“Hari ini kalau mau pergi, kamu harus buat laporan dulu sama aku"
Eirene menatap Dimas dengan kening berkerut, aktifitasnya menyisir rambut terhenti saat pria yang baru saja keluar dari kamar mandi itu memberinya ultimatum.
"Maksudnya? Memangnya hubungan kita sedekat itu ya?" Tanya Eirene masih dengan raut wajah binggung.
Dimas berjalan mendekat, dia menatap Eirene yang juga sedang menatapnya lewat cermin besar di kamar mereka ini.
"Kita tidur satu ranjang yang sama, apa itu masih kurang dekat?"
Eirene memutar bola matanya jenggah, kemudian kembali menyisir rambut ikalnya. Percuma tidur seranjang tapi komunikasi diantara mereka tidak ada.
Pria itu menghembuskan nafas, sebelum berucap lagi,
"Mulai sekarang harus ijin dulu sama aku"
“Apa sih? Nggak jelas banget”
Dimas tidak peduli dengan reaksi Eirene yang terlihat tidak menggubris ucapannya sama sekali.
Dia akan terus mengultimatum gadis itu, dan membuat gadis itu tahu dan paham statusnya saat ini yang adalah istri orang.
"Mulai sekarang hanya ada aku laki-laki di hidup kamu. Kecuali papa dan kak Reno. Aku memang mungkin nggak sekaya si Atmadja itu, aku juga mungkin nggak bisa memenuhi semua keinginanmu tapi yang berstatus sebagai suamimu itu aku”
Dengan pedenya Dimas berkhotbah, sambil berkacak pinggang hanya dengan piyama handuk dan celana joger pendek yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
Eirene menghembuskan nafas, entah bagaimana sampai hubungan mereka bisa seperti ini.
Mereka yang tadinya ada perasaan asing, saling canggung, dan malu-malu kini mulai bisa terbiasa satu sama lain.
Mereka tidur diranjang yang sama, meski tidak ada lagi aktifitas intim sejak kejadian salah penyebutan nama di malam yang akan selalu diingat Eirene sampai dia mati.
Karena apartemen ini bukan apartemen yang besar, jadi tidak ada pilihan lain selain menekan ego masing-masing dan tetap tidur dalam satu ranjang yang sama.
Lagipula terlepas dari latar belakang pernikahan mereka yang tanpa cinta, mereka berdua sudah sah sebagai suami-istri di mata Tuhan dan manusia---meski hanya sebuah kebohongan semata----
Semua terjadi secara alami, sealami hati Eirene yang sekarang berubah lagi untuk mengembalikan apa yang sudah dia kacaukan.
Gadis ini berbalik menatap Dimas yang ikut menatapnya,
“Apa benar-benar nggak apa-apa seperti ini? Apa kamu akan baik-baik saja hidup sama aku?”
Dimas mematung di tempat.
...****************...
Eirene tersenyum kecut saat ingatannya kembali memutar kejadian tadi pagi, saat pria dingin diawal pernikahan tanpa cinta mereka itu memberinya ultimatum.
"Aku memang mungkin nggak sekaya si Atmadja itu, aku juga mungkin nggak bisa memenuhi semua keinginanmu tapi yang berstatus sebagai suamimu itu aku"
Gadis itu mendengus, membayangkan gaji seorang dokter spesialis anak di jaman sekarang, dan membadingkannya dengan ucapan pria itu bukankah terdengar seperti ejekan?
Dimas Anthoni memiliki penghasilan yang fanstastis dari profesinya, belum lagi dengan bisnis keluarganya yang saat ini dikelolah kakak laki-lakinya di Manado.
Apa pria itu pikir Eirene memilih menikah dengannya tanpa pertimbangan lebih dulu? Terlepas dari kedermawaan keluarga Hartono yang tidak bisa menutup mata atas keberlangsungan hidup putri bungsunya. Yang setiap hari mengirim masakan fresh ke kediaman Eirene dan suami, karena mengingat putri bungsu Hartono itu sejak kecil tidak pernah menyentuh alat masak dan sebangsanya.
Dipilihnya Dimas untuk rencana licik ini, jelas karena Eirene juga sudah memikirkan baik-buruknya terlebih dahulu.
