Destiny
"impian terbesarku saat ini, adalah menjadi istri Dimas Anthony"
Eirene membuka mata dengan nafas memburu. Keringat dingin sudah membasahi pelipis dan hampir seluruh tubuhnya.
Untuk kesekian kalinya dia harus mengalami mimpi buruk.
Kilasan mimpi buruk untuk seorang Eirene Hartono adalah ekspresi dan nada kebahagiaan dari seorang Hana Belle Kafie.
Gadis cantik itu meremas selimut tebalnya.
"Tidak boleh!! Kau tidak boleh memiliki dia. Kau tidak aku ijinkan untuk boleh merasa lebih bahagia dariku, Hana Belle Kafie,"
...****************...
Next day.
@The Sultan hotel
Jl. Gatot Subroto, RT.2/RW.1, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Pusat, DKI Jakarta
"Apa kalian sudah memikirkan tanggal pernikahan? Lakukan secepatnya. Aku tidak ingin menunggu terlalu lama." Suara berat Basuki Atmadja terdengar.
Eirene memutar bola mata, dia tidak pernah suka dengan pembicaraan ini.
Sementara pria disampingnya Sakala Atmadja berusaha menutupi rasa bahagia dan gugupnya dengan terus menyantap makanannya.
Tidak ada yang spesial, lihat saja hari yang seharusnya menjadi spesial untuk mereka malah di minta untuk ditentukan dan di persiapkan sendiri.
Kedua orang tua hanya tahu satu hal, kesempurnaan. Mereka pasti berpikir Uang yang akan mereka curahkan sudah lebih dari cukup.
"Rene, cepat menikah dan berikan papa cucu yang cantik dan tampan dari kalian"
Sakala membungkuk hormat kearah calon ayah mertuanya. Jantung pria itu berdetak menggila karena bahagia. Baginya tidak ada kebahagiaan yang lain selain menikah dengan gadis bernama Eirene Hartono.
Ini merupakan impiannya sejak Lama,
Tidak ada yang dia inginkan didunia ini selain menjadikan Eirene miliknya, seutuhnya.
Eirene menghembuskan panjang, baginya saat ini tidak ada yang lebih penting selain mengejar sesuatu yang menjadi kebahagiaan seseorang yang menjadi sahabat sekaligus saingan terberatnya. Hana Belle.
.............
@Tugu Monas,
Jakarta.
Hatchi......
Hana Belle mengusap hidungnya, ini merupakan bersin keenam sejak tadi.
Dimas tersenyum lembut, menarik Hana Belle mendekat kemudian mengusap-usap tangan gadis itu bersama tangannya.
"Kamu kedinginan?"
Gadis itu menggeleng, "aku tidak pernah merasa kedinginan kalo sama kamu, mas Dim" cicitnya malu-malu.
Dimas tersenyum, menampilkan eyesmile yang membuat pria itu semakin mempesona "oh ya ya ya, kalau begitu apa yang buat kau bersin-bersin begini ehm?"
Hana Belle menengadah, terlihat sedang berpikir keras "ada yang mengingatku, mungkin" tebaknya, sedikit yakin.
Dimas memajukan wajah, mendekat kewajah Hana Belle. Jarak mereka hanya tinggal beberapa centi sampai pria ini bisa melihat dengan jelas guratan-guratan halus dimata gadis mungil ini. Mata favoritnya.
"Atas dasar apa mereka mengingatmu hmm??"
Hana Belle menahan debaran jantungnya yang menggila. Dia sudah bersama pria ini sejak masih kecil, bahkan bisa dibilang sepanjang hidupnya didunia. Satu-satunya pria yang paling dikenalnya dengan baik adalah Dimas Anthoni Walukow --- Papa dan Ben Yamin adiknya tentu adalah pengecualian---.
Tapi meskipun begitu sampai detik ini pun dia tetap saja jatuh dalam pesona seorang Dimas Anthoni. Jantungnya tetap saja berdebar dari batas normal, aliran darahnya tetap berdesir membuat rona di pipinya, dan juga seperti ada ribuan kupu-kupu yang berterbangan didalam perut, sungguh suatu perasaan yang aneh tapi menyenangkan.
Dengan sekuat tenaga Hana belle mati-matian menekan rasa gugupnya, dia kemudian menatap Dimas, "apa mungkin karena aku terlalu manis Mas Dim?"
...----------------...
Next day
@Kios Ben
Jalan Boulevard Raya Blok TA II Nomor 33-34, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dimas tersenyum, melihat gadis mungil yang bergerak begitu lincah melayani para pelanggan. Padahal ada pegawai yang sudah digaji untuk melakukannya, tapi gadis itu selalu membantu tanpa mengeluh.
Disinilah dia sekarang, sehabis menyelesaikan praktek kerjanya dirumah sakit, Dimas duduk manis menunggu Hana Belle selesai membantu pekerjaan ibunya di kedai makanan ini.
Sebenarnya ada perasaan khawatir, memikirkan tubuh gadis itu pasti kelelahan. Hana Belle menghabiskan waktunya sebagai seorang editor di sebuah majalah terkenal di Jakarta dan saat pulang kantor gadis ini tetap mengisinya dengan membantu ibunya mengelolah rumah makan khas Manado milik mereka.
"Sorry mas Dim, pesananmu telat" Hana Belle meletakkan rahang tuna bakar yang masih mengepulkan asap didepan Dimas.
Pria itu langsung teringat dengan perkataan mama Hana Belle beberapa hari yang lalu.
"Mas Dim. Apa mama Anni boleh minta bantuan?"
"bantuan apa ma? Aku pasti akan membantu sebisaku."
"Mama tahu kamu pasti bisa, karena mama tidak bisa mempercayakannya pada orang lain selain padamu"
"Apa itu?"
"Menikahlah dengan Hana Belle. Jaga putri ku itu dengan baik. Dia sangat menyukaimu, aku tahu kau juga memiliki rasa yang sama kan?"
"Hei... hallo mas Dim? Kamu marah yah? Sorry deh, kamu lihat sendiri kan aku......"
"Apa kamu nggak capek? Kamu baru aja pulang dari kantor dan langsung kesini. Kamu bisa sakit kalau begini terus" Suara Dimas memotong ucapan Hana. Terselip rasa khawatir dan sedikit emosi disetiap nada yang keluar dari mulut pria itu.
Hana Belle mematung sesaat, tapi didetik berikutnya gadis itu langsung senyam-senyum.
"Nggak apa-apa kok, bukannya kalau aku sakit, ada dokter yang akan merawatku?" katanya dengan nada menggoda.
Dimas memutar bola mata "Aku seorang dokter anak"
"Tapi, kau dulunya dokter umum yang kemudian mengambil jurusan spesialis dokter anak"
"Hebat sekali! Kamu memang suka sekali bantahin kata-kataku" tatapan Dimas tiba-tiba berubah serius.
Dia mengatur nafas untuk berani memulai sesuatu yang lebih mendalam untuk hubungannya dengan Hana Belle.
"Ayo kita menikah. Dengan begitu aku bisa jaga kamu sepanjang hidup aku. Aku memang nggak bisa janjiin kemewahan, tapi aku menjanjikan seluruh cinta ini hanya buat kamu seorang"
...****************...
.......
@Four season hotel, Jakarta Selatan.
Sakala menekuk salah satu lututnya, berlutut bak seorang pangeran yang melamar tuan putri.
Gadis berambut cokelat madu terlihat sedikit kaget melihat sebuah kotak kecil dengan cincin bertabur berlian yang sangat cantik.
Suasana tempat mereka sekarang sangatlah mendukung, kelap-kelip lampu ruangan juga alunan irama piano menambah kesan romantisme yang luar biasa.
"Eirene Hartono, will you marry me?"
Gadis bernama Eirene itu menelan ludah, tidak ada yang bisa menolak pesona seorang Sakala Agung Atmadja . Semua kesempurnaan sudah melekat di raga dan kepribadian pria itu.
Dianugerahkan wajah yang tampan, postur tubuh yang menjulang dan yang melengkapi semua kesempurnaan itu adalah statusnya sebagai pewaris tunggal Indomadja corporation. Perusahaan yang memproduksi polyethylene terephthalate (PET) dan bisnis petrokimia lainnya.
Mungkin Eirene-lah yang akan mendapat cap bodoh dan tidak waras kalau sampai menolak pria ini.
"Aku......"
"I promise, can make you happy, make you my priority. Always protect you and loving you till end the my life"
...****************...
.......
Next day
@ Waroeng Westren
Jl. KH. Syahdan No. 36C (Sebelah The Cortado), Palmerah, Jakarta Barat
"Menurut lo gimana?"
Eirene menunjukkan sebuah cincin bertabur berlian yang sangat cantik melekat dijari manisnya. Kalau boleh jujur, sebenarnya tidak ada rasa bahagia yang memuncah didada seperti yang seharusnya saat Sakala memasukkan benda keramat itu dijari manisnya.
Kebahagiaan terbesarnya selama ini, adalah bisa lebih unggul dari Hana Belle. Sebuah obsesi tidak mendasarnya sejak dulu.
Eirene tidak tahu dari sejak kapan ini bermula, tapi inilah dia, gadis yang sangat terobsebsi menggagalkan semua kebahagiaan milik Hana Belle kafie.
Gadis ini masih ingat dengan jelas bagaimana dia tersenyum bahagia saat melihat Hana Belle menangis karena gagal masuk sebagai perawat saat melewati tesnya, padahal itu adalah keinginan terbesar Hana Belle saat itu. Menjadi perawat untuk bisa mendampingi Dimas yang adalah seorang dokter.
