Seperti biasa suasana makan malam di kediaman keluarga Arga Hutama selalu hangat dan menyenangkan, obrolan-obrolan yang tercipta di setiap makan bersama itulah yang selalu menghidupkan suasana. Selalu saja ada dialog lucu atau ejekan dari ketiga saudara kembar itu, membuat Erina dan Arga harus meninggikan intonasinya saat ketiga saudara itu tak ada yang mau mengalah.
"Damian, bagaimana persiapanmu? Kurang beberapa bulan saja pernikahan mu. Jika kamu perlu bantuan papa, katakan saja," ucap Arga membuka obrolan makan malam kali ini.
Damian terdiam, Ia bingung harus memulai darimana untuk mengatakan yang sebenarnya kepada kedua orang tuanya.
"Damian ... kamu baik-baik saja kan sayang?" tanya Erina yang memang melihat perubahan tidak biasa pada sikap anaknya itu.
"Dam ... dipanggil mama tuh. Nglamun aja!" hardik Daisy sambil melempar tisu ke arah Damian.
"Isy ... tidak baik seperti itu sayang," tutur Erina.
Seperti biasa Daisy hanya menyeringai ketika sang mama menasihatinya, sedangkan Damian. Ia tetap bergeming, benar saja raganya sedang duduk manis di tempat. Tapi, pikiran nya entah mengembara kemana?
"Dam ...." Tepukan Davian di pundak saudara kembarnya sukses membuyarkan lamunannya.
Damian tampak kikuk, sendok yang sedari tadi ia pegang reflek jatuh ke lantai hingga menimbulkan suara gaduh.
Damian mengedarkan pandangan secara bergantian kepada seluruh anggota keluarganya, semua mata tampak menatap nya dengan pandangan heran. Berbeda dengan Daisy, gadis itu terlihat menatap penuh kecurigaan kepadanya.
"Kenapa kamu menatap ku seperti itu?" pekik Damian terhadap Daisy. Ia merasa tak nyaman dengan pandangan semua orang kepadanya.
"Kamu sangat mencurigakan Dam, apa yang kamu sembunyikan dari mama dan papa?" selidik gadis itu.
"Tidak ... tidak ada yang aku sembunyikan," kilahnya.
"Aku sudah kenyang, aku ke kamar dulu ya Ma, Pa!" Damian bangkit dan segera melangkahkan kakinya, namun suara papa nya berhasil menghentikkan langkahnya.
"Setelah makan malam ini, kita kumpul di movie room. Mengerti Damian."
"Iya Pa!" jawabnya malas. Pria itu tampak berjalan menuju kamarnya.
"Yeah, kebetulan banget pa. Ada film baru yang lagi seru. Ayo kita nobar," teriak Daisy dengan penuh semangat.
Arga, Erina dan Davian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah gadis yang sudah menginjak usia 23 tahun itu, tapi sikap kekanakannya masih belum juga hilang.
🍁🍁🍁
Setelah makan malam selesai semua berkumpul di movie room. Daisy memilih tengkurap menghadap layar, sedangkan Davian dan Damian memilih duduk di bawah dengan menyandarkan punggung mereka. Erina dan Arga memilih untuk duduk di atas.
"Dam ... cerita kan, ada apa sebenarnya?" tanya Arga membuka percakapan.
Arga selalu menerapkan keterbukaan kepada anak-anak nya, bersikap terbuka dan jujur adalah keharusan. Mereka terlatih untuk itu, tak terkecuali Damian. Dia selalu terbuka meskipun tak secara langsung Ia katakan kepada seluruh keluarganya. Kadang dengan mama nya, kadang dengan papa nya. Sering juga dengan Davian, karena saudara kembar laki-laki nya itu yang merasa selalu mengerti bagaimana perasaannya. Walaupun Ia juga sangat dekat dengan mamanya, tapi bukankah curhat dengan sesama pria itu lebih menyenangkan.
"Pa, Ma ... sepertinya aku tak bisa melanjutkan hubunganku dengan Arra," jelas Damian dengan suara lirih.
