Damian menyandarkan punggungnya di kursi seraya menatap pemandangan luar, ia membuka sedikit pintu jendela mobilnya. Sejenak menikmati angin malam yang berhembus menyapu wajah tampannya.
Bayangan wajah Sarah mulai menari di ingatannya, entah kenapa selama dua hari ini. Wajah gadis dua puluh satu tahun itu seolah memenuhi isi kepala Tuan Muda yang sedang mencari jodoh untuk memenuhi deadline orang tuanya.
Tapi hal itu malah membuatnya bahagia, ia seringkali tersenyum sendiri ketika mengingat sifat sang gadis yang seolah tak tertarik sama sekali dengan dirinya.
Damian segera tersadar dari lamunannya, tatkala Ben memasuki sebuah parkiran luas yang berjejer mobil-mobil mewah.
"Kita sudah sampai Tuan," ucap Ben seraya melepaskan sabuk pengamannya.
"Kamu tahu kan, apa yang harus kamu lakukan Ben."
"Baik Tuan."
Ben bergegas keluar mobil menuju pintu keluar karyawan Resto, pria itu mengedarkan pandangan mencari sosok gadis yang sudah menyita perhatian bosnya.
Pria yang sudah bekerja selama tujuh tahun dengan keluarga Arga Hutama itu menjentikkkan jarinya, saat sosok yang ia cari tertangkap indra penglihatannya. Ben setengah berlari agar bisa menjangkau gadis yang kini sudah memakai baju casual dan hendak menuju basement.
Sarah terjingkat ketika seorang pria tiba-tiba berdiri di hadapannya. Gadis itu menatap Ben dengan pandangan tak senang.
"Mau apa anda? Saya sudah tidak ingin berurusan dengan anda atau Tuan Muda anda. Saya sudah janji untuk membayar hutang saya, jadi saya tidak akan lari. Bulan depan akan saya cicil sebagian, sebagiannya lagi. Bulan depannya lagi, jadi saya mohon jangan ganggu saya lagi," terang Sarah sambil mencoba menerobos Ben.
Tapi pria itu terus menghalangi langkahnya.
"Tuan sudah menganggap hutang Nona lunas," sahut Ben.
Gadis itu kembali menatap Ben dengan pandangan tak percaya. "Benarkah?"
"Iya, tapi ada syarat yang di ajukan Tuan untuk anda. Ikuti saya Nona."
"Syarat apa Tuan? Jika itu di luar kemampuan saya, saya tidak bersedia," tolak Sarah.
"Ikuti saya dulu Nona, nanti Nona akan tahu."
"Tidak, jelaskan dulu syaratnya Tuan."
"Ikuti saya dulu Nona!" hardik Ben. Suara Ben yang terdengar sedikit memaksa. Membuat beberapa karyawan yang melihat kearah mereka sedikit heran.
Karena Sarah merasa tak nyaman dengan tatapan karyawan lain terhadap nya, Sarah memilih mengalah kali ini. Bukankah dia memang tak bisa menang, jika sudah berurusan dengan Tuan Muda songong itu.
Sarah mencebikkan bibirnya, ia merasa kalau pria yang ada di hadapannya ini tak kalah menyebalkan dengan bosnya.
Mereka adalah pasangan Tuan Muda dan bawahan yang sangat menyebalkan, batin Sarah.
🍁🍁🍁
Sebuah cafe yang menyuguhkan interior yang sanggup memanjakan mata terpampang di hadapan Sarah, gadis itu tak henti berdecak kagum. Kedua manik coklatnya menyapu seluruh isi ruangan bangunan yang berkonsep modern vintage, furniture yang disusun rapi di setiap sudutnya sangat pas di padu padankan dengan dinding berwarna putih.
Ruangan yang memiliki luas lima meter persegi dengan tiga sofa dan beberapa furniture pemanis, menjadi tujuan Damian untuk mengutarakan syaratnya.
