Sarah tengah disibukkan dengan pekerjaan lemburnya, karena permintaan Sita untuk mengganti jadwalnya.
Manager Resto yang bernama Navin itu tampak memberikan instruksi kepada seluruh karyawan untuk bersiap-siap, karena orang terkaya di negerinya akan berkunjung ke Resto tempat mereka bekerja.
"Hari ini kita akan kedatangan tamu yang sangat istimewa sekali, seorang Tuan Muda terkaya di negeri ini. Jadi, saya harap kalian bisa bekerja sebaik mungkin. Mengerti!" titah Navin.
"Mengerti Pak!" jawab mereka kompak.
"Baiklah, sekarang kalian boleh bubar!"
Seluruh karyawan segera kembali bekerja dan bersiap-siap. Tapi berbeda dengan Sarah, gadis itu merasakan tubuhnya sedikit tak enak badan. Ia tampak lesu dan tak terlalu bersemangat seperti biasa.
Navin yang melihat Sarah tampak pucat itu segera menghampirinya.
"Sarah, kamu terlihat pucat sekali. Jika kamu tak enak badan, kamu bisa pulang dan istirahat," ucap Navin yang merasa cemas dengan keadaan Sarah.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak Pak, saya baik-baik saja. Saya masih kuat, lagipula saya hanya menggantikan Sita sampai shift siang saja. Jadi kurang beberapa jam lagi," kilah Sarah.
"Baiklah jika seperti itu, tapi kalau kamu tak kuat. Jangan dipaksakan ya, kamu boleh pulang lebih awal," tutur Navin.
Sarah menganggukan kepala seraya berkata, "Baik Pak, terimakasih. Saya permisi dulu Pak."
Gadis itu segera berjalan meninggalkan Navin seorang diri, pria itu masih mematung di tempat sembari memandang punggung Sarah yang terus berlalu.
🍁🍁🍁
"Ben, kamu tunggu di lobby dulu. Aku tak lama bertemu dengan Ferdi," ucap Damian.
"Baik Tuan," sahut Ben dengan menundukkan kepala.
Damian berjalan menuju Resto, Ia disambut dengan hangat oleh beberapa waitress. Salah satunya adalah Sarah. Pria yang saat itu mengenakan kemeja putih tampak tersenyum kepada para waitress yang menyambutnya.
Gadis itu tampak tertegun dengan kharisma sang Tuan Muda. Damian sempat melirik ke arah Sarah, karena gadis itu terlihat berbeda dari teman-temannya. Kecantikkan alaminya sempat menyita perhatian Damian sesaat.
"Tuan Muda Damian aslinya bahkan lebih tampan ya?" suara salah satu teman Sarah terdengar jelas di telinga nya.
Semua pelayan wanita tampak terpesona dengan Damian, senyumannya benar-benar sangat manis sekali. Senyuman yang sudah menyita kaum hawa itu, sungguh sangat mempesona. Perpaduan wajah tampan dan senyuman yang begitu enak dipandang. Sungguh benar-benar makhluk ciptaan Tuhan yang sangat indah.
Sarah hanya tersenyum tipis menanggapi teman-temannya. Ia sadar diri, memimpikan pria seperti Tuan Muda Damian adalah sebuah khayalan tingkat tinggi yang tak mungkin terjamah olehnya.
🍁🍁🍁
Seorang gadis tampak menunggu di sudut lain Resto, dia terlihat mengamati gerak gerik kedua pria yang kini tengah bercengkrama.
Sarah yang bertugas mengantar minuman kepada sang Tuan Muda itu mencoba untuk mengatur napas dan bersikap setenang mungkin, belum sempat kakinya melangkah. Gadis yang sedari tadi mengawasi kedua pria itu, kini menghampiri Sarah dan menghalangi langkahnya.
"Maaf, permisi nona." Sarah mencoba menghindari gadis itu, tapi rupanya gadis itu memang berniat menghentikan langkahnya.
"Kamu yang bertugas memberikan minuman ini kepada kedua pria itu kan?" Sarah menunjuk ke arah Damian dan Ferdi.
"Iya, benar nona. Permisi, saya mau lewat nona." Sarah masih mencoba menerobos gadis itu, tapi sayang nya gadis itu tak mau bergerak.
"Tunggu!" serunya.
Gadis yang tak lain adalah Arra tampak mengamati sesaat minuman yang berada di nampan itu, lalu dengan segera Ia memasukkan sesuatu ke dalam minuman orange juice yang tak lain adalah pesanan Damian.
Mata Sarah membulat, Ia merasa aneh dengan serbuk yang baru saja dimasukkan oleh gadis itu. "Maaf nona ... apa yang sudah anda masukan itu?"
"Sudah, jangan banyak tanya. Sekarang antar minuman ini kepada mereka," tukas Arra.
"Tapi nona ...."
"Sudah jangan membantah, atau kamu mau kamu dipecat saat ini juga," ancam Arra. Tatapan matanya tampak mengintimidasi bagi Sarah.
Gadis itu tampak ragu, Ia bingung harus bagaimana saat ini. Otaknya memaksa untuk berpikir yang tidak-tidak tentang serbuk itu.
🍁🍁🍁
Navin yang saat itu berada tak jauh dari tempat Sarah, segera menghampiri mereka berdua.
"Ada apa Sarah?" tanya Navin.
Pria itu tampak bergantian memandang ke arah Sarah dan Arra, namun betapa terkejutnya Navin. Saat Ia mengetahui yang berada di hadapannya adalah Arra.
"Nona Arra? Ada yang bisa kami bantu nona?" Navin segera menundukkan kepalanya, hal itu membuat Sarah semakin dilanda kebingungan. Gadis yang sudah bekerja menjadi waitress selama satu tahun itu masih mematung di tempat.
"Oh tidak, hanya saja pelayanmu ini menghalangi jalanku. Jadi Aku sedikit memberinya teguran," jawab Arra dengan santai.
Apa? Nona ini ternyata pandai sekali memutar balikkan fakta. Bagaimana ini? Sepertinya Aku sedang dalam masalah, batin Sarah berperang.
"Oh, begitu. Saya mohon anda berkenan untuk memaafkan pegawai Saya ini nona, sepertinya dia tidak sengaja," ucap Navin. Dan pria itu lagi-lagi membungkukkan badannya.
Siapa sebenarnya nona ini? Kenapa Pak Navin seperti takut sekali kepadanya?
"Sarah ... minta maaf lah, setelah itu antarkan minuman ini," perintah Navin.
Sarah membulatkan matanya, Ia begitu terkejut ketika Navin menyuruhnya meminta maaf atas apa yang tidak Ia lakukan. "A-apa?"
Pria itu menatap Sarah dalam, seolah berkata 'turuti perintahku'. Dan sekarang tidak ada pilihan lain baginya selain meminta maaf.
"Maafkan Saya Nona, Saya tidak sengaja," ucap Sarah seraya menundukkan sedikit kepalanya.
Arra tersenyum penuh kemenangan. "Baiklah, kamu ku maafkan."
"Sarah, cepat antarkan minuman itu. Jangan biarkan Tuan Muda menunggu lebih lama lagi!" perintah Navin yang di jawab anggukkan oleh Sarah.
Gadis itu berjalan menyusuri deretan meja yang tertata rapi, pengunjung Resto siang itu tampak lengang. Karena sebagian sudah di kosongkan, Damian tidak terlalu suka keramaian. Jadi, dimanapun dia berada. Tempat itu harus sepi dari pengunjung dan Ben selalu ingat akan hal itu.
Sarah meletakkan gelas berisi juice orange milik Damian dengan sangat hati-hati, antara ragu dan cemas. Gadis itu merasa dilema, jika Ia serahkan gelas itu. Ia takut akan terjadi sesuatu dengan Tuan Muda tampan ini, tapi jika Ia tak memberikan minuman ini pekerjaannya akan terancam.
Gadis itu masih mematung setelah meletakkan kedua gelas kepada kedua pemuda tampan di hadapan nya itu.
"Waitress, are you okay? " tanya Ferdi yang bingung dengan sikap Sarah yang tetap diam memandang mereka berdua.
Gadis itu segera menggelengkan kepalanya singkat, Ia tersadar dari lamunannya. Rasa letih dan masalah yang datang secara bersamaan. Membuat konsentrasinya pecah.
"Oh, maafkan saya Tuan. Silahkan anda nikmati minuman anda." Sarah membungkukkan badannya dan segera meninggalkan meja kedua pemuda kaya itu.
Damian sempat memperhatikan Sarah, Ia tersenyum samar melihat tingkah konyol gadis itu.
"Aduh, kenapa hari ini Aku sial banget ya," gerutu Sarah merutuki dirinya sendiri.
"Oh iya, bagaimana dengan minumannya? Nona itu tidak memberikan racun bukan? Tuan Muda itu tidak akan mati dengan meminum orange juice tadi kan? Ah, Sarah kenapa kamu bisa mendapat masalah seperti ini sih. Bagaimana kalau Tuan Muda itu kenapa-kenapa, kamu akan mendapat masalah besar Sarah." Sarah semakin dirundung kekhawatiran, sesekali Ia melihat ke arah Tuan Muda yang sudah Ia beri minuman itu.
🍁🍁🍁
Arra masih memperhatikan setiap gerak gerik dari Damian, pria itu bahkan tak menyadari kehadirannya. Karena posisi duduk yang membelakanginya dan juga jarak duduk yang lumayan berjauhan.
Sedangkan Sarah, Ia benar-benar tak tenang. Ia terus berdoa agar Tuan Muda itu baik-baik saja. Gadis itu kembali melihat reaksi sang Tuan Muda, Ia tampak terkesiap ketika gerak gerik aneh dari sang pemuda kaya itu.
"Tunggu, dia Tuan Muda bukan? Jadi tak mungkin seorang Tuan Muda kemana-mana datang seorang diri, dia pasti membawa bodyguard. Ya, benar. Aku tak bisa membiarkan ini, Aku tak mau menjadi kambing hitam atas tindakan Nona yang belagu itu. Aku harus segera mencari bodyguard Tuan Muda itu." Sarah meminta ijin kepada salah satu temannya untuk keluar sebentar, gadis itu segera mencari para bodyguard yang mungkin saja berjejer di depan lobby.
Sarah mengedarkan pandangan nya, menyapu seluruh lobby untuk mencari sosok berprawakan tegap tinggi berpakaian serba hitam dan mungkin botak.
Gadis itu menangkap sosok pria bertubuh besar yang sedang duduk di lobby sambil menyesap sebotol air mineral.
"Pasti dia orangnya." Sarah segera menghampiri sang pria.
"Maaf, permisi Tuan," tegur Sarah.
Pria itu tampak mendongakkan kepalanya, menatap Sarah dari atas kebawah dan bawah ke atas.
"Iya, ada apa?" Kening pria itu tampak berkerut.
"M-maaf, apa anda bodyguard Tuan Muda yang sedang berada di dalam Resto Tuan?" tanya Sarah dengan sedikit ragu.
Pria itu semakin bingung, namun sosok pria yang duduk di sebrang tampak mendengar Sarah menyebut Tuan Muda. Dia adalah Ben yang sedang menunggu Damian.
"Jadi, kamu pikir Aku bodyguard? Apa aku memiliki tampang seperti itu?" Pria itu tampak tak terima dengan pertanyaan Sarah. Ia tampak bangkit dari tempat duduknya. Namun, Ben segera menghampiri gadis itu.
"Maaf Tuan, sepertinya Nona ini salah orang." Ben segera menarik lengan Sarah untuk menjauh dari pria tersebut.
"Kamu tadi bertanya bodyguard Tuan Muda? Apa yang kamu maksud Tuan Damian?" tanya Ben tepat sasaran.
Gadis itu merasa senang, tak sia-sia usahanya.
"Iya Tuan."
"Apa terjadi sesuatu dengan Tuan Muda?" Raut wajah Ben tampak begitu cemas.
"Begini Tuan, Tuan Muda Damian sepertinya sudah meminum minuman yang tercampur dengan serbuk. Tapi Saya tak tahu pasti serbuk apa itu?" jelas Sarah.
"Serbuk? Siapa yang berani memberikan serbuk itu?" Ben terlihat geram. Sorot matanya berubah tajam menatap Sarah.
Sarah dengan susah payah menelan salivanya, Ia takut. Sungguh takut saat ini.
"Tuan, itu tidak penting sekarang. Yang terpenting adalah keselamatan Tuan anda, tadi ada seorang gadis yang tampak mengawasinya," ungkap Sarah.
"Oh sial, kenapa aku membiarkan Tuan seorang diri." Ben segera berlari menuju Resto, di ikuti dengan Sarah. Gadis itu terus mengikuti Ben, sampai akhirnya mereka tiba di Resto.
Namun, suasana Resto tampak sepi. Ben menatap Sarah dengan tajam.
"Kemana Tuan?" pekik Ben.
"Saya tidak tahu Tuan, waktu Saya meninggalkan Resto. Tuan Muda masih duduk disana." Sarah menunjuk meja tempat Damian duduk tadi.
Ben meraup wajahnya dengan kasar, pria itu segera berlari ke salah satu pegawai dengan penuh emosi.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Fatimah Fatimah
namanya bule, tapi visualnya korea gak nyambung 😂😂
2022-05-13
0
@shiha inayah
duh jgn² arra masukin obat perangsang dasar wanita murahan....
2022-02-16
0
Neni Nurlailah
mampir tour
2021-09-30
0