Hal itu, tentu saja membuat seluruh anggota keluarga nya tercengang. Tak terkecuali Daisy, tentu saja dia yang paling antusias mendengar kabar itu. Selain Ia kurang menyukai Arra, gadis itu juga berharap Damian mendapat gadis yang lebih baik dari Arra.
"Benarkah? Akhirnya do'aku terkabul ya Tuhan," ucap Daisy dengan mengangkat kedua tangannya. Lalu meraup kasar wajahnya dengan kedua tangannya itu.
"Isy ....," desis mamanya.
"Damian, katakan pada mama. Kenapa kamu memutuskan hubunganmu dengan Arra?" desak mamanya.
Damian tampak ragu mengatakan yang sesungguhnya kepada mamanya.
"Pasti dia selingkuh? Iya kan?" tebak Daisy tepat sasaran.
Sekali lagi mamanya melirik ke arahnya, Daisy lagi-lagi hanya menyeringai.
Damian masih terdiam, Ia hanya mendesah kasar. Tangan lembut mamanya tampak mengelus pundaknya.
"Iya ma, benar yang dikatakan Isy."
Erina tampak menghela napas berat, Ia tak tahu harus berkata apa kali ini.
"Tuh kan, benar dugaanku selama ini. Arra tu bukan gadis baik-baik Dam, kamu sih gak pernah dengerin omonganku," pekik Daisy.
"Isy ... tak baik jika kita menghakimi tanpa tahu bukti yang pasti, dan jika kita sudah punya bukti sekali pun. Kita tak berhak memvonis seseorang itu. Hanya Tuhan yang tahu baik buruknya manusia, kamu mengerti Isy?" nasihat papanya.
"Iya mengerti pa!"
"Damian, apa kamu lihat langsung bahwa Arra selingkuh? Atau hanya dari spekulasi-spekulasi saja?" selidik mamanya.
"Iya ma, aku tahu langsung dengan mata dan kepalaku sendiri." Mendadak suasana hati Damian merasa sangat tak nyaman.
"Ma, aku ke kamar dulu ya. Aku benar-benar lelah."
Arga seolah mengerti yang di rasakan putranya itu, Ia menganggukkan kepala seraya berkata. "Besok kita bicara lagi."
Damian hanya menganggukkan kepalanya dengan lemah, Ia segera berjalan meninggalkan movie room dengan langkah berat.
🍁🍁🍁
Keesokan harinya, Davian sudah terlihat duduk di tepi ranjang Damian. Menunggu saudara kembarnya itu keluar dari walk in closet.
Tak lama, Damian keluar dan sudah terlihat rapi dengan setelan jas berwarna dark grey yang senada dengan warna celananya.
"Ada apa Dav?" tanya Damian setelah mengetahui saudara laki-laki nya tengah menunggunya.
"Papa sedang menunggumu, Ben juga sudah terlihat dibawah tadi," jawab Davian.
"Oh, begitu. Baik lah, terimakasih Dav," ucapnya sambil membenarkan dasi bermotif garis-garisnya.
"Dam, apa kamu baik-baik saja? Maksud ku, bagaimana perasaanmu saat ini?"
Damian sejenak menghentikkan aktivitas nya, dia mendudukkan tubuhnya di sofa yang dekat tempat tidurnya.
"Dav, maafkan aku karena sempat tak percaya dengan kata-kata mu dan Isy. Aku terlalu dibutakan oleh cinta, Arra bahkan tak sebaik yang aku pikir." Pikiran Damian kembali mengingat saat Davian dan Daisy mencoba memperingatkan Damian beberapa bulan yang lalu.
Namun, Damian menampik nya. Ia lebih memilih mempercayai gadis yang saat ini sudah mengkhianatinya.
"Tak masalah Dam, papa dan mama selalu mengajarkan kita untuk tak selalu mempercayai suatu hal tanpa ada bukti yang konkrit. Seperti itulah yang kamu lakukan saat itu, dan kini setelah semua terbukti. Ku harap kamu tak terlalu merasakan sakit saat ini," ucap Davian seraya menepuk pundak Damian.
"Terimakasih," ucapnya sambil mengulas senyum.
🍁🍁🍁
"Ada suatu hal penting yang ingin Papa sampaikan kepada kalian bertiga," ucap Arga.
Mereka semua telah berkumpul di ruang tengah, Damian dan Davian sudah terlihat rapi. Berbeda dengan Daisy, Ia terlihat masih memakai baju santai. Karena dia sudah memiliki orang kepercayaan untuk mengelola butiknya, jadi Daisy bisa datang kapanpun dia mau.
"Damian, semalam Mama dan Papa sudah memutuskan. Karena pertunanganmu batal, Papa memutuskan untuk mencarikan jodoh untukmu."
Ketiga saudara kembar itu tampak terkesiap dengan ucapan papa nya, mereka saling pandang satu sama lain sambil kompak berkata, "Mencarikan jodoh?"
"Pa, ini bahkan bukan jaman Siti Nurbaya Pa? Tak perlu lah sampai Papa dan Mama susah-susah mencarikan ku jodoh. Dan satu lagi Pa, aku udah bisa memutuskan mana yang terbaik buat hidupku," protes Damian.
"Benarkah? Kamu bisa memilih calon hidupmu sendiri?" ledek papa nya.
"Lalu bagaimana dengan Arra? Bukankah dia gadis pilihan mu sendiri?" imbuh Arga sambil mengangkat salah satu sudut bibirnya.
Seketika raut wajah Damian langsung membeku, memang benar Arra adalah gadis pilihan nya sendiri. Saat itu Ia benar-benar mencintai gadis cantik itu, Ia yakin akan hidup bahagia dengan gadis yang juga mencintainya. Namun, sekarang semua nya telah pupus. Tapi Damian juga bersyukur karena sudah di lihat kan secara langsung siapa Arra yang sebenarnya.
"Tapi Papa tidak bisa memutuskan begitu saja," kilahnya.
"Papa bisa, Papa tahu yang terbaik untukmu."
"Tidak, aku tidak mau dijodohkan Pa. Kenapa hanya Damian pa? Bagaimana dengan Daisy dan juga dengan Davian?"
"Eh, jangan bawa-bawa kita dong Dam!" protes Daisy.
"Karena kamu yang akan memimpin perusahaan, itulah alasannya."
"Apa? Jadi karena alasan itu, Papa menyuruhku untuk segera menikah?" tanya Damian tak percaya.
"Iya ... Davian sudah menjadi kepala Rumah Sakit dan Daisy sudah memiliki butik dari hasil kerja kerasnya sendiri. Kamu, kamu yang akan meneruskan usaha keluarga Dam. Alasan Papa ingin kamu segera menikah karena dengan menikah kamu bisa bertanggung jawab, jika kamu bisa bertanggung jawab dengan keluarga mu. Kamu juga akan bisa bertanggung jawab kepada ribuan karyawan yang akan menggantung kan hidup nya pada perusahaan kita nak."
"Tapi ini terlalu cepat pa!"
"Siapa bilang terlalu cepat, kamu bisa berkenalan dulu. Papa akan beri waktu tiga bulan untuk kamu mencari jodohmu sendiri, jika kamu tidak bisa memenuhi tenggat waktu yang papa berikan. Terpaksa Papa dan Mama menjodohkan kamu dengan gadis pilihan kami atau jabatan CEO akan kami alihkan kepada Evan. Dia anak yang penurut, tak akan ada masalah jika dia di jodohkan dan menikah di usia mudanya."
"Benar-benar tidak adil," gerutu Damian.
"Apa kamu bilang?"
"Tidak, aku tidak bilang apa-apa Pa."
Damian tampak berpikir keras.
"Baiklah, selama tiga bulan itu aku akan membuktikan. Kalau aku bisa mencari jodohku sendiri," ucap Damian dengan penuh keyakinan.
"Bagus." Arga dan Erina tampak menyunggingkan sebuah senyuman kemenangan.
Sedangkan Damian hanya bisa mendesah kasar.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
murniati cls
kan baru putus,Napa tak beri waktu tuk berbenah diri dulu
2023-08-13
0
Soraya
permisi numpang duduk dl ya thor
2022-10-09
0
@shiha inayah
awalan yg lumayan menarik....
2022-02-16
0