Terlalu berlebihan, itulah yang saat ini ada di benak Sarah.
Kenapa juga harus di tempat yang sebagus ini, jika hanya untuk menyampaikan sebuah syarat. Jangan-jangan ada jebakan lagi disini? Sepertinya aku harus lebih berhati-hati lagi, karena Tuan Muda satu ini bahkan lebih menakutkan dari preman pasar yang sering malak abang tukang bakso.
Ekor mata Sarah mengikuti setiap gerak gerik yang Damian lakukan, pria itu bahkan saat ini terlihat begitu tampan dari sebelumya. Sarah tak bisa memungkiri, ketampanan Tuan Muda di hadapannya ini. Tapi Sarah cukup tahu diri siapa dia, gadis sepertinya tak akan masuk dalam kriteria pria yang nyaris sempurna itu.
"Kamu mau pesan apa? Pesanlah semaumu!" ucap Damian membuka obrolan.
Sarah mengerutkan kening, ia merasa dejavu dengan kejadian saat ini. Tapi kali ini ia tak mau lengah.
"Tidak Tuan, terimakasih. Saya masih kenyang," tolaknya.
"Benarkah? Kapan kamu makan? Kamu bahkan tak membawa bekal dari rumah, dan saat ini kamu juga tak memiliki uang untuk membeli makan bukan?" ketus Damian.
Sarah ingin sekali menyanggah ucapan pria itu, tapi ia juga sedikit tertegun. Bagaimana mungkin Tuan Muda sepertinya bisa memperhatikan hal remeh seperti ini.
"Tidak, ibu saya sudah memasak untuk saya Tuan. Saya terbiasa makan malam dirumah bersama ibu dan adik saya," ungkap Sarah.
Damian mengulas senyum, membuat Sarah semakin salah tingkah. Pria di hadapan nya ini sekarang bahkan terlihat lebih manusiawi daripada pertemuan sebelumnya.
"Baiklah, kalau begitu kita makan dirumahmu saja!" seru Damian yang semakin membuat gadis itu dirundung kebingungan.
"Ma-maksud Tuan?"
"Ayo kita makan bersama dengan ibu dan adikmu," tutur Damian. Ia segera bangkit dan berjalan mendahului Sarah.
Sementara itu, Sarah masih termangu di tempat. Ia semakin cemas dengan apa yang sedang direncanakan pria itu.
"Tuan, tunggu!" Sarah segera beranjak dan menghampiri Damian yang sudah jauh meninggalkan nya.
"Ada apa?" tanya Damian datar.
"Se-sebenarnya apa yang anda inginkan Tuan?"
"Nanti kamu bakal tau!" jawabnya dengan mengulas senyum. Pria itu mendekapkan tangan di dadanya sambil menatap Sarah lekat-lekat.
"Sepertinya kamu sudah sangat tidak sabar ya?" selidik Damian sambil menaikkan satu sisi bibirnya.
Sarah malah merasa heran dengan sikap Damian yang dirasa semakin aneh itu.
"Ayo, kita pergi sekarang!" seru Damian. Dengan sengaja ia menggandeng tangan Sarah, karena tak mau gadis itu kembali memprotes dan semakin mengulur waktu.
Gadis itu tercengang, Ia menatap lengan kokoh Damian. Pria itu memang sengaja menggulung kemejanya sampai siku, menonjolkan urat-urat pada lengannya. Akibat si empunya yang rajin berolahraga.
Ya Tuhan, kenapa aku berdebar seperti ini. Sadar Sarah, kamu harus tau diri. Dia seorang Tuan Muda yang kebetulan berurusan denganmu, hanya itu saja tak lebih.
Sarah menyentuh dadanya yang tak henti berdegup kencang, ia meyakinkan dirinya untuk tahu diri dan tak menyalah artikan perlakuan Tuan Muda terhadapnya. Ia mencoba melepaskan genggaman Damian, tapi pria itu semakin mempererat genggamannya.
