Seusai kepergian anak-anaknya, Arga dan Erina memilih tetap duduk di ruang tengah. Mereka menikmati secangkir minuman yang dibuat oleh Bibi Ning, asisten rumah tangga mereka yang baru satu tahun bekerja di rumah mereka. Bibi Mar harus pulang kampung karena ingin menemani sang suami di usianya yang sudah senja.
Pria yang saat ini sudah berusia setengah abad itu, bahkan memberikan hadiah untuk Bibi Mar. Diantaranya perlengkapan alat rumah tangga. Seperti lemari es, televisi, mesin cuci, dan beberapa hadiah lainnya. Selain berupa hadiah, Arga juga memberikan uang pensiun dengan jumlah yang tak sedikit. Sebagai bentuk rasa terimakasih atas pengabdiannya kepada keluarga nya.
Bibi Mar sudah mereka anggap sebagai keluarga sendiri, jadi bentuk hadiah seperti itu bahkan masih tak ada apa-apanya dengan bentuk kasih sayang yang Bibi Mar curahkan untuk keluarga nya.
🍁🍁🍁
"Sayang, apa kita tidak keterlaluan kepada Damian?" tanya Erina yang tiba-tiba merasa tak yakin dengan rencana suaminya itu.
Pria yang masih terlihat tampan di usianya itu menyesap tehnya dengan perlahan dan meletakkan cangkirnya kembali ke atas meja. Seulas senyum tergambar di wajahnya yang memperlihatkan guratan-guratan halus di sekitarnya.
"Tidak usah terlalu khawatir sayang, kamu sepertinya melupakan masa muda kita?" Arga melingkarkan tangannya di pundak sang istri, di belainya dengan lembut rambut sebahu sang istri.
Pertanyaan Arga memaksa ingatan Erina kembali ke masa mudanya, saat dimana pertama kali ia bertemu dengan sang suami. Mereka berdua tampak tertawa bersama mengingat masa mudanya dulu. Sungguh pertemuan yang akan selalu mereka kenang setiap waktu, pertemuan dari ketidaksengajaan berujung pada cinta pada pandangan pertama.
"Damian sifatnya mirip denganku, dia perlu sedikit pemaksaan. Seperti deadline yang kita berikan kepadanya saat ini," jelas Arga yang mencoba meredam kecemasan Erina.
Erina teringat kembali ajakan sang suami yang dulu mengajaknya menikah secara dadakan, saat itu memang terdengar sangat aneh. Tapi setelah mengetahui alasan mertuanya, ia bisa mengerti dan bahkan kini mereka hidup bahagia.
"Kamu benar sayang, aku harap Damian akan menemukan gadis yang terbaik untuk pendamping hidupnya," doa tulus sang ibu untuk anaknya.
"Yang terbaik tetap lah kamu sayang," goda Arga sambil mencubit hidungnya.
"Ish ... ingat umur sayang," ledek Erina sambil mencubit pelan pinggang suaminya itu.
"Umur boleh tua, tapi untuk masalah ranjang kita tak kalah dengan pengantin baru sayang," selorohnya yang di akhiri dengan dengan cubitan kecil di pahanya.
"Aduh ... sakit sayang, kalau pengen bilang istriku. Jangan main kode cubit-cubitan."
"Ish ... apaan sih kamu sayang, udah mau kakek-kakek juga," ledek Erina di iringi tawa renyahnya. Mereka berdua tampak tertawa bersama, kemesraan yang tercipta antara kedua pasangan yang sudah menikah selama hampir 25 tahun ini kian hari kian bertambah levelnya. Membuat siapa saja yang melihat mereka, harus bersabar karena iri. Termasuk ketiga anak mereka.
🍁🍁🍁
Sementara di kantor Damian, ia tampak duduk dikursi kebesarannya dengan menyandarkan punggungnya. Salah satu tangannya memijit ujung pangkal hidungnya.
Deadline yang sudah diberikan kedua orang tuanya, benar-benar membuat dia tak tenang hari ini. Bagaimana bisa ia menemukan jodohnya dalam tempo yang sangat singkat itu, yang ada mungkin pernikahan kontrak. untuk memenuhi deadline tersebut.
Damian merasa mendapat ide, bagaimana kalau ia benar-benar menjalankan nikah kontrak hanya untuk menuruti kemauan sang Papa. Tapi bagaimana jika orang tuanya tahu? Bukankah Papanya sangat membenci kebohongan, sekecil apapun kebohongan itu. Papanya akan sangat murka, tapi ia tak punya pilihan lain. Damian benar-benar bingung sekali.
