Two days laters
@Amuz Gourmet
Jl. Jend. Sudirman No.Kav. 52-53, RT.5/RW.3, Senayan, Kec. Kby. Baru, Kota Jakarta Selatan.
Dimas terus menatap gadis mungil didepannya. Dan hal ini sudah terjadi sejak beberapa saat yang lalu. Sejak mereka masuk dan duduk saling berhadapan begini.
Rasanya sudah sangat lama tidak melihat gadis itu secara langsung. Dimas ingin sekali memeluk Hana Belle, mengambil nafas di rambut hitam gadis itu, mencium lagi aroma strawberry favoritnya dari sana.
Membuat dirinya puas menatap gadis itu, dan menyimpan setiap detil
didalam otaknya. Dimas sama sekali tidak ingin melupakan seinci pun tentang Hana Belle. Dia benar-benar sangat
merindukan gadis itu. Sangat.
Eirene mulai merasa gelisah, sebenarnya dia tidak ingin datang memenuhi undangan bodoh ini. Tapi Dimas memaksa membuatnya tidak mempunyai pilihan lain selain berakhir di tempat ini, duduk tepat didepan Hana Belle dan disamping Dimas.
Sakala menyeringai, sangat sadar dengan tatapan Dimas yang sejak tadi hanya tertuju pada Hana Belle. Pria yang duduk didepannya itu, bahkan melakukannya secara terang-terangan tanpa peduli apapun.
Sakala mengalihkan tatapannya pada Eirene yang hanya tertunduk gelisah dan tidak tenang. Pria ini sangat menyukai hal ini dan sangat menikmatinya
"Rene, suamimu sepertinya sangat menyukai calon istriku. Sejak tadi dia hanya menatap Belle-ku"
Eirene mendongak, menatap Dimas yang masih diposisinya --menatap Hana Belle tanpa peduli dengan sekelilingnya.
Sedangkan Hana Belle gadis itu hanya sibuk dengan makanan dipiringnya, yang tidak terlihat dia nikmati.
Tatapan gadis dengan surai berwarna cokelat madu ini berakhir pada Sakala, Pria itu tersenyum penuh kemenangan padanya.
Tatapan mata itu seakan mempertanyakan status hubungannya dengan Dimas sebenarnya.
Dan Demi rasa gengsinya, dengan cepat Eirene meraih tangan Dimas dan meremasnya pelan, memaksa pria itu menatapnya.
"Mas Dim, kamu pasti kaget banget yah? Bukankah ini sangat kebetulan? Hana Belle adalah mantan tunanganmu dan Sakala adalah mantan tunanganku"
"Benar sekali, bukankah ini adalah sebuah kebetulan yang aneh? Seperti sudah direncanakan?" balas Sakala dengan desisan. Pria itu meneguk sedikit wine-nya sambil menatap Eirene dengan alis terangkat sebelah.
Eirene menelan ludah dengan susah payah, semakin gemetar. Seharusnya dia tidak datang kesini apapun yang terjadi.
"Nggak" Suara Hana Belle akhirnya terdengar, setelah gadis itu hanya diam dan sibuk mengaduk-aduk makanannya tanpa selera sejak tadi.
Ruangan privat itu semakin terasa hening, karena hanya diisi dengan empat manusia didalamnya.
Sakala sudah memboking salah satu ruangan VVIP di restoran miliknya untuk acara makan malam ini.
Hana Belle mendongak, membalas tatapan Dimas yang memang sudah dia rasakan sejak tadi, tapi dia memilih memfokuskan pandangannya walaupun enggan pada makanan adalah suatu pilihan yang terbaik tadi, daripada harus membalas tatapan itu, dan membuatnya terluka.
"Ini adalah takdir kita, dulu seseorang pernah mengatakannya padaku"
Jantung Dimas seperti diremas dari dalam, sangat menyakitkan saat melihat gadis mungil itu sekarang mulai menyerangnya, melukai secara terang-terangan.
"Rene terima kasih sudah melepas Mas Kala. kamu pasti bakalan sangat menyesal nanti"
Lisa Belle tiba-tiba mengalihkan pandangannya pada Eirene yang sudah sangat pucat.
Senyum Hana Belle mengembang melihat gadis yang selalu terlihat angkuh itu kali ini sangat tidak berdaya, terkesan lemah dan perlu dikasiani
Posisi kita terbalik sekarang Rene, Hana Belle membatin.
.................
"Lo serius ingin menikah dengan Sakala?"
Hana Belle menghentikan gerakannya mencuci tangan, lalu mematikan keran kemudian mengeringkan tangannya.
Semua dilakukan dengan sangat santai sampai gadis pirang disampingnya harus menarik tangannya untuk membuat Hana Belle menatapnya
"Abelle!!"
Hana Belle menatap Eirene, disinilah mereka sekarang di toilet wanita restoran hotel mewah milik keluarga Atmadja
"Apa ada yang salah?" Jawab gadis itu santai.
"Tapi hubungan kalian terkesan......"
"Apa kali ini lo incar dia lagi? Lo sekarang nyesal sudah melepas Sakala Atmadja?"
"Apa?"
Gadis mungil itu tersenyum "Gue sudah mulai memahami sifat lo Eirene Hartono. Lo biasanya akan menginginkan apa yang menjadi kebahagiaan gue kan?"
Dada Eirene naik turun akibat pernapasannya yang mendadak tidak normal. Dia bisa saja membatah hal itu, tapi perkataan Hana Belle seperti sebuah tamparan kasat mata untuknya, gadis ini memang tidak menginginkan kedekatan Sakala dengan Hana Belle.
Ada Sesuatu yang terasa aneh saat melihat pria tinggi itu sekarang menaruh perhatian kepada gadis lain.
Perhatian yang biasanya hanya tertuju padanya, perhatian yang biasanya selalu dia abaikan.
"Apa omongan gue benar? Lo sampai pucat begini Rene. Apa sekarang lo menyesal sudah menjebak mas Dimas? Sekarang lo juga menginginkan Sakala?"
"Hana Belle Kafie! Atas dasar apa lo....."
"Gue bisa rasain! " Potong Lisa Belle cepat.
"Pernikahan lo dengan mas Dim sama sekali nggak berdasar. Kalian nggak saling cinta, gimana bisa kalian mendadak menikah? Logikanya adalah, lo pasti melakukan sesuatu yang membuat pria itu memilih lo dan melepas gue!"
Hana Belle segera mendongkak, berusaha menahan air matanya yang sebentar lagi akan jatuh, rasa sakit itu kembali terasa disetiap inci hatinya.
Membayangkan lagi semua perbuatan Eirene padanya, seperti menambah luka baru.
Dia tidak apa-apa jika gadis itu merebut sesuatu yang lain asalkan jangan dengan pria itu, selain ibu dan adik laki-lakinya, Dimas Anthoni sudah seperti sebuah nafas baru di hidupnya.
Kehilangan pria itu, sama dengan kehilangan separuh fungsi tubuhnya.
Eirene menelan ludah dengan susah payah, ada sesuatu yang terasa mencekik lehernya. Gadis itu sudah menagis walau tanpa suara, air mata sudah membasahi pipi putihnya.
Semua perkataan Hana Belle sangat tepat tanpa ada yang meleset. Dia memang sudah menjebak Dimas Anthoni, membohongi pria itu, dan secara paksa membuat Dimas menikahinya lalu meninggalkan Hana Belle.
Dan semua itu hanya karena ambisi kekenakannya yang selalu ingin unggul dari Hana Belle. Tidak ingin melihat gadis itu bahagia dengan semua kesederhanaannya.
Kriieettttt....
Pintu toilet itu perlahan terbuka. Dimas melangkah perlahan, menatap dua gadis yang sedang berdiri behadapan dengan tatapan terluka.
Dimas mendekat kearah Hana Belle, gadis itu sedang mendongak, dan Dimas sangat tahu alasan kenapa Hana Belle melakukannya.
Gadis itu sudah ingin menagis. Gadis mungilnya itu, sedang terluka. Pria ini mengepalkan tangannya kuat. Dia ingin sekali menarik Hana Belle kedalam pelukannya membiarkan gadis itu menangis dipelukannya seperti yang sering dia lakukan selama ini.
Dan demi apapun dia sudah sangat merindukan gadis didepannya ini.
Dimas maju selangkah "Ayo, Kita pergi" ucapnya, kemudian menarik tangan Eirene pergi.
Air mata Hana Belle jatuh perlahan, pria itu melukainya lagi, masih di tempat yang sama dengan luka yang berkali-kali lebih menyakitkan.
Lutut gadis mungil itu terasa ngilu, dengan perlahan tubuh Hana Belle merosot terduduk dilantai. Isak gadis itu langsung memenuhi ruangan, isak tangis bercampur kesakitannya.
Dimas Anthoni, adalah seseorang yang sudah Hana Belle masukkan kedalam daftar seseorang yang tidak akan menyakitinya.
Karena sejak dulu pria itulah yang selalu menjadi pelindungnya. Dimas Anthoni selalu menjadi tameng yang menjaganya dari semua luka yang akan menyentuhnya.
Pria itu, akan memberikan pundaknya saat Hana Belle lelah, memberikan pelukan saat dia menangis, memberikan nasehat motivasi dan semua dukungan yang diperlukan gadis itu.
Sekarang, semua itu seakan berbalik menyerangnya. Dimas melukainya tanpa ampun, menyakitinya dengan luka yang sangat perih dari apapun.
Sementara itu, Dibalik tembok Sakala mengepalkan tangan. Menatap dengan mata yang menyipit, menatap punggung Eirene yang mulai menjauh.
Dia maju bermaksud menahan Eirene, tapi mendadak langkah kaki itu terhenti
"ini belum saatnya, bersabarlah Sakala"
...................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments