Setelah makan malam selesai, Sarah terlihat sibuk membantu Ibu nya membereskan meja makan dan mencuci piring.
Satya tengah mengobrol santai dengan Ben, sedangkan Damian. Pria itu terlihat mondar-mandir menunggu Sarah selesai membantu ibunya.
Selang beberapa menit kemudian, Sarah terlihat keluar. Damian segera menghampirinya.
"Sarah, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Damian. Kali ini pria itu terlihat serius sekali.
Gadis itu tampak heran, kenapa Tuan Muda ini mendadak jadi melankolis.
"Ikuti saya Tuan, kita bicara di depan saja," ujar Sarah. Mereka berdua berjalan dan duduk di teras depan rumah.
Damian tampak bingung mengutarakan tujuannya, ia tak tahu harus memulai darimana. Sifat to the point nya mendadak hilang, saat ia harus bicara empat mata dengan gadis yang sudah menarik hatinya.
"Tuan mau bicara apa?" tanya Sarah. Setelah mereka mendudukkan tubuh mereka di kursi panjang yang berada di teras rumah Sarah.
Damian sejenak tampak bergeming, ia masih merangkai kata. Namun, saat sebuah kalimat akan lolos dari bibirnya Ben terlihat setengah berlari menghampirinya dengan wajah yang begitu panik.
"Tuan ... Oma masuk rumah sakit," lapor Ben sambil menunjukkan layar ponsel yang menunjukkan pesan dari Daisy. Karena ponsel Damian yang sedari tadi tidak bisa dihubungi, pria itu melupakan ponsel nya di jok mobil tempat ia duduk.
Damian segera beranjak dan bergegas menuju mobil, meminta Ben agar segera mengantarnya ke rumah sakit. Pria itu bahkan lupa berpamitan kepada Bu Karmila dan Sarah.
Sarah dan Satya yang melihat kedua pria di hadapannya tampak begitu panik pun bangkit dan ingin bertanya, Oma siapa yang dimaksud oleh Ben itu. Tapi ia urungkan, karena akan memperlambat waktu mereka.
"Sarah, Satya, aku pulang dulu ya. Jangan lupa besok kamu dijemput sama Agus. Oh ya, pamitin ke Ibu juga ya. Maaf aku buru-buru harus ke rumah sakit." Damian segera melambaikan tangannya dan menutup kembali kaca jendela mobilnya. Ben segera melajukan kendaraan nya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi.
Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya beberapa kali ke arah Damian, ia berharap Oma yang dimaksud Ben tadi akan baik-baik saja. Meskipun rasa penasaran karena ucapan Damian yang ingin bicara dengannya masih belum hilang, tapi ia segera menepis nya jauh-jauh.
🍁🍁🍁
"Ben, apa yang terjadi sampai Oma masuk rumah sakit?" tanya Damian yang masih dirundung rasa cemas.
"Saya juga kurang jelas Tuan, tadi Nona Daisy hanya bilang Oma masuk rumah sakit. Sekarang semua sudah berada di rumah sakit Tuan," terang Ben sambil pandangan tetap lurus ke depan.
Damian meraup wajahnya dengan kasar, ia terlihat benar-benar tak tenang.
"Semoga Oma baik-baik saja, ya Tuhan," do'a Damian yang tulus dari dalam lubuk hatinya.
🍁🍁🍁
Rumah Sakit Hutama
Damian dan Ben segera berlari ke ruang ICU tempat Oma nya dirawat saat ini. Seluruh anggota keluarganya terlihat di ruang tunggu. Mereka semua menatap ke arah Damian dengan pandangan nanar, Mama Erina terlihat menangis sesenggukan di dalam dekapan Daisy. Papa Arga segera berjalan mendekatinya.
"Ikuti Papa!" seru Papa Arga.
"Tapi Pa, aku ingin melihat keadaan Oma." Damian ingin menerobos tubuh Papa nya tapi segera di tahan oleh Papanya.
"Oma sedang kritis sekarang, ikuti Papa. Papa ingin bicara denganmu!" hardiknya. Arga terlihat serius. Guratan di wajahnya menunjukkan bahwa ia sedang marah besar.
Damian akhirnya mengiyakan ajakan Papanya, ia segera mengekor di belakang tubuh Arga.
🍁🍁🍁
Mereka berdua mendudukkan tubuh mereka pada sebuah kursi panjang yang berada di lorong rumah sakit.
"Tadi Arra datang ke rumah saat Oma dan Oppa baru sampai di rumah," ucap Arga membuka percakapan.
"Arra?"
Entah kenapa saat dia mendengar nama gadis itu, rasanya emosinya kembali tersulut.
"Arra bilang, dia sedang hamil bayimu. Dia bilang dengan tidak tahu malunya di depan kita semua dan tentunya di depan Oma dan Oppa," terang Arga. Pria yang umurnya hampir setengah abad itu tampak tenang meskipun hatinya dilanda rasa kalut yang luar biasa. Damian langsung bisa menyimpulkan berita hoax yang di sampaikan Arra sudah membuat Oma nya terkena serangan jantung.
"Apa? Dia bicara seperti itu!" Damian semakin geram, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat sampai telapak tangannya berwarna pucat karena terlalu kuat kepalan tangannya.
"Pa, aku tidak pernah melakukannya dengan Arra Pa. Aku bahkan memutuskannya karena dia berselingkuh. Papa percaya sama aku kan Pa?" jelas Damian.
"Memang ... Papa tak begitu saja percaya kepada Arra, tapi bukan berarti Papa membelamu. Mamamu sangat terpukul dengan kejadian ini, Mamamu bahkan ingin kalian segera melangsungkan pernikahan untuk menutup aib keluarga."
"Tapi pa, aku benar-benar tak melakukan nya."
Papa Arga tampak beranjak dari kursinya, ia berjalan pelan menghampiri Damian.
"Buktikan kepada kami, bahwa kamu bukan Ayah dari anak yang dikandungnya. Jangan pernah kecewakan Papa. Mengerti!" Arga menepuk pelan pundak anaknya, pria yang tetap berkharisma di usianya itu menunjukkan bahwa dia percaya Damian tak melakukan hal yang akan mencoreng nama baik keluarga nya.
Damian segera bangkit dan memeluk Papanya seraya berkata, "Terimakasih Pa, terimakasih. Aku berjanji akan membuktikan bahwa bayi yang ada dalam kandungan Arra bukanlah anakku."
Sorot mata Damian menatap tajam ke sembarang arah, kali ini ia benar-benar murka dan tak akan memberi ampun kepada gadis yang dulu sangat ia cintai itu.
🍁🍁🍁
Keesokan harinya di ruang kantor Damian.
"Ben, cari semua informasi tentang selingkuhan Arra dan berapa lama hubungan mereka. Jangan lupa juga, tempat-tempat yang sudah mereka kunjungi. Jangan sampai terlewatkan satu pun, dia pasti sudah melakukannya dengan pria brengsek itu. Dan kejadian saat itu, pasti adalah sebuah jebakan untukku. Kamu dan gadis itu yang sudah menyelamatkanku Ben, aku tak akan pernah melupakan kebaikanmu. Dan sekarang aku benar-benar tertarik kepada gadis itu. Tapi fokus ku saat ini adalah membuktikan kepada keluargaku, bahwa Arra tidak hamil anakku. Kamu mengerti kan Ben?" suara Damian terdengar tegas. Sorot matanya menunjukkan luapan emosi yang siap ia tumpahkan kapan saja.
"Baik Tuan! Saya permisi dulu," ucap Ben sambil menundukkan kepalanya dan segera berlalu meninggalkan Damian yang masih menahan emosi.
Setelah kepergian Ben, pria itu memutuskan untuk menjenguk Oma nya di rumah sakit. Ia benar-benar merasa bersalah kepada Oma nya. Karena kecerobohan nya, Oma yang sangat di sayangi nya harus menderita seperti sekarang ini.
🍁🍁🍁
Sarah merasa sangat senang sekali karena motor kesayangannya sudah pulang ke rumah dengan selamat. Ia terus memeluk motor peninggalan Ayah nya itu, sampai Ibunya geleng-geleng kepala karena sikap anak gadisnya itu.
"Ibu ... Sarah berangkat kerja dulu ya," pamit Sarah kepada ibunya, gadis itu segera meraih punggung tangan ibunya dan mencium nya.
Sarah terlihat sangat bersemangat sekali, ia mengenakan helmnya dan menghidupkan mesin motornya. Namun, semangat nya seketika meredup. Saat, Pak Agus yang dinobatkan sebagai sopir pribadinya oleh Damian tiba-tiba muncul dengan sebuah mobil mewah.
Melihat Sarah sudah menaiki motornya, Pak Agus tergopoh-gopoh menghampiri nya.
"Nona Sarah, maaf jika saya sedikit terlambat. Mari Nona saya antar," tawar Pak Agus.
"Ma-maaf Pak Agus, sepertinya saya naik motor saja deh," tolak nya.
"Tapi Non ...."
"Pak Agus sekarang balik aja ya. Saya lebih nyaman naik motor Pak."
Pak Agus tampak menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat murung. Sarah yang melihat perubahan wajah Pak Agus merasa tak enak.
"Pak Agus kenapa?" tanya Sarah yang kini mencemaskan nya.
"Kalau saya tidak berhasil membujuk Nona Sarah untuk berangkat dengan saya, saya akan dipecat Nona," jawabnya dengan kepala masih menunduk. Pak Agus terpaksa menggunakan ide seperti itu karena hanya dengan cara itulah Sarah akan bersimpati padanya.
"Ck ... emang benar-benar menyebalkan ya Tuan Muda itu, apa maksudnya coba!" ucap Sarah dengan berkacak pinggang.
"Nona, ini semua bukan salah Tuan Muda Damian. Kalau Nona tidak mau, saya juga tidak akan memaksa." Pak Agus merasa tak enak karena Sarah tak henti mengumpat kepada Damian.
Gadis itu bernapas dalam, setidaknya ia masih mempunyai hati nurani dengan bersedia untuk di antar oleh Pak Agus.
"Baiklah, sepertinya saya tidak punya pilihan lain," ucap Sarah sambil mengedikkan bahunya.
Pak Agus mengulas senyum, ia tahu bahwa gadis yang di hadapannya ini adalah gadis yang sangat baik.
Bersambung ....
💖💖💖
.
.
.
.
Mau tau kisah cinta kedua orang tua Damian, Davian dan Daisy. Kisah lengkap Papa Arga dan Mama Erina. Bisa di simak di Deadline Menikah! ya😍
Mampir juga ke novel kakak online author ya, ceritanya campur aduk, nano-nano pokoknya. Ada seneng, sedih, ketawa dan rasa-rasa yang lain juga ada. Karya mak Linanda Anggen atau istri pamannya ketiga saudara triple D. Dijamin seru banget😍👍🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
WANITA KOTOR TK TAU MALU, ZINAH SMA SELINGKUHANNYA HINGGA HAMIL, MLH DAMI YG DI TUDUHNYA
2023-04-04
0
mommy 3t
ah si arra pinginnya menang sendiri
2021-12-12
0
Cherry
dasar arra gk tau malu, hamil sm siapa Damian Damian yg suruh bertanggungjawab...ihhh
2021-08-12
0