Bisa dibilang kalau bukan Dimas, tentu saja gadis ini tidak akan mau. Oh come'on Eirene yang dibesarkan bak seorang putri ini, tentu saja tidak akan mau jika diajak untuk hidup susah.
Dimas adalah Doorprizenya.
Karena jika bisa diibaratkan dengan sesuatu, seorang Dimas Anthoni seperti sebuah serbuk berlian.
Selain visualnya yang tidak akan membuat malu jika diajak pergi ke arisan, profesi yang menjamin masa depan untuk anak cucu kelak juga sudah pria itu genggam.
Jadi kesimpulannya adalah melepas Sakala Atmadja untuk mengenggam Dimas Anthoni, jelas bukan pilihan buruk.
Meski memang kekayaan Sakala jauh, amat sangat jauh lebih banyak dari Dimas tapi setidaknya bersama Dimas, dia tidak akan merasa susah atau kepalaran.
Hari ini pria itu membuatnya sadar kalau Dimas Anthoni sedang mengupayakan balas dendam secara terselubung untuknya.
feeling-nya begitu kuat akan hal itu, dan dia tidak terlalu bodoh untuk tidak menyadarinya.
"Mari kita lihat sampai dimana hubungan ini akan berjalan" bisiknya pelan, dan segera menyalahkan mesin mobilnya, membawa Audi itu keluar dari pelataran parkir apartemen.
...****************...
@Kafie's House
Jakarta Timur
Sakala mengedarkan pandangannya pada ruangan yang tidak terlalu besar ini, ruangan yang dipenuhi buku juga beberapa berkas, ruangan yang sama sekali tidak mencerminkan kamar seorang wanita.
Hanya ada dua boneka beruang yang tergeletak menggenaskan di sudut ruangan, beberapa bedak dan alat make up yang juga tidak teratur di meja rias dan jangan ditanya keadaan tempat tidurnya.
Sakala bahkan tidak menemukan kata yang pas untuk menggambarkannya.
Pria ini menghembuskan nafas frustasi.
Dan setelah beberapa kali mempertimbangkannya dia mulai menyentuh beberapa benda diruangan pribadi milik istrinya. Tidak ada persetujuan sah dari sang pemilik, tapi apa dia peduli?
Lagipula ini adalah keinginannya, berkunjung ke rumah mertua di akhir pekan. Dan saat mendengar menu makan malam yang akan di masak oleh sang mama, pria itu langsung memutuskan untuk menginap disini.
Padahal hal itu tidak masuk dalam planning, tapi Sakala sudah terlanjur jatuh cinta setengah mati dengan masakan sang mama mertua. Hal itu mungkin karena dia kehilangan sosok ibu di usianya yang masih terlalu kecil, sehingga masakan rumah yang pernah menjadi favoritnya menjadi samar dalam ingatan pria itu.
Dan meski bisa menyewa Chef paling handal sekalipun untuk memasak makanannya, tetap saja tidak akan bisa menandingi masakan rumahan dari sang mama mertua untuk lidahnya.
Pria itu memutar-mutar bagian lengan, menggerakkan kepala seperti orang yang sedang senam pagi, dia semakin marasa bersemangat saat membayangkan jam makan malam nanti.
...****************...
Eirene mengepalkan tangan saat panggilan teleponnya tidak digubris sama sekali oleh pria yang dulu tidak pernah dalam sehari tidak memberondongnya dengan bom pesan dan telepon.
Gadis itu memijit keningnya yang mendadak berdenyut hebat, kenapa takdir bisa sebercanda ini padanya? Bagaimana bisa tidak ada satupun yang sesuai dengan apa yang dia inginkan? Bagaimana bisa takdir seakan begitu mengistimewakan Hana Belle dalam segala hal?
Dimas Anthoni yang dulu bukan miliknya sampai detik ini pun masih tidak bisa menjadi miliknya, dan Sakala Atmadja yang dulu pernah dia genggam dengan sangat erat hati pria itu, mendadak berubah menjadi tidak bisa dia kenali lagi.
Apa memang cinta bisa begitu cepat bisa berubah?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments