Berbeda

Plakkk!!!!!!

Dimas membulatkan mata saat melihat tangan besar Eureno mendarat dengan sadis di pipi Eirene, adik kesayangannya.

Pria itu bisa melihat dengan sangat jelas aura kemarahan yang sangat jelas terpancar dari mata Eureno, selama beberapa saat menjabat sebagai menantu keluarga Hartono, Dimas baru pertama kalinya melihat salah satu lelaki Hartono marah seperti ini, apalagi amarah sampai menampar seseorang yang tidak lain dan tidak bukan adalah gadis kesayangan mereka. Sang tuan Putri, Eirene Hartono.

"Kak Reno” ucapan Dimas terhenti saat, Eureno memberinya isyarat untuk diam.

"Eirene Walukow! Berhentilah bersikap kekanak-kanankan, berhentilah mempermalukan dirimu sendiri. Kau sudah menikah, Rene. Dan Sakala juga demikian”

Pria itu memanggil Eirene tidak lagi dengan marga yang sama dengannya, tapi memakai marga suaminya. Biar adiknya itu mengerti statusnya sekarang.

Eureno menatap gadis yang hanya diam didepannya, ini adalah pertama kali dalam hidupnya dia memarahi Eirene bahkan sampai lepas tangan.

Sebuah informasi sampai ketelinganya pagi ini, informasi tentang betapa memalukannya seorang Eirene Walukow . gadis itu kedapatan mengunjungi Sakala Atmadja di ruangan pribadinya.

"Aku rasa kau bukan lagi anak kecil, Rene. Tolong, bersikaplah dewasa dan jangan terus mengikuti egomu, jangan lagi menganggu Hana Belle apalagi Sakala."

"Mas sudah cukup menutup telinga atas apa yang sudah kamu lakukan selama ini, jadi jangan membuatku turun tangan untuk membatalkan semua rencana yang akan kau buat lagi”

Setelah berkata begitu, Eureni segera menyeret langkahnya, pergi meninggalkan Eirene dan Dimas di ruangan ini.

Eirene meremas tangannya, dia sangat marah, marah pada dirinya sendiri. Dia tidak lagi percaya diri dengan rencananya.

Pria itu memang memeluknya saat dia menangis, Pria itu memang menghentikan langkahnya untuk menyusul Hana Belle saat dia memegang tangan Sakala, tapi ada satu hal yang terasa berbeda, pelukan itu tidak lagi terasa seperti miliknya.

Dan Eirene sadar hati Sakala mungkin sudah tidak lagi terpaku sepenuhnya padanya.

"Kamu baik-baik saja?” sebuah suara tiba-tiba membuyarkan semua yang ada dalam batok kepala Eirene, gadis itu mendongak dan mendapati raut kekhawatiran dari pria didepannya.

Dia kemudian tersenyum, pria yang mungkin sedang mengkhawatirkannya itu adalah salah satu dari korbannya. Salah satu hasil dari rasa iri dan egonya untuk Hana Belle.

Pria itu seharusnya membencinya setengah mati dan bukan mengkhawatirkannya seperti ini.

Apakah dia layak untuk mendapatkan hal ini?

"Kamu baik-baik saja, Rene?” Ulang Dimas, kali ini pria itu maju mendekat memperhatikan pipi gadis itu yang memerah.

Eirene tiba-tiba berdiri, menatap Dimas sebentar kemudian berjalan pelan meninggalkan ruangan ini.

Dimas menghembuskan nafas, menatap punggung itu. Gadis itu kesepian, gadis itu memerlukan seseorang untuk memahaminya.

“Kamu mau kemana?”

Langkah Eirene terhenti, dia sendiri tidak memiliki tujuan. Sejujurnya dia merasa kalah sekarang.

“Kamu ingin mencari Sakala lagi?” pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Dimas, membuatnya menyesal setelah mengatakannya.

Eirene berbalik menatap Dimas, dia tersenyum miris saat mendengar pertanyaan pria itu. Apa dirinya sebegitu rendahannya dimata Dimas? Sampai yang terpikirkan di pikiran pria itu adalah mencari pria lain.

“Iya, aku akan mencarinya” Jawab Eirene dengan senyuman, dia ingin memberikan pria itu jawaban yang sesuai dengan apa yang Dimas mau.

“Kemudian mempermalukan dirimu lagi?”

Gadis itu tersenyum lagi, bukankah dia memang sudah sangat memalukan? Terobsesi menghancurkan Hana Belle untuk rasa iri dan egoisnya bukankah itu adalah hal yang memalukan?

Walau apapun yang dia lakukan untuk menghancurkan Hana Belle malah seperti memberikan jalan lain kepada gadis itu untuk lebih baik lagi.

“Anggaplah aku melakukan ini untuk menebus rasa bersalahku padamu mas Dim, aku akan kembali merebut Sakala Atmadja dengan begitu kau bisa kembali pada Hana Belle.”

Gadis itu mohon diri kemudian melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda, ia tidak sepenuhnya berbohong.

Eirene memang ingin mengembalikan lagi garis takdir yang sempat dia kacaukan, walaupun mungkin ini sudah sangat terlambat, karena semua pihak sudah terlanjur terluka.

“Jangan pergi“

Suara berat Dimas terdengar sekali lagi membuat langkah Eirene terhenti, sepatu gadis itu bahkan terasa menempel di lantai.

“Jangan lakukan hal itu Rene, jangan lakukan hal apapun. Tapi tetaplah disini, bersamaku”

...****************...

Sakala menatap gadis yang sejak tadi menganggapnya tidak ada, gadis itu sibuk sendiri sama sekali tidak menganggapnya sebagai makhluk yang terlihat.

Pria itu menghembuskan nafas, cukup frustasi dengan perlakuan gadis ini sekarang.

Entahlah mungkin otaknya sudah bergeser sedikit, dia sadar dia tidak lagi seperti dulu saat bersama Eirene, tidak ada lagi perasaan yang selalu menggerogoti hatinya selama ini untuk gadis itu, pada dasarnya dia ingin melindungi Eirene, menyayangi gadis itu dalam kadar yang berbeda sebagai seorang adik perempuan?

Entahlah,

Awalnya memang semua masih terasa sama, tapi melihat Hana Belle pergi dengan ekspresi kecewa, juga mendengar desas-desus bahwa gadis itu berpelukan di lobi kantor dengan pria lain.

Yang setelah dia selidiki ternyata adalah pria yang akhir- akhir ini amat sangat dikenalnya dengan baik, hati Sakala sangat terguncang.

"Ekheemmm”

Pria itu berdehem untuk kesekian kalinya, berusaha menyadarkan Hana Belle dengan kehadirannya di rumah ini.

Rumah yang baru saja dia beli, beberapa minggu sebelum menikah. Khusus untuk dia tempati bersama gadis ini.

"Kamu lagi cuekin aku?” Sakala belum menyerah.

Tidak ada respon.

"Aku bertanya seharusnya dijawab dong"

Sakala hampir menarik seluruh rambutnya saat gadis itu terus berjalan tanpa merespon pertanyaannya.

Hal itu membuat kesabaran Sakala habis, pria itu segera berdiri kemudian menjulangkan tubuhnya didepan Hana Belle, memblokir jalan gadis itu.

"Hana Belle Atmadja! kau berniat membuatku gila, bicara seorang diri?” Tanya Sakala dengan menyebutkan nama lengkap wanita itu, yang dengan bangga dia sematkan marganya.

Pria ini tiba-tiba langsung membuang muka, malah tidak sanggup lama-lama menatap sepasang mata cokelat gadis itu, sekali lagi ini adalah pertama kalinya dia gugup saat melakukan kontak mata secara langsung dengan gadis lain selain Eirene Hartono.

"Ka..mu boleh marah, tapi tolong jangan mengacuhkan aku seperti itu.Dan satu hal lagi… jangan pernah berpelukan dengan pria lain terutama dengan Dimas Anthoni. Aku tidak suka. Ngerti kan?”

Setelah mengatakan hal itu,-- tanpa menatap Hana Belle-- Sakala beranjak pergi meninggalkan Hana Belle yang jadi binggung sendiri.

Gadis itu mencoba berpikir wajar dan tidak mau memikirkan yang tidak-tidak takut salah dan pada akhirnya hanya akan menghasilkan luka baru, dia tidak mau hal itu terjadi.

Setelah kejadian pagi ini di ruangan pria itu, Hana Belle sudah memutuskan untuk kembali menata hatinya.

Awal pernikahan ini adalah sebuah upaya untuk menyelamatkan harga diri dan semua lukanya setelah ditinggalkan Dimas Anthoni.

Dan Hana Belle juga tahu, dan tidak akan lupa dengan ucapan Sakala saat memintanya menikah tempo hari.

“Aku… ingin dia bahagia. Karena itu… menikahlah denganku. “

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!