@Indomadja Corp Building
05:30pm
Jakarta.
"Ayo kita menikah"
Sakala menyeringai, menatap gadis mungil, yang beridiri kaku dengan tatapan terluka didepannya.
Gadis yang baru saja datang ke ruangannya. Kalau dia boleh menebak, Hana Belle baru saja bertemu dengan Eirene. Dan sudah bisa dipastikan dua gadis itu baru saja melakukan sebuah tantangan dari rasa gengsi keduanya.
Eirene dengan segala keangkuhannya dan Hana Belle dengan sisa-sisa ketegaran gadis itu.
"Ok, ayo kita menikah Hana Belle Kafie" Jawab Sakala dengan sangat senang hati.
...****************...
@Dimas apartement
Dimas meremas kuat handphonenya. setelah sekian lama tidak mendengar suara gadis itu, 15 menit yang lalu hal itu bisa terealisasikan.
Suara itu bisa dia dengar lagi di telinganya, suara itu masih sama, masih mampu membuat hatinya bergetar dengan sensasi yang aneh tapi menyenangkan.
Hanya saja suara dengan kemampuan yang sama itu juga, sudah membuat sebuah goresan dalam di hatinya.
Hana Belle menelepon tidak untuk menanyakan kabar, atau apapun kebiasaan yang lainnya. Gadis itu menghubunginya setelah sekian lama mereka putus hubungan dengan perasaan yang menyiksa hanya untuk meminta Dimas bersedia datang bersama Eirene di acara double date yang khusus diadakan untuk memperkenalkan kekasih gadis itu pada mereka.
"apa secepat ini Bell? Aku bahkan nggak pernah bisa mengeluarkanmu dari dalam batok kepalaku"
***********
Next day
@Hartono corp building.
Jakarta
Sakala membungkuk kearah Michael Hartono dan Eureno.
Pria itu kemudian tersenyum kearah gadis pirang yang berdiri begitu pucat di samping Eureno.
Sakala tersenyum lebar, sangat menyukai ekspresi gadis itu sekarang.
Dia tahu, Eirene tidak akan benar-benar jauh dari kedua lelaki Hartono itu, dia adalah putri bungsu yang manja, yang sangat suka berada di dekat 'pria-prianya'.
Sejak kecil, Eirene sangat suka berada di kantor ayahnya, bercerita panjang lebar walau selalu tidak dijadikan fokus utama, karena kesibukan dua pria itu. Atau hanya duduk diam, sambil memastikan dua pria itu, hidup dan bergerak didepan matanya.
Hati Sakala merasa senang sekaligus sedih, untuk pertama kalinya seorang Eirene Hartono tidak lagi terlihat angkuh dan sok berkuasa didepannya.
Gadis itu gagal memakai tameng baju kebesarannya itu.
"Hallo, Pak presdir dan Kak Eureno. Senang sekali bisa bertemu,"
Michael menatap Sakala, berusaha mencari maksud dan tujuan kedatangan pria itu di perusahaannya, setelah jalinan yang telah berusaha mereka satukan diputuskan dengan tiba-tiba, juga terkesan sebagai suatu penghinaan untuk keluarga konglomerat sekelas keluarga Atmadja, yang merupakan keluarga bangsawan Jawa yang hampir menguasai daratan Asia Tenggara.
Pria diawal 60an itu sangat tahu perasaan Sakala terhadap Eirene, dan Michael sangat sadar perasaan itu tidak bisa dihilangkan dengan mudah.
"Apa kabar Sakala? Kamu terlihat lebih segar sekarang"
"Benarkah? Apa mungkin karena saya sudah menemukan pengganti Eirene? dampak gadis itu memang sangat besar untuk saya" Jawab Sakala, berusaha terdengar wajar.
Mata Eirene membelalak, Eureno yang sejak tadi hanya diam disamping adik perempuannya, menatap Sakala tidak percaya.
"Sakala kamu...."
"Iya kak, Saya akan menyusul Eirene. Saya akan menikah"
Pria tua di ruangan ini mulai tertarik dengan arah pembicaraan. Sakala akan menikah, itu artinya nasib Eirene benar-benar aman sekarang.
Dengan kabar ini, dia tidak lagi harus memikirkan bagaimana melindungi Eirene dari keganasan amarah Basuki Atmadja.
"Putri siapa yang akan menjadi pendampingmu Sakala? Apakah seorang Ninggrat? Atau putri pengusaha mana?"
"Maaf mengecawakan anda pak presdir. Dia tidak seperti yang anda harapkan." Sakala tersenyum, sebuah senyum kemenangan.
"Dia hanyalah seorang gadis sederhana. Dia gadis pekerja keras yang bisa menafkahi hidupnya sendiri.Feminis radikal dan aku sangat suka. Di zaman modern begini seorang wanita karir sepertinya sungguh sangat mempesona. Dia hanyalah seorang editor di majalah Singels, namanya Hana Belle Kafie"
Prang!!
