Sarah sepanjang perjalanan memilih mengalihkan perhatian nya pada kaca mobil yang berada di sisi kirinya, Ia hanya bisa berdecak kesal dan sesekali mendesah kasar.
Saat mobil melaju di sebuah persimpangan jalan, kedua manik mata coklatnya terpusat pada segerombolan anak SMA yang tengah berlari karena di kejar oleh satpol PP. Gadis itu mendapati sosok seorang remaja pria yang sangat Ia kenal, matanya membulat sempurna.
"Satya ...." desisnya.
Ben yang sedang fokus menyetir segera melirik kaca spion tengah mobil ke arah gadis itu, matanya menyipit mendapati gadis itu tampak gusar melihat ke arah luar.
Pria itu segera menoleh ke sisi kirinya, untuk memastikan apa yang tengah di lihat oleh gadis itu. Kening Ben berkerut.
"Apa anda kenal dengan segerombolan anak SMA itu Nona?" tanya Ben menunjuk ke arah sekumpulan pemuda yang memakai seragam sekolah dan tengah di kejar oleh satpol PP.
"Iya Tuan, salah satu dari mereka adalah adik saya," jelas Sarah.
Gadis itu seolah segera tersadar, Ia memukul pelan mulutnya.
"Aduh, kenapa aku malah keceplosan sih. Harus nya tadi aku bilang gak kenal sama dia," gerutu Sarah sambil melirik ke arah Ben yang tersenyum samar mendengar gumamannya.
"Apa kamu mau turun dan menemui satpol PP itu, agar dia tidak mengejar adikmu dan membebaskannya?" tawar Ben yang siap menepikan mobil nya.
"T-tidak ... tidak usah Tuan, biar kan saja dia. Dia sudah pintar meloloskan diri dari kejaran satpol PP itu," celetuk Sarah.
"Berarti kalian kakak beradik, memang punya keahlihan kabur ya," seloroh Ben yang di iringi tawa yang terkesan di tahan.
Sarah menatap Ben kesal.
Huh ... dasar pria ini. Kalau ngomong suka ngasal ya, bisa-bisanya dia menyimpulkan seperti itu. Padahal aku kan sebenarnya gadis baik-baik, batinnya mencoba membesarkan hatinya sendiri.
🍁🍁🍁
Keheningan kembali tercipta, Sarah memilih untuk mengembara bersama pikiran nya. Ia benar-benar kesal terhadap adiknya, padahal baru bulan kemarin di berurusan dengan satpol PP. Sekarang dia mengulangi kembali kenakalannya. Janji yang sudah Ia nyatakan kepada ibu nya untuk berubah, sepertinya hanya bualan semata bagi remaja yang sudah kelas tiga SMA itu.
Sarah terlalu asyik dengan pikiran nya, sampai Ia tak menyadari bahwa Ia sudah tiba di sebuah restoran ternama di kotanya.
Ben segera membuka pintu Sarah, membuat gadis itu tersadar dari lamunannya. Ia sempat tertegun beberapa saat, sampai akhirnya Ia melangkahkan kakinya keluar mobil dengan raut wajah bingung.
Pria itu menyerahkan kunci mobilnya kepada valet parking, lalu mengajak Sarah masuk ke dalam restoran milik keluarga Hutama.
"Mari ikuti saya Nona."
Sarah hanya menganggukkan kepala dan segera mengekor di belakang Ben. Gadis itu tampak terperangah, meskipun Ia bekerja di sebuah Resto yang juga terkenal di kotanya. Namun, hal itu tak membuat Ia berdecak kagum dengan interior restoran yang saat ini Ia kunjungi.
Orang kaya ya, cuma introgasi saja di restoran mewah. Niat banget si.
Sarah mengedarkan pandangan nya ke seluruh sudut restoran. Ia merasa sedikit janggal, karena restoran semewah ini sepi pengunjung. Tapi Ia segera menepis pikiran-pikiran negatif yang sempat hinggap di pikiran nya.
🍁🍁🍁
Setelah menyusuri deretan meja dan kursi yang tertata rapi, Sarah dan Ben sampai di ruang yang menurut gadis itu adalah VIP room.
Gadis itu semakin dibuat takjub oleh pemandangan di hadapannya, seorang pria terlihat duduk di salah satu meja tersebut.
"Tuan," sapa Ben.
Pria itu segera menoleh ke arah Ben dan Sarah, seketika tubuh Sarah langsung membeku. Ia tak tahan di pandang oleh pria tampan seperti Tuan Muda di hadapannya sekarang ini. Jantungnya berdegup kencang.
Ya Tuhan ... Ya Tuhan, kenapa dia memandang ku seperti itu. Aku merasa masalah besar akan menghampiri ku.
Sarah menundukkan kepalanya agar tak beradu pandang dengan Damian, Ia mencengkram kuat jemarinya.
