"Selamat pagi Tuan dan Nyonya," sapa Ben.
Terlihat Arga dan Erina duduk di ruang makan. Sarapan telah usai sepuluh menit yang lalu. Tapi kedua orang tua triple D ini (sebutan untuk Damian, Davian dan Daisy) masih tampak bercengkrama disana.
"Ben," tegur Erina.
"Ayo sarapan dulu Ben!" ajak wanita yang masih cantik di usia yang menginjak kepala lima itu.
Ben mendekat ke arah Arga dan Erina, sebuah salam dengan mencium punggung tangan pasangan suami istri ini tak pernah Ben lewat kan. Memang begitu lah Erina mengajarkan kepada anak-anaknya, meskipun mereka bergelimang harta. Tapi sopan santun masih tetap di junjung tinggi di keluarga Arga Hutama, hal itu Ia terapkan juga kepada Ben, karena Ben adalah anak asuh Arga dan Erina.
"Terimakasih Nyonya, saya sudah sarapan tadi sebelum berangkat kesini." Ben menolak secara halus ajakan Erina.
"Oh begitu ...." ucap Erina.
"Ben, ini kan hari minggu. Apa Damian menyuruh mu lembur?" Arga sempat melirik map hitam yang dibawa Ben.
"Tidak Tuan, saya hanya menyerah kan dokumen yang di minta oleh Tuan Muda," jelas Ben.
"Kamu bener gak sarapan dulu Ben?" tawar Erina sekali lagi, berharap Ben akan berubah pikiran dan mau sarapan terlebih dahulu sebelum menemui Damian.
"Tidak Nyonya, terimakasih. Saya benar-benar sudah kenyang," tolaknya sekali lagi.
"Ya sudah, kamu temui Damian. Dia sepertinya sudah menunggumu di ruang kerjanya," tukas Arga.
"Baik, Saya permisi dulu Tuan dan Nyonya."
"Iya Ben!" sahut Erina dan Arga.
🍁🍁🍁
Tok-tok-tok!
"Masuk!" perintah Damian.
Ben segera memutar handle pintu ruang kerja Damian, sebuah ruangan yang berkonsep modern minimalis dengan beberapa rak buku yang terletak di sudut ruangan terlihat begitu nyaman. Damian bahkan bisa menghabiskan berjam-jam di ruangan tersebut, baginya ruang kerja adalah tempat favorit nya.
Ben berjalan mendekati meja Damian dan menyerahkan map hitam yang sedari tadi Ia bawa.
"Ini Tuan," ucap Ben.
Damian menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya, pria itu menopang dagu dengan salah satu tangannya yang bertumpu pada sisi lengkungan kursi.
"Apa ini laporan tentang nama pelaku yang menjebakku kemarin Ben?" Damian menarik map hitam tersebut, lalu membuka lembar demi lembar.
"Tidak Tuan, itu biografi gadis-gadis yang akan kita seleksi untuk calon istri Tuan Muda," jelas Ben.
Sebuah map yang berisi kumpulan biografi gadis-gadis cantik tersusun rapi di setiap lembar nya. Damian membuka lembar demi lembar dengan ekspresi yang berbeda-beda, kadang kening nya berkerut, matanya membulat. Namun, di lembar terakhir Damian sempat menatap Ben dengan pandangan tajam.
"Ben, kita tidak sedang mengadakan audisi dandanan termenor! Kenapa semua foto yang terlampir disini hampir berdandan seperti ondel-ondel? Kamu sedang mengerjaiku ya?" pekik Damian seraya melemparkan map itu ke atas meja nya.
Ben menyeringai. "Tuan, bukankah semua pria hampir menyukai gadis yang pintar berdandan? Mereka adalah gadis high class, Tuan."
"Cih ... Seleramu sangat rendah Ben. Dan jika aku memilih salah satu dari gadis yang ada di map itu, aku harus siap-siap untuk mendapat hujatan dari Daisy," celetuk Damian.
Pria yang memiliki tinggi 186 cm itu terkekeh mendengar kalimat Tuan nya, Ia bahkan bisa membayangkan bagaimana wajah Daisy saat menghujat saudara kembar nya itu.
"Kau meledekku ya?" pekik Damian sambil menajamkan pandangan nya pada Ben, Ia merasa kesal karena sekertaris nya itu mentertawakannya.
"Tidak Tuan, saya hanya membayangkan raut wajah Nona Isy ketika dia menghujat anda. Benar-benar lucu sekali," sahut Ben. Ia bahkan tak berhenti tertawa, wajah lucu Daisy ketika marah tergambar jelas dalam ingatan Ben.
Tawa Ben seolah virus bagi Damian, pria itu pun ikut tertawa bersamanya. Kini mereka tampak tertawa terbahak-bahak hanya karena mengingat wajah lucu Daisy, gadis itu seperti kepiting rebus saat marah.
"Dia memang gadis kepiting rebus," sebuah julukan yang selalu di tujukan untuk saudara kembar nya itu.
"Dan dia juga sangat cantik saat tertawa Tuan," ungkap Ben tanpa Ia sadar.
Damian menghentikkan tawa nya, Ia menatap Ben seraya tersenyum smirk.
"Apa kamu menyukai Isy?" selidik Damian.
Ben tampak kikuk dengan pertanyaan Damian.
"Tentu saja Tuan, semua pria pasti akan menyukai Nona Isy," kilah nya.
