"Maaf ya Tuan-Tuan, kalau masakannya sederhana," ucap Bu Karmila seraya mengambil piring dan mengambil nasi dari bakul.
"Ini makanan apa Bu?" tanya Damian sambil mengerutkan kening. Tangannya menunjuk pada makanan yang berkuah dengan isian jagung dan kacang panjang.
Sarah menahan tawa, tentu saja pria kaya ini merasa asing dengan makanan orang biasa seperti yang biasa ia makan.
"Oh itu, sayur lodeh Tuan. Tuan mau?" tawar Bu Karmila. Damian menganggukkan kepala seraya mengulas senyum. Wanita paruh baya itu dengan cekatan mengambil nasi lalu mengguyur dengan kuah santan yang bernama lodeh itu dan terakhir lauk tahu tempe serta ikan asin, tak lupa diberi sambal sedikit di ujung sisi piring yang hampir penuh itu.
Bu Karmila mengangsurkan piring keramik itu kepada Damian. Pria itu menelan salivanya dengan susah payah, bagaimana mungkin dia bisa makan dengan porsi sebanyak itu. Meskipun dia seorang laki-laki, tapi dia sangat menjaga porsi makannya.
Sebuah salam terdengar dari ruang tamu, semua pandangan beralih pada sosok remaja yang saat ini sedang berdiri menenteng ransel dengan wajah menyeringai. Remaja itu tak lain adalah Satya.
"Benar kan dugaanku, mobil itu milik Tuan bos!" seru Satya sambil berlari menghampiri Damian, remaja itu segera mencium punggung tangan Damian lalu berganti pada Ben. Kemudian beralih pada Ibunya dan terakhir Sarah.
"Dari mana saja kamu? Maen aja kerjaannya!" tegur Sarah.
"Kakak ... selalu suudzon sama adiknya yang ganteng ini. Salah siapa aku gak dikasih uang buat beli buku paket, jadinya gini kan. Sekarang aku harus belajar di rumah Bagas." Satya terlihat murung, hal itu tentu saja membuat Sarah tak enak hati. Karena bulan ini uang gajiannya hanya cukup untuk membayar uang SPP dan juga biaya kebutuhan dapur keluarganya.
Ekor mata gadis itu melirik ke arah Damian, berharap Tuan Muda yang berada di hadapannya tak terlalu menggubris ucapan Satya. Namun, ternyata dugaan Sarah salah. Damian bahkan kali ini mempunyai rencana untuk membiayai sekolah Satya.
Bu Karmila yang mengerti situasi kedua anaknya dan tentu saja merasa tak enak hati juga, segera menyuruh Satya untuk makan bersama.
"Sudah-sudah Satya, besok kita bahas lagi. Sekarang cuci tangan lalu makan dulu ya." Wanita yang mempunyai dua orang anak itu segera mengambil kan piring yang diisi penuh dengan nasi, lauk dan tak lupa sayur lodeh nya.
Ben yang sedari tadi mengawasi setiap gerak gerik Bu Karmila dan Satya segera berinisiatif.
"Kamu duduk sini aja, aku bisa duduk di ruang tamu." Ben segera bangkit, karena tempat duduk meja makan milik keluarga Sarah hanya terdapat empat kursi saja.
"Eh, Tuan duduk disitu saja. Satya sudah biasa duduk dibawah sambil nonton televisi. Iya kan Sat?" seloroh Bu Karmila.
"Biasanya juga kalau makan gak boleh sambil nonton TV Bu!" celetuk Satya yang dihadiahi sebuah lemparan kain lap makan oleh Sarah.
"Sudah cepat makan, gak boleh banyak omong!" tukas Sarah.
Satya hanya mencebikkan bibirnya dan segera melahap makanan di piringnya.
Melihat keharmonisan keluarga Sarah membuat Damian teringat dengan keluarga nya, tingkah konyol Satya tidak beda jauh dengan Daisy yang bar-bar. Meskipun seorang gadis, dia bahkan sering tak tahu malu jika mengungkap kan sesuatu.
Namun, hal itulah yang membuat Damian sangat menyayangi saudara kembarnya itu. Berbeda dengan Davian yang selalu kalem pembawaannya persis seperti mamanya, hampir semua orang yang mengenal Daisy dan Davian menganggap bahwa mereka tertukar tubuh.
Damian beberapa kali mencuri pandang ke arah Sarah, gadis yang saat ini sedang makan tanpa menggunakan sendok. Terlihat sangat lahap sekali, berbeda dengannya. Ia bahkan belum menyentuh makanannya.
"Tuan, apa Tuan tak suka dengan makanannya?" tanya Bu Karmila yang sedari tadi memperhatikan Damian hanya memandang makanan nya saja.
"Oh tidak Bu, saya ingin makan tanpa menggunakan sendok." Damian segera meletakkan sendoknya dan segera mencuci tangannya sekali lagi.
Semua orang yang berada diruang makan tampak menatap ke arah Damian tak terkecuali Ben, mereka ingin melihat secara langsung bagaimana seorang Tuan Muda makan tanpa menggunakan sendok dan garpu.
Damian yang menyadari dirinya diperhatikan banyak orang, hanya mengulas senyum seraya mengambil suapan pertama. Terlihat aneh, bahkan sangat aneh untuk seorang Tuan Muda makan dengan hanya menggunakan tangan kosong. Ingin sekali rasanya Sarah tertawa saat itu, tapi sebisa mungkin ia tahan.
Keringat terlihat jelas di kening nya, pria itu bahkan beberapa kali meneguk air putih untuk menghilangkan rasa pedas yang seolah membakar mulutnya. Sambel yang sudah tercampur dengan nasi, membuat nya terpaksa harus memakannya. Padahal sebenarnya dia tak bisa makan pedas.
"Anda tidak apa-apa Tuan?" tanya Bu Karmila yang terlihat sangat cemas dengan perubahan wajah Damian.
"Bu, Tuan bos kepedesan," ucap Satya dengan santainya.
"Tuan, kalau tidak kuat makan pedas jangan dipaksa," tandas Bu Karmila. Yang di iringi gelengan oleh Damian.
"Tidak, ini ternyata sangat enak Bu. Sayur dolehnya benar-benar sangat enak," ucapnya sambil mengusap peluh di keningnya.
Seketika tawa Sarah dan Satya pecah, begitupun dengan Ben. Ia terlihat menutup mulutnya karena takut Tuan Muda nya bakal marah kepada nya. Damian mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan dengan wajah bingung.
"Sayur lodeh Tuan," ucap Bu Karmila membenarkan.
"Oh iya, itu maksud saya Bu," kilah Damian sambil menyeringai.
Suasana kembali riuh, semua orang di ruang makan tertawa karena ucapan Damian. Hal itu membuat gadis itu menatap Damian dengan pandangan yang sulit di artikan, entah kenapa malam ini kebahagiaan terasa menyusup di relung hatinya.
🍁🍁🍁
Setelah makan malam selesai, Sarah terlihat sibuk membantu Ibu nya membereskan meja makan dan mencuci piring.
Satya tengah mengobrol santai dengan Ben, sedangkan Damian. Pria itu terlihat mondar-mandir menunggu Sarah selesai membantu ibunya.
Selang beberapa menit kemudian, Sarah terlihat keluar. Damian segera menghampirinya.
"Sarah, ada hal penting yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Damian. Kali ini pria itu terlihat serius sekali.
🍁🍁🍁
Di kediaman Widjaja, tepat nya di sebuah kamar milik seorang gadis bernama Arra. Tampak seorang gadis yang tertunduk lesu dengan menatap sebuah alat kecil berbentuk pipih dan panjang dengan dua garis kecil yang terpampang di bagian tengah.
Airmata gadis cantik itu meluruh menghujam pipinya, ia bahkan memukul beberapa kali perutnya yang masih terlihat rata.
"Tidak ... aku harus meminta tanggung jawab kepadanya, sebelum semuanya terlambat." Arra semakin yakin dengan niatnya.
Gadis itu segera mengusap airmata nya dengan kasar, ia menatap nanar wajahnya di cermin kamarnya.
"Ini kan yang kamu mau Arra, dia akan segera menjadi milikmu lagi." Gadis cantik itu tampak tersenyum getir menatap pantulan tubuhnya yang sebentar lagi akan berubah bentuk.
Bersambung ....
💖💖💖
.
.
.
.
.
Mampir ke karya temen author ya, ceritanya keren sangat😍👍🏻
OB Kerudung Biru ~ Putri Tanjung
Membuka Hatimu ~ Mamika
Pernikahan Paksa Sang Pewaris ~ Desi Manik
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
MAMPUS LO ARRA, SELINGKUH YAA SELINGKUH SAJA, INI UDH SELINGKUH, LO MALAH BERZINAH DN BRIKAN KSUCIAN LO KE CHRIS LKI2 GK JELAS. SKRG LO HAMIL, MSH GK PNY HARGA DIRI LO INGIN MNGHARAPKN DAMIAN LAGI.. TERIMA NASIB LO..
2023-04-04
0
@shiha inayah
nih cewek gila pasti mau nyuruh Damian tanggung jawab padahal hamil SM selingkuhannya...
2022-02-16
0
maestuti dewi saraswati
👍👍👍👍
2021-06-22
0