Pria yang memiliki senyuman yang memabukkan untuk kaum hawa itu memandang Sarah dari atas sampai bawah, sebuah senyuman terulas di bibirnya.
"Duduk," perintah Damian.
Sarah hanya menganggukkan kepala dan segera duduk di hadapan Damian, sedangkan Ben memilih untuk duduk di meja lain.
Gadis itu tetap menundukkan kepalanya, jarinya memilin ujung kaosnya untuk menghilangkan rasa gugupnya.
"Apa Aku sebegitu menakutkannya, sampai kamu tak berani menatapku," ucap Damian santai. Pria itu mengambil cangkir di hadapannya, lalu menyesapnya perlahan. Matanya masih tetap menatap Sarah yang semakin gemetar ketakutan.
Sungguh aura Tuan Muda di hadapannya membuat bulu kuduknya meremang, penampilannya terlihat kalem. Namun bagi Sarah Ia begitu menakutkan.
Gadis itu menelan salivanya dengan susah payah, Ia mencoba mengumpulkan keberanian untuk menatap Damian.
"T-tidak Tuan," jawabnya lirih.
"Saat kamu memberikan Aku minuman itu, Aku tak melihat ketakutan sedikit pun di raut wajah mu. Tapi kenapa sekarang kamu bahkan tak berani menatapku?" Suara Damian terdengar semakin menakutkan bagi Sarah, Ia kembali mengumpulkan keberanian. Mengungkapkan tentang kebenaran yang sebenarnya, bahwa dia hanya sedang di ancam saat itu. Ia terpaksa sungguh terpaksa.
"T-tuan, anda salah sangka ...." Sarah menjeda ucapannya, melihat sekilas reaksi Damian atas kalimat nya.
"Saya benar-benar tidak tahu serbuk apa itu, saya hanya bertugas mengantarkan minuman kepada anda dan teman anda," jelas Sarah dengan suara bergetar.
"Jika kamu tidak tahu tentang serbuk itu, lantas darimana kamu tahu kalau minuman ku tercampur dengan serbuk?" pertanyaan Damian semakin mengintimidasi nya.
Sarah tampak menggigit bibir bawah nya.
Suasana hening sesaat.
"Saya di ancam Tuan," ungkap Sarah dengan suara bergetar.
"Diancam?" Kening Damian terlihat berkerut, Ia tak semudah itu percaya kepada gadis yang bahkan tak Ia kenal sama sekali.
"Haruskah Aku percaya?" imbuhnya.
Sarah mendesah kasar, perasaan takut nya perlahan berubah jadi kesal. Ia tak menyangka dibalik wajahnya yang sangat tampan ini, terdapat sifat yang sangat menyebalkan.
"Terserah anda mau percaya atau tidak, yang jelas Saya sudah mengatakan yang sejujurnya." Gadis itu segera bangkit dan menatap Damian dengan kesal.
Damian tampak terkesiap dengan keberanian gadis itu, selama hidupnya tak pernah ada seorang gadis yang dapat menolak pesonanya. Hampir semua gadis akan bertekuk lutut di hadapannya, tapi gadis ini. Dia berbeda, sejak awal dia bahkan seolah tak terpengaruh oleh sosok Damian yang begitu terkenal di kalangan kaum hawa. Sosok pria idaman, seolah predikat yang sangat pantas disandangnya.
Suara dering telpon terdengar dari dalam tas Sarah, gadis itu segera merogoh ponselnya. Ia melihat sekilas layar ponselnya, lalu beralih menatap Damian.
"Maaf, Saya angkat telpon Saya dulu," pamit Sarah. Gadis itu segera berjalan ke sudut restoran.
"Halo."
"Halo, selamat siang. Apa benar ini dengan wali Satya Nugroho Reyn?"
Sarah memejamkan matanya, bayangan Satya yang berlarian karena di kejar satpol PP terlintas di ingatan nya.
"Iya, benar. Saya kakaknya Pak!"
"Begini Nona, adik anda sekarang berada di kantor satpol PP. Karena terjaring razia siswa bolos sekolah, Saya mohon Nona segera datang kesini guna untuk menjemput adik anda."
Sarah mendesah lirih, Ia mulai lelah. Kenapa masalah yang menimpanya datang secara beruntun.
"Baik Pak, Saya akan segera kesana," jawab Sarah lalu segera menutup teleponnya.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
@shiha inayah
kasihan Sarah masalah datang bertubi²....🤭🤭🤭
2022-02-16
0
maestuti dewi saraswati
kerennn bangettt 😍😍😍
2021-06-22
0
Istri Pertama Seungcheol
Hay hallo holla 😊
Mampir di cerita aku yaa 🙏
Ceo Dingin Vs Pilot Ganteng ❤
Mampir ya semua nya ✌
Salam sayang dari aku 😊
🌼🌼 Tessa Amelia Wahyudi 🌼🌼
Follow juga ig Aku di @amelia_falisha1511 🐻
2021-06-10
0