka sudah membuka hati untuk saling memaafkaan. Dan juga sudah membuka hati untuk menerima takdir yang diberikan pada mereka masing-masing.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!