Eirene menyenggol sebuah piagam kaca dimeja membuatnya meluncur bebas dan menghantam lantai. Gadis itu tidak bisa menahan rasa terkejutnya.
Semua menatapnya, Eureno bahkan segera memastikan kalau Eirene yang terlihat begitu pucat baik-baik saja.
"Kamu kenapa Rene? Kamu sakit?"
Eirene tidak bisa menjawab pertanyaan kakak laki-lakinya, atau setidaknya tersenyum dan menyakinkan pria tua yang duduk di balik meja dengan raut wajah khawatir itu kalau tidak perlu mencemaskannya.
Eirene tidak bisa bergerak, dia seakan terkunci dengan tatapan Sakala yang menatapnya tepat di manik mata gadis itu.
"Maaf, kamu pasti kaget banget yah, Rene? Sebuah kebetulan karena gadis itu ternyata adalah sahabatmu. Akh.... Dan mulai saat ini, aku juga akan menjamin kebahagiaan Hana Belle, kalau ada yang menginginkan dia hancur, orang itu harus berurusan dengan aku"
Eirene meremas tangannya, dadanya seperti diremas kuat dari dalam. Gadis ini segera menahan bobot tubuhnya di meja kerja dengan seni ukir tinggi milik ayahnya. Dia harus bertahan, jangan sampai jatuh dan membuatnya tambah kehilangan muka.
.......
...****************...
"Apa sebenarnya yang sedang kau rencanakan?"
Sakala tertawa keras, seakan pertanyaan Eirene adalah sebuah lelucon yang sangat lucu.
Tepat seperti dugaannya, setelah berhasil memberikan efek kejut untuk Eirene di ruangan besar presiden direktur Hartono.
Gadis itu mengejarnya, saat dia pamit pulang dan disinilah mereka berada di puncak tertinggi Hartono Corp building.
"Sakala!!" Eirene mulai tidak sabar. Dia mulai kesal.
Sakala berhenti tertawa, dia berdehem kemudian menatap gadis yang berdiri beberapa meter dengannya.
Angin membuat rambut pirang panjang Eirene bergerak kesana kemari mempermainkan rambut cokelat madu itu. Dan gadis itu tetaplah yang tercantik dimatanya sampai detik ini.
"Aku sudah mengenalmu sejak kecil, tapi kamu bahkan masih saja memanggilku dengan sebutan yang terdengar asing. Pria itu, Dimas Anthoni. Bahkan dengan cepat bisa kau panggil dengan sebutan Mas. Kenapa kamu begitu mendiskriminasikan aku Rene? Astaga... Ini benar-benar tidak adil"
"Aku bertanya apa yang sedang kau rencanakan" tanya Eirene berdesis. Matanya berkilat, antara suka dan tidak melihat pria ini.
Suka, karena sejak dulu dia tidak benar-benar membenci Sakala. Tidak suka karena Sakala melibatkan musuh sekaligus sahabat baiknya dalam permainannya.
"Menurutmu, apa yg sedang kurencanakan Rene?"
"Aku tidak tahu pasti, tapi.. Aku tahu kalau kamu sedang mencoba membalasku"
Sakala menatap tangan yang terkepal di kedua sisi gadis itu,
dua sisi dalam hatinya berperang, antara ingin memeluk Eirene, atau terus mengacungkan pedang untuk membalas semua luka yang dulu pernah diberikan gadis itu padanya.
Tangan yang bergetar itu, menunjukkan sisi lemah gadis yang selama ini selalu berusaha terlihat kuat didepannya.
Sakala tersenyum "kamu yakin aku bisa membalasmu? Aku ingin sekali melakukannya. Tapi... Selalu saja aku tidak akan pernah tega sama kamu"
Sakala maju, berjalan mendekat kearah Eirene. Mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah favoritnya.
"Kamu selalu membuat aku kalah hanya dengan melihatmu" ucap pria itu kemudian memajukan wajahnya, sedikit membungkuk untuk berbisik di telinga Eirene.
"Aku cinta sekali sama kamu, tapi juga benci kamu. Karena itu, sepertinya sedikit pelajaran tentang kehidupan akan sangat baik untukmu, Rene."
Eirene mudur dua langkah, menatap Sakala tidak percaya,
"Jangan kaget begitu dong, Rene. Karena rasa sakitnya nggak akan sebanding dengan rasa sakit yang pernah kamu kasih ke aku. Kamu memang akan terluka, tapi akan tetap aku pastiin, luka itu nggak akan terlalu parah. Hanya saja, mungkin sedikit membekas, sebuah bekas yang nggak akan hilang dan akan selalu kamu ingat seumur hidup kamu"
...........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments