Tidak sama

Next day

@Sakala House

Pondok Indah, Jakarta selatan

06:30 am

Hana Belle meletakkan roti isi yang baru saja selesai dibuatnya di depan Sakala, sebenarnya gadis ini merasa sedikit canggung dengan keadaan ini.

Dan sama sekali tidak menyangka akan memasak sarapan pertama kali setelah menyandang status sebagai seorang istri.

Hanya saja, marga yang disematkan pada namanya bukanlah marga yang selama hampir puluhan tahun dia bisikan di dalam setiap doanya.

Statusnya memang sudah berubah menjadi seorang nyonya, tapi dengan marga Atmadja.

Dan rasanya aneh saat menyadari suatu kenyataan baru dihidupnya kalau mulai saat ini, pria bernama Sakala Atmadja itu, yang mulai sekarang akan menjadi orang pertama yang akan dilihatnya dipagi hari sekaligus menjadi orang terakhir yang akan dilihatnya saat akan menutup mata di malam hari.

Gadis ini merasakan wajahnya panas saat tiba-tiba kilasan - kilasan kejadian semalam melintas diotaknya. Kejadian yang seharusnya wajar untuk sepasang pengantin baru.

Sakala melirik Hana Belle yang tampak tidak nyaman, dia kemudian menghembuskan nafas berat.

Sedikit kesal sebenarnya dengan penolakan gadis itu semalam. Pria ini berdehem, membuat sepasang mata milik gadis mungil itu menatapnya.

Sakala malah jadi salah tingkah sekarang “ekhm…. Begini….kita…semalam….”

“Saya mengerti. Apa yang terjadi semalam itu adalah hal yang seharusnya terjadi. “ Dengan cepat Hana Belle memotong ucapan Sakala, membuat pria itu mengerutkan kening.

Semalam Hana Belle sudah memikirkan semuanya, sebagai wanita yang sudah berusia hampir kepala tiga dia sudah lumayan banyak tahu mengenai malam pertama pengantin. Meski selama ini hanya berdasarkan teori semata.

Menikah artinya kalian tidak bisa menghindari hubungan ke arah yang lebih intim bukan?

“Tapi, Sakala Atmadja......"

"Sakala aja, atau panggil senyamannya kamu aja" Potong Sakala tegas sehingga buat gadis mungil itu menganguk.

"Saya sepertinya membutuhkan waktu untuk masuk dalam tahap itu. Bisakah anda menunggu?”

...****************...

Beberapa hari kemudian...

@Dimas apartement

Kuningan, Jakarta selatan

06:30 am

Dimas menatap meja makan yang sudah tersaji dengan beberapa menu sarapan. Dia mengedarkan pandangan mencari sosok berambut pirang itu, dan langsung mendapat suatu kesimpulan kalau gadis itu tidak ada di mana-mana-- didalam apartemen ini--.

Dimas melirik jam antik dari ukiran kayu yang berdiri begitu angkuh di sudut ruangan, mendapatkan sebuah informasi dari sana kalau ini masih terlalu pagi, untuk seorang wanita bersuami keluar rumah.

Pria itu menghembuskan nafas, memutuskan untuk duduk dan menikmati sarapan yang sudah tersaji didepannya.

Sarapan dari istana keluarga Hartono lagi, karena sejak menjadi menantu keluarga kaya itu Dimas tidak perlu takut akan kelaparan.

Semua keperluan jasmani mereka selalu dipenuhi pihak sana, apalagi setelah kasus percobaan bunuh diri Eirene tempo hari. Sang ayah mertua yang memintanya secara langsung untuk menginjinkan keluarga Hartono mengirim makanan ke apartemen mereka.

Dan Dimas tidak bisa menolak permintaan itu, lagipula dari pada menerima permintaan untuk pindah dari apartemen yang adalah hasil jerih payahnya ini, pilihan yang jauh lebih baik adalah hanya menerima bantuan pangan dari sang ayah mertua.

Lagipula dia juga tidak bisa memaksa seorang tuan putri Hartono memasak makanan untuknya, Eirene tidak terbiasa dengan dapur apalagi alat masak.

Gadis bak putri kerajaan yang keluar dari cerita negeri dongeng ke dunia nyata itu, sudah selayaknya menjadi tuan putri saja.

Entah Dimas harus bersyukur atau marah dengan keadaan ini, keadaan yang sebenarnya membuat dia merasa tidak berguna sebagai kepala rumah tangga, karena kebutuhan dia dan istrinya malah ditanggung oleh keluarga dari pihak mertuanya.

Otak pria ini kemudian berusaha mencari suatu pembenaran kemana gadis itu akan pergi di hari yang masih sepagi ini?

Setelah beberapa saat berpikir, sebuah kesimpulan positive muncul di kepala, membuat pria ini merasa sedikit lega.

“Istana Hartono. Eirene itu nggak bisa bernafas dengan benar kalau nggak melihat papa dan kakaknya kan?”

Dimas akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan yang dia buat sendiri. Sebuah keputusan untuk menyusul Eirene ke sana, juga langsung terlintas diotaknya. Kebetulan ini hari liburnya juga, bersilahturahmi kepada ayah mertua dan kakak ipar sepertinya bukan hal yang buruk.

……

@Indomadja Corp

10:30am

Sakala tidak bisa berhenti tersenyum, perkataan Hana Belle saat sarapan tadi terus terngiang-ngiang diotaknya. Merasa betapa gadis itu sangat menggemaskan.

Bagaimana bisa di dunia sekarang ini ada seorang gadis meminta suaminya untuk menunggu? Yah..… gadis itu memang berbeda. Dan Sakala menyadari hal itu sejak awal.

Pria ini tersadar dari lamunannya saat suara deheman Dinan menyadarkannya. Sakala gantian berdehem kemudian memperbaiki posisinya.

Dinan tersenyum, untuk pertama kalinya melihat senyum yang benar-benar bahagia dari direkturnya ini, dan untuk pertama kalinya juga melihat sisi manusiawi pria dingin itu.

“Cuaca benar-benar cerah yah? Kecerahannya bahkan mampu merubah atmosfir di ruangan ini”

“Kau bermaksud mengatakan dulu atmosfir di sini menyeramkan begitu?”

Senyuman fer Dinan semakin melebar, Sakala yang biasanya sedingin es itu bahkan terlihat salah tinggkah sekarang. selama bertahun- tahun berdiri di samping pria itu sebagai seorang sekertaris pribadi, ini adalah kali pertamanya melihat Sakala mencoba membela diri dengan nada bercanda seperti ini.

Ekspresi tuan muda Atmadja ini juga semakin banyak. Membuat Dinan tidak merasa menyesal karena membantu penuh pernikahan Sakala dengan Hana Belle.

Gadis itu nyatanya memberikan warna baru untuk Sakala. Setidaknya itulah yang bisa ditangkapnya sekarang diawal pernikahan mereka.

“Bang Saka, aku senang bisa melihatmu seperti ini”

Sakala mengerutkan kening “apa maksudnya?”

Sejak dulu, pria di depannya ini tidak pernah memanggilnya dengan sebutan ‘Bang’ atau panggilan akrab lainnya, walau sudah beberapa kali Sakala memintanya.

Sekarang mendengar Dinan memanggilnya seperti itu, Sakala merasa sudah melakukan suatu yang benar.

“Kau tersenyum, kau mengerti jokes kau melakukan sesuatu yang manusiawi…..”

Mata Sakala melebar sempurna, “Hei..Hei...hei..jadi maksudnya selama ini aku tidak manusiawi begitu?!”

Dinan menggelengkan kepalanya, merasa prihatin juga sedikit kesal.

“See? Kau bahkan menjadi begitu sensitive sekarang” ucap Dinan kemudian tertawa.

“Gadis itu merubahmu, tidakkah kau menyadarinya?”

Sakala mematung.

“Dan astagah pak Direktur, kenapa kau malah sudah masuk kerja hari ini? Seharusnya kau mengajaknya berbulan madu. Sebagai pengantin baru seharusnya kalian sedang melakukaan liburan”

Pria bermarga Atmadja itu menatap Dinan “Aku juga ingin melakukannya, tapi gadis itu memintaku menunggu. Menurutmu apa yang harus aku lakukan?”

...****************...

Sakala memandang buket mawar putih ditangannya, tiba-tiba merasa menyesal karena mendengarkan nasehat Fer Dinan tadi.

Pria itu menyuruhnya mengajak Hana Belle makan siang di luar sambil membawa bunga mawar ini sebagai kejutan untuk gadis itu. Tapi apakah ini tidak berlebihan?

Sakala ini menghembuskan nafas, tapi sekarang sudah terlambat untuk mundur.

pria itu merapihkan jasnya, bersiap berdiri dari kursi kebesarannya tapi gerakannya kemudian mendadak terhenti saat pintu ruangannya menjeblak terbuka buka, dan seperti sebuah mimpi gadis itu sekarang berdiri tepat didepannya.

...****************...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!