Ben yang merasa Tuan nya sedang tidak baik-baik saja, segera mencoba untuk menegur bosnya. "Tuan."
Damian mendesah kasar. "Ben, Papa memintaku untuk mencari calon istri, aku bahkan diberikan tenggat waktu selama tiga bulan saja. Apa yang harus aku lakukan Ben?"
Ben tak segera menjawab pertanyaan Damian, pria itu sejenak tampak berpikir.
"Tuan, bagaimana kalau kita menyeleksi para gadis untuk calon istri Tuan?" jelas Ben.
Kening Damian tampak berkerut, ia sedikit sanksi dengan ide Ben. Tapi apa salahnya kalau di coba?
"Hmm ... baiklah, kamu tahu apa yang harus kamu lakukan kan Ben?" Damian bisa sedikit bernapas lega, paling tidak ide Ben bisa ia coba terlebih dahulu. Ia benar-benar tak habis pikir papanya akan memberikan sebuah deadline yang menurutnya tak masuk akal.
Bukankah cinta itu butuh proses? Lalu bagaimana jika semuanya serba kilat, bagaimana dia tahu calon istrinya orang yang tulus mencintainya seperti sang mama yang sangat mencintai Papanya. Begitu juga dengan Papanya yang tak rela jika sang Mama jauh darinya.
Damian ingin merasakan cinta seperti itu, cinta yang tak akan pernah pudar meski sang waktu terus berlalu. Semakin di pikir, semakin pusing kepalanya.
🍁🍁🍁
Di Kediaman Keluarga Widjaja
Arra tampak tertunduk lesu, berita Damian membatalkan pertunangan ternyata sudah sampai di telinga kedua orang tuanya. Tuan Tony Widjaja dan Nyonya Mirna Widjaja.
"Arra, kenapa kamu bisa seceroboh itu. Kamu bahkan berselingkuh dengan pria yang tak jelas asal usulnya, kurang apa coba Damian? Sudah tampan, berkharisma, kaya dan sebentar lagi dia akan menjabat CEO di perusahaan keluarga nya. Perusahaan terbesar di negara kita." Ada penekanan di kalimat terakhir Daddynya.
Arra masih bergeming, Ia mencoba menyusun jawaban yang tepat untuk pertanyaan Daddy nya.
"Dad, aku tak menyangka semuanya akan jadi seperti ini. Damian terlalu sibuk dengan pekerjaannya, dia bahkan hampir tak ada waktu untuk ku Dad. Dan hanya Chris yang mengerti aku saat itu, aku nyaman dengan Chris Dad. Tapi sekarang aku sangat menyesal." Arra mencoba menjelaskan kepada Daddy nya, gadis itu kembali tertunduk. Menyesali semua yang telah terjadi.
"Sudah Arr, Daddy muak jika kamu masih membicarakan teman priamu itu. Jelas-jelas dia tak sepadan dengan kita. Kau tahu, apa keuntunganmu jika kamu bisa menikah dengan Damian? Kamu akan menjadi ratu, apapun yang kamu inginkan. Damian pasti akan memberikan nya, dan sekarang kamu menghancurkan semuanya. Rencana Daddy yang sudah Daddy susun dengan matang juga harus hancur, dan itu semua karena ulahmu." Amarah Daddy nya semakin meluap, mata nya menatap tajam putri semata wayangnya itu.
"Daddy tak mau tau, pokoknya kamu harus bisa menarik simpati Damian lagi. Apapun itu caranya, lakukan. Kamu tau kan, perusahaan Daddy sekarang sedang krisis. Hanya Damian yang bisa kita andalkan saat ini," tegasnya.
Arra semakin tersudut, Ia tak tahu dengan cara apa Ia harus menarik simpati Damian. Gadis itu menyesal ... sungguh menyesal.
"Tapi Dad, aku bahkan tak tahu apa yang harus aku lakukan agar Damian kembali kepadaku," ungkap Arra putus asa.
Suasana hening sesaat, Tuan Tony tampak berpikir.
"Daddy akan pikirkan bagaimana caranya, sekarang kamu boleh pergi ke kamar kamu."
"Baik Dad."
Arra bangkit dan segera berjalan meninggalkan Daddy nya di ruang kerjanya seorang diri.
"Aku harus memikirkan cara, agar Arra bisa kembali pada Damian dan melanjutkan pernikahan mereka," gumam Tuan Tony.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
@shiha inayah
pantesan arra ga tau malu,,, ternyata nurun dari bapaknya....
2022-02-16
0
maestuti dewi saraswati
next thor
2021-06-22
0
Fatonah
aisss dsr bpk luknut...
2021-04-19
1