Atau bagaimana gadis mungil itu harus menelan mentah-mentah impiannya menjadi seorang penyanyi.
Jawabannya hanya satu. Eirene Hartono adalah dalang utama dibalik semua kegagalan itu.
Entah kenapa Tangisan dan kesedihan Hana Belle adalah sebuah kepuasan tersendiri untuk seorang Eirene Hartono.
Hana Belle terpana melihat betapa cantiknya cincin berlian yang berkilau saat ditempa cahaya lampu. Didetik berikutnya Gadis itu tersenyum, kemudian memeluk Eirene yang selalu dia anggap sebagai sahabat terbaiknya dengan segala ketulusannya.
"Selamat yah Rene. Lo bakal nikah sama tunangan lo itu? Kalian pasti akan menjadi pasangan yang paling serasi. Dia pasti tampan dan lo itu cantik banget. Anak-anak kalian pasti akan sangat mempesona nantinya"
Eirene membeku, ini tidak seperti yang dia harapkan. Reaksi yang dia inginkan dari gadis yang sedang memeluknya ini bukan seperti ini.
Seharusnya Hana Belle beraksi lain. Gadis itu seharusnya Menunjukkan rasa iri karena Eirene telah dilamar oleh seorang pria sempurna dengan cincin yang bertabur berlian dan hanya ada satu-satunya didunia.
"Lo....ng..ngak...."
Hana Belle menunjukkan cincin emas putih yang jauh lebih sederhana melingkar dijari manisnya.
"Mas Dim masangin ini semalam" Hana Belle menatap cincin itu dengan binar kebahagiaan dari matanya,
"Memang bukan cincin mahal seperti punya lo, tapi gue merasa memiliki seluruh dunia saat mas Dim lamar gue dan ingin jadiin gue sebagai pendamping hidupnya. Lo tahu kan Rene? Gue udah menunggu selama bertahun-tahun untuk kebahagiaan ini"
Eirene tanpa sadar mengeraskan rahang, meremas kedua tangannya. Kekalahan menjalar dengan cepat diseluruh tubuhnya. Kenapa takdir selalu tidak bisa berpihak padanya? Kenapa takdir seakan selalu menomor satu kan Hana Belle? Tapi biar bagaimanapun Eirene tidak akan kalah, ia tidak akan mau kalah.
...****************...
3 Bulan kemudian
H-14 Dimas - Hana Belle Wedding..
Eirene meremas tali tas caking bermerk Celine, tas kesayangan yang menggantung dibahu. Dia menatap pintu apartemen bernomor 115 didepannya.
Dia pernah berkunjung kesini beberapa kali tapi tidak pernah sendiri. Ini kali pertama untuknya berkunjung di tempat ini sendiri tanpa Hana Belle.
Gadis dengan rambut berwarna colelat madu ini mengulurkan tangan menekan bel berkali-kali.
Pintu cokelat itu terbuka, seorang pria tampan dengan rambut yg masih basah dan acak-acakan timbul dari balik pintu.
Eirene terpana beberapa saat, ini kali pertama dia melihat sosok itu dalam kondisi begini. Didetik berikutnya gadis ini segera menarik kedua sudut bibirnya ke atas membentuk senyuman.
"Halo mas Dim, apa kabar?"
Dimas agak kaget dengan kedatangan Eirene, dia memastikan lagi apakah ada Hana Belle bersama gadis ini. Tapi sepertinya Eirene hanya datang seorang diri.
Dimas segera mempersilahkan Eirene untuk masuk.
"Maaf banget Eirene. Ini agak berantakan. Saya sibuk, dua minggu lagi pernikahan saya dan Hana Belle"
Eirene mengangguk paham "Aku ngerti kok, mas Dim. Santai aja" gadis ini menarik dan dengan cepat menghembuskan nafas, dia kemudian segera mengangkat tas jinjing ditangannya yang berisi makanan dan minuman ringan.
"Mas Dim, ayo raya'in pesta bujang kamu"
...****************...
Dimas perlahan membuka mata, mengerjabkan mata menyesuaikan dengan cahaya yang masuk kedalam pupil mata. Mata pria ini membulat saat menyadari sesuatu, menyadari kalau saat ini dia tidak menggunakan sehelai benangpun.
Rasa takut mulai menjalar disetiap inci tubuhnya, saat sadar kalau disampingnya sedang terlelap seorang gadis dengan rambut berwarna cokelat madu dengan keadaan tubuh yang sama dengannya.
Dimas mengucek matanya berkali-kali. Memastikan lagi kalau dia tidak salah lihat. Dan jawabannya tetap sama. Gadis yang sedang terlelap disampingnya itu nyata, bukan sebuah fatamorgana. Dan gadis itu bukanlah gadisnya.
"Ei..rene....apa yang sudah kita lakuin?!"
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments