"Tuan, Agus sudah ada di lobby," lapor Ben kepada Damian.
Mendengar nama Agus, Damian segera menghentikan aktivitas nya. Ia terlihat bersemangat sekali.
"Suruh dia masuk," perintah Damian.
Beberapa menit kemudian, Agus sudah berada di ruang kerja Damian.
"Duduk," perintah Damian kepada Agus.
Agus segera menuruti perintah Bos nya dan duduk di hadapan Damian.
Pria yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu sedikit menggeser duduknya, kedua tangannya ia arahkan di meja tepat di hadapannya.
"Ceritakan apa saja yang sudah dilakukan gadis itu seharian ini?" tanya Damian membuka percakapan.
"Sebelumnya saya ingin menyampaikan pesan dari Nona Sarah Tuan," jawab Agus.
Damian mengulas senyuman mendengar kalimat Agus, entah mengapa ia merasa senang saat gadis itu mengirim sebuah pesan khusus untuknya melalui Agus. Pasti dia sangat berterimakasih dan merasa senang dengan perhatian yang ia berikan kepadanya. Begitu pikirnya.
"Cepat katakan, apa pesan darinya?" sahut Damian tak sabar.
"Begini Tuan." Agus sedikit ragu mengutarakan pesan yang di amanah kan padanya.
Damian yang sudah ke GR an, masih mengulas senyum di wajah tampannya. Ia dengan seksama menyimak kalimat yang akan disampaikan oleh Agus.
"Nona Sarah bilang, saya tak perlu menjemputnya saat dia pulang kerja nanti. Lalu, saya juga tidak diperbolehkan untuk menjemputnya lagi besok saat di rumahnya Tuan," jelas Agus.
Senyum yang sedari tadi tergambar di bibir pria tampan itu seketika memudar, Ia merasa kesal dengan penolakan yang dilakukan oleh Sarah.
"Apa?" pekik Damian tak percaya.
Keningnya berkerut dan alisnya bertaut, sungguh benar-benar di luar dugaan pikiran gadis satu ini. Biasanya seorang gadis akan merasa tersanjung, jika ia diperhatikan oleh seorang pria. Tapi Sarah? Dia bahkan menolak mentah-mentah. Sungguh gadis yang sangat unik. Senyum Damian kembali terulas, dia merasa sangat tertantang untuk menaklukkan hati seorang Sarah.
"Dan satu lagi Tuan, kata Nona Sarah pesan ini yang menjadi poin utamanya. Saya sebenarnya tidak enak mau menyampaikan kepada Tuan, saya takut Tuan marah."
Agus tampak tertunduk, pria itu kembali mengingat kejadian saat Sarah memintanya untuk menyampaikan sebuah pesan untuk Tuan Muda nya. Ia berulang kali meyakinkan kepada Sarah tentang pesan yang di amanah kan kepadanya, tapi gadis itu bersikeras agar Agus menyampaikan pesan nya untuk Tuan Muda Damian.
Pria itu takut, jika ia menyampaikan pesan dari Sarah. Tuan Muda nya akan marah kepada gadis itu.
"Ayo, cepat katakan?" Damian semakin tak sabar ingin mendengar pesan berikutnya.
"Ka-kata Nona Sarah, Tu-tuan sangat menyebalkan," ucap Agus sambil terbata. Ia masih menundukkan pandangannya, pria itu tak berani menatap reaksi Damian.
Namun, dugaan Agus salah. Damian malah tertawa saat mendengar kalimat yang di ucapkan oleh pria yang di tugaskan untuk menjadi sopir pribadi Sarah itu.
"Gadis itu sangat lucu sekali," ucapnya masih di iringi tawa.
Agus menggaruk tekuk nya yang tak gatal seraya mengulas senyum, ia sempat heran melihat tingkah Tuan Muda di hadapannya itu. Pria itu bahkan menoleh ke arah Ben yang berdiri di samping Damian. Namun, pria itu sama anehnya dengan Damian. Ben hanya menyeringai seraya mengedikkan bahunya.
"Ada satu lagi Tuan," ucap Agus yang mampu menghentikan suara tawa Damian.
Kening Damian tampak berkerut. "Banyak sekali pesan yang disampaikan oleh gadis itu!"
Damian menyandarkan punggungnya di kursi kebesarannya dengan pandangan tetap menatap lurus pada pria yang tengah duduk di hadapannya.
"Kali ini, bukan sebuah pesan dari Nona Sarah Tuan. Tapi sebuah laporan yang ingin saya sampaikan kepada Tuan," terang Agus.
Pria yang memiliki tinggi 183 cm itu tampak penasaran dengan laporan yang akan disampaikan oleh Agus. Ia menyimak dengan seksama apa yang akan di tutur kan oleh Agus.
"Tadi setelah saya mengantar Nona Sarah, ada tiga temannya yang mencoba untuk menjelek-jelekkan Nona Sarah. Dia bahkan berkata yang tak pantas kepada Nona dan hendak memukul wajah Nona Sarah, Tuan," jelas Agus.
Entah kenapa tangan pria yang memiliki dua saudara kembar itu terlihat mengepal kesal, Ben yang sedari tadi memperhatikan reaksi tuannya segera bisa menyimpulkan sesuatu yang terjadi pada Tuan nya.
"Ben, selidiki siapa yang sudah berani mengganggu gadis itu," perintah Damian dengan suara geram.
"Baik Tuan," sahut Ben.
Suasana menjadi hening sesaat, sampai akhirnya Agus membuka suara.
"Itu saja Tuan yang ingin saya laporkan, selebihnya Nona baik-baik saja."
"Ya sudah, kamu boleh pergi. Tunggu perintah selanjutnya, kamu mengerti!"
"Mengerti, Tuan. Saya pergi dulu." Agus segera bangkit lalu membungkukkan badannya, pria itu segera pergi meninggalkan ruangan Damian.
🍁🍁🍁
Malam hari di kediaman Arga Hutama
Daisy dan Bibi Ning tengah sibuk menyiapkan hidangan di meja, sementara Mama Erina juga sedang sibuk membuat menu masakan yang terakhir. Meskipun mereka memiliki banyak asisten rumah tangga, tapi untuk urusan memasak. Erina kerapkali terjun langsung untuk masalah makanan keluarganya itu, wanita yang masih cantik di usianya itu. Lebih sreg jika ia memasak sendiri hidangan untuk keluarga.
Meskipun begitu, Arga tak sepenuhnya mengijinkan Erina untuk memasak keseluruhan hidangan yang tersaji di meja makan. Ia tak ingin istri tercintanya kelelahan.
'Boleh asal kamu hanya sekedar sedikit membantu, apa gunanya kita menggaji mereka jika kamu masih bekerja sayang.' Begitu kalimat Arga yang selalu di lontarkan ketika mendapati istrinya masih sibuk dengan urusan dapur.
Malam ini, Erina dan dua chef yang bekerja di rumahnya. Terlihat begitu sibuk, karena ia akan kedatangan saudara kandung satu-satunya. Mereka yang tak lain adalah Eric dan Anggen, dan tentu saja kedua anak mereka yang hampir seumuran dengan ketiga anak kembarnya.
Beberapa hidangan sudah tersaji di meja makan yang berukuran besar itu, Erina sengaja memilih meja makan yang berada di bagian barat rumahnya. Ruang makan itu terletak tak jauh dari kolam renang indoor nya, selain meja makannya yang lebih besar. Suasana yang tercipta juga lebih menyenangkan dan menenangkan, karena menyantap hidangan dengan suara gemricik air akan berpengaruh dengan nafsu makan. Begitulah pikir Erina.
🍁🍁🍁
Semua sudah berkumpul di meja makan, Paman Eric, Bibi Anggen, Evan dan Erika juga sudah bergabung dengan keluarga Arga Hutama.
Mereka tampak menikmati hidangan yang dimasak langsung oleh Erina, suasana hangat dan menyenangkan pun tercipta dengan obrolan-obrolan ringan yang terselip candaan dari ketiga saudara kembar kepada sepupunya itu.
Usai makan malam berlangsung, Damian pamit terlebih dahulu. Karena malam ini ia ingin menjemput Sarah di tempat kerjanya.
"Pa, Ma, Damian pamit dulu ya. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan," pamit Damian yang dijawab anggukan oleh kedua orang tuanya.
Damian segera memberi salam dengan mencium punggung tangan secara bergantian kepada orang tuanya dan kepada Paman, Bibinya.
"Bohong Ma, dia mau jemput gadis incarannya. Pake alasan kerjaan segala kamu Dam," ledek Daisy yang di iringi tawa oleh seluruh anggota keluarga yang masih bercengkrama di meja makan tersebut.
"Sudah biarkan saja, semakin cepat kan semakin bagus dia mendapat calon istri. Itu berarti Papa dan Mama akan segera menimang cucu," imbuh Papa Arga. Membuat suasana semakin riuh.
"Papa bisa aja," kilah Damian dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Sudah, Damian pergi dulu ya semuanya. Bye!" Damian segera berjalan meninggalkan ruang makan untuk menuju garasi mobilnya.
Sebuah garasi mobil yang berada di bawah tanah dan bisa diakses dengan lift terpampang di hadapan Damian. Kali ini ia ingin mengendarai Mercedes-Maybach S-Class Pullman. Mobil yang memiliki panjang 6,5 meter dan di bandrol dengan harga 8,5 Milyar. Pullman adalah S-Class bertenaga V12, memiliki lebih banyak ruang di dalam kabin di mana ada empat kursi belakang yang bisa diatur yang dilengkapi dinding partisi kaca yang dioperasikan secara elektrik untuk privasi ekstra. Beberapa kelebihan interior itulah yang membuat Damian nyaman untuk mengendarai mobil ini.
Ben terlihat tergopoh-gopoh menyusul Damian, tidak biasanya pria kepercayaannya itu tidak ontime.
"Hampir saja kamu aku tinggal Ben," ujar Damian yang sudah berada di depan kemudi nya.
"Maaf Tuan, ada beberapa kendala," ucapnya seraya membuka pintu kemudi dan mempersilahkan Damian untuk keluar, lalu berlari kecil dan membuka pintu belakang untuk Tuan Muda nya itu.
"Sudah siap menjemput calon istri anda Tuan?" goda Ben sambil mengulas senyum.
Damian hanya terkekeh mendengar lelucon Ben.
"Kamu juga sudah waktunya mencari calon istri untuk dirimu sendiri Ben, sepertinya daftar foto gadis yang kamu berikan padaku waktu itu lebih cocok untuk calon istrimu Ben," seloroh Damian.
Ben tak menjawab ucapan Damian, ia hanya mengulum senyum dan pikiran nya mulai berkelana pada seorang gadis yang selalu mencuri perhatiannya.
Bersambung ....
💖💖💖
.
.
.
.
Mampir ke novel temen author ya, novelnya keren banget😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Beloved vindra
isy kahhhh😁
2023-08-04
0
Kokoy Yuhaikay
garasi mobil apa shorum,,,berderet banget
2022-02-22
0
@shiha inayah
cie,,, Damian kerja nya modus melulu,,,🤭🤭🤭
kaya nya Ben ngincer Daisy....
2022-02-16
0