Sebuah senyuman semakin mengembang di bibir Tuan Muda tampan itu.
"Seleramu bagus jika kamu menyukai Isy, Ben. Tapi kenapa kamu memberikan ku pilihan gadis-gadis yang berdandan tebal? Aku tak menyukainya," desisnya.
Ben mengulas senyum. "Maafkan saya Tuan, akan saya revisi gadis-gadis itu."
Ucapan Ben kali ini benar-benar membuat nya tertawa dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Terserah padamu Ben."
🍁🍁🍁
"Ben, kamu cari tahu siapa waitress yang sudah memberitahumu masalah serbuk itu. Siapa tahu dia ikut terlibat dalam rencana Arra," perintah Damian.
"Baik Tuan, setelah ini saya akan mencari tahu siapa gadis itu. Apa perlu saya membawanya kehadapan anda Tuan?"
"Iya, itu yang aku inginkan. Bawa dia kehadapan ku, aku ingin tahu secara langsung siapa saja yang sudah bekerja untuk Arra," tegas Damian. Sorot mata yang sebelum nya tampak teduh kini berubah menjadi tajam.
🍁🍁🍁
Ben sudah berada di basement khusus karyawan, tampak seorang gadis dengan seorang temannya berjalan menuju basement tersebut.
"Nona Sarah!" tegur Ben.
Sarah segera mencari sumber suara yang memanggilnya. Gadis itu mengerutkan kening saat tahu bahwa Ben yang memanggilnya.
"Sarah, Aku pulang dulu ya," pamit temannya.
"Oh iya, hati-hati dijalan ya!" ucap Sarah sambil melambaikan tangan kepada temannya itu.
Perhatian Sarah kembali terpusat pada sosok pria yang sedang berdiri tak jauh darinya.
Tunggu ... bukankah dia bodyguard Tuan Muda waktu itu? Dan dia tahu nama ku? Aduh, masalah apa lagi ini, batin Sarah.
"Nona Sarah, bisakah anda ikut dengan saya sebentar. Tuan ingin bertemu dengan anda untuk menanyakan kejadian di Resto kemarin," jelas Ben.
Tuan Muda ingin bertemu denganku? Mimpi apa Aku semalam? Tapi jika dia ingin membahas tentang minuman yang berisi serbuk itu, bagaimana? Habis lah Aku.
"Tuan, sepertinya Tuan Muda tidak apa-apa kan? Lalu kenapa dia ingin bertemu denganku, Aku benar-benar tak tahu masalah serbuk itu," ungkap Sarah sambil melambaikan tangan menandakan bahwa memang dia tidak tahu apa-apa.
Ben mengulas senyum. "Anda tak perlu khawatir, sekarang anda hanya cukup ikuti saya bertemu dengan Tuan saja Nona."
Sarah sejenak terdiam, Ia berpikir kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi pada dirinya selanjutnya jika dia menerima ajakan pria ini untuk bertemu dengan Tuan Mudanya.
Tidak, jika Aku ikut dengan pria ini. Aku mungkin akan mendapat masalah besar, lebih baik Aku kabur saja sekarang.
Suasana menjadi hening sesaat.
"Ayo, ikuti saya Nona!" ajak Ben. Namun, gadis itu seolah mendapat ide.
"Oh, selamat siang Tuan." Sarah menunjuk ke arah belakang Ben dan membungkukkan badannya. Ben reflek membalikkan badannya untuk melihat siapa yang dimaksud Sarah. Dan hal itu, tak di sia-sia kan olehnya.
Gadis itu segera berlari keluar basement, Ben yang menyadari telah dibodohi Sarah tersenyum menyeringai. Lalu dengan langkah cepat Ia mencoba mengejar gadis itu.
🍁🍁🍁
Sarah tampak bersembunyi di balik tong sampah besar yang berada tak jauh dari basement, Ia berharap pria itu tak menemukan nya dan segera pergi dari tempat itu.
Sekilas Ia melihat Ben lari ke arah yang berlawanan dengan gadis itu, Ia bernapas lega. Dengan mengendap-endap Sarah keluar dari persembunyiannya, Ia segera berlari menuju basement tempat motor nya di parkir. Betapa terkejutnya gadis itu, ketika melihat Ben sudah duduk di atas motor nya.
Gadis yang masih terengah-engah itu tampak membulatkan matanya, Ia tak percaya sungguh tak percaya.
Bagaimana bisa? Pria ini tadi kan berlari kesana, kenapa sekarang bisa di atas motorku?
Ben tersenyum penuh kemenangan.
"Jika anda masih bersikeras untuk kabur, saya terpaksa akan telpon polisi Nona," ancam Ben sambil meraih ponselnya yang Ia simpan di saku baju nya.
Ya Tuhan, kenapa semua orang sangat senang mengancamku. Kemarin Nona belagu sekarang pria bodyguard ini, umpat Sarah dalam hati.
Sarah tak punya pilihan lain selain mengiyakan ajakan pria tersebut, Ia berjalan lesu mengikuti langkah Ben menuju mobil.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
@shiha inayah
kenapa malah lari Sarah , nanti km dikira komplotan nya arra....
2022-02-16
0
Almeera
😀😀😀😀kasian sarah dh cape2 ngos2an🤭🤭
2021-08-05
0
maestuti dewi saraswati
kocak banget sarah maahhh
2021-06-22
0