🍁🍁🍁
Ben menunggu Tuan Muda nya di dalam mobil, ia melihat dua orang yang berada di luar tak jauh dari tempat parkiran. Ben mengawasi setiap gerak-gerik kedua orang yang sangat mencurigakan itu, ia merasa kedua orang itu adalah orang yang sama yang sudah mengintainya saat di apartemen tadi.
Pria itu segera membuka pintu mobil dengan perlahan. Namun, sayangnya salah satu dari mereka menyadari bahwa ia sedang di awasi. Ben tak ingin kehilangan jejak kedua orang itu, pria itu segera berlari ke arah mereka berdua. Dengan sekuat tenaga Ben mencoba mengejar mereka, dan di bantu oleh beberapa security cafe yang melihat Ben.
Namun sayang, Ben harus kehilangan jejak mereka berdua. Begitu pun dengan beberapa security yang ikut mengejarnya.
Pria itu berjalan kembali menuju mobil dengan pikiran tak tenang, ia merasa keamanan Tuan Muda dan dirinya sedang dalam bahaya. Ia tak boleh lengah.
Saat ben melewati tempat persembunyian kedua pengintai tadi, ia tak sengaja menginjak sebuah lencana yang berlogo Singa dengan inisial huruf W. Pria itu mengerutkan kening nya dan tampak berpikir keras.
🍁🍁🍁
Damian terus menggenggam jemari Sarah sampai akhirnya mereka tiba di parkiran. Ben terlihat setengah berlari menghampiri Tuan Muda nya.
"Darimana kamu Ben?" tanya Damian dengan kening berkerut.
Ben yang ingin menjawab pertanyaan Tuan Muda segera mengembangkan senyumannya ketika pandangan nya beralih pada kedua tangan mereka yang masih saling bertaut. Sarah yang menyadari pandangan Ben, segera menarik paksa tangannya.
"Saya dari mencari angin Tuan," dalih Ben.
Ben segera membuka pintu mobil dan mempersilahkan Damian dan Sarah masuk kedalam mobil. Lalu dia berjalan memutar menjangkau pintu kemudi dan segera duduk di depan kemudi.
"Tuan, maaf bisa antarkan saya terlebih dahulu untuk mengambil motor di tempat parkiran bekerja saya?" pinta Sarah.
"Tidak usah, kamu pulang bersamaku. Besok Agus akan menjemput mu seperti tadi dan akan seperti itu seterusnya. Karena Agus adalah sopir pribadimu sekarang," tegas Damian.
"Tapi Tuan? Saya---,"
"Sudah jangan membantah, kenapa kamu suka sekali membantah si? Ini juga untuk kebaikanmu, tak baik gadis pulang sendiri naik motor malam-malam begini!" pekik Damian yang membuat Sarah terkesiap.
Sarah bergeming, ia bersandar seraya menatap kaca mobil di sampingnya. Ia lelah, tak ingin berdebat lagi dengan Tuan Muda di sampingnya. Sia-sia begitulah pikirnya.
Pria itu menatap gadis yang kini memalingkan wajah darinya, ia mendesah kasar. Lalu beralih menatap Ben.
"Ben, suruh orang untuk mengambil motornya malam ini juga."
"Baik Tuan!" jawab Ben.
Sarah yang mendengar percakapan mereka berdua segera mengucapkan terimakasih kepada Damian. Pria itu saat ini berganti yang memalingkan mukanya dari Sarah.
Suasana hening kembali tercipta.
Bersambung ....
💖💖💖
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
PASTI ORG SURUHAN ARRA ATAU PAPANYA SI TONY..
2023-04-04
0
nurhaya507
maaf damian baru silaturahmi 🙏🙈
2022-04-25
1
@shiha inayah
visualnya Ben idolaku....🤭🤭🤭